Ace

Tepat seminggu telah berlalu.

Ini adalah harinya, aku akan diperkenalkan dengan Ace.

Aku akan bertemu dengan Ace di sebuah pesta, dimana semua orang berdandan untuk menjadi yang paling menarik di ruangan itu.

Aku sudah memakai gaunku.

Aku telah selesai merias wajahku dan Mama membantu untuk menata rambutku.

"You look beautiful my princess." Ucap Mama sambil memegang lengan ku.

"Thank you Mama." Jawabku dengan seringai kecil sebelum Raul mengetuk pintu kamarku .

Raul mengantarku ke pintu depan untuk menunggu jemputan kami tiba.

Aku melihat Ayah pulang dari kantornya, beberapa menit sebelum kami harus pergi.

"Limousine sedang dalam perjalanan." Dia berucap dengan pelan

Aku pun merasa tidak perlu melihat ayah, karena aku tidak ingin.

"Saya tidak senang dengan ini!" Raul berkata dengan nada dingin kepada Ayah.

"Raul, hentikan." Mama mendesis padanya

"Kamu tidak berhak untuk ikut campur dalam hal ini!" Ayahku berkata dengan nada yang tak kalah dingin.

"Lepaskan jaket itu setelah kita masuk, mengerti!" Ayahku menggeram padaku.

Aku mengangguk berulang kali.

Limousine akhirnya tiba, Aku dan saudara-saudara ku masuk ke dalam mobil. Mama membantu memasukkan gaunku ke dalam mobil.

"Lebih cepat!" Ucap Ayah dengan tidak sabar sambil menggeram pada Mamaku

"Kaulah yang menginginkan gaun ini." Jawab ku, menatapnya dengan marah.

Tatapan Ayahku menajam ke arahku.

Aku tidak peduli dengan tatapan dinginnya.

"Jangan bicara seperti itu padaku." Desisnya padaku, menunjukkan sifat dominan nya.

Dia meraih daguku dengan kasar dan memaksaku untuk menatapnya.

"Mengerti?!" Dia menggeram. Wajah Ayah hanya beberapa inci dari wajahku .

"Ya." Ucapku cepat dan pelan karena rasa sakit di daguku.

Dia melepaskan cengkeramannya di wajahku sebelum menetap lurus ke depan.

Mama menatap Ayahku dengan terkejut,  sementara Raul meraih tanganku dan menggenggamnya erat-erat.

Aku duduk diam sambil berusaha tidak terlihat gugup.

"Kamu akan menikahkan nya dengan pria yang tidak dikenali nya. Paling tidak yang bisa kamu lakukan adalah memberinya kenangan yang baik tentangmu, atau setidaknya bersikap baiklah." Mama melipat tangannya dengan tegas saat dia menatap Ayahku.

Semua Saudara laki-lakiku menatapku, tetapi aku tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk melihat mereka.

***

Lenganku bertautan dengan Raul saat kami berjalan. Sesampainya di Aula yang sangat besar Aku merasa menggigil karena suhu udara yang dingin. Salju baru saja mulai turun di luar untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.

"Lepaskan jaket sialan itu segera!" Ayahku mencengkeram pinggiran jaket ku dan menarik nya dari tubuhku yang membeku.

“Tapi ayah….” Suaraku pelan.

"Jangan berbicara kecuali aku menyuruhmu. Hampir saja aku memukulmu." Dia mendesis ke telingaku sehingga tidak ada orang lain yang bisa mendengarnya.

Tubuhku seketika menegang mendengar bisikan yang di ucapkan Ayahku.

"Everyone always watches us." Gumamku pelan kepada Raul saat kami menatap kerumunan orang-orang .

"They stare at me because they're afraid, they stare you simply because you are beautiful yet powerful, like a rose." Raul tersenyum lembut padaku .

"Aku sangat ingin kamu menemukan cintamu sendiri. Maaf karena aku tidak bisa menghentikan perjanjian ini." Gerutu Raul kecewa sambil menggelengkan kepalanya menatap lantai.

"Mungkin tidak terlalu buruk." Aku mengangkat bahu, mencoba melihat sisi baiknya

Seketika ruangan menjadi sunyi, semua orang menatap ke arah pintu masuk.

"Itu Ace. Ace...Hernandez. Kudengar dia pria yang kejam dan tanpa mengenal ampun. Sikap nya tidak pernah menunjukkan penyesalan atas apapun yang dia telah dia lakukan.” Ujar Raul

Begitu banyak bisikan beterbangan di sekitar ruangan. Aku melihat beberapa penjaga masuk.

Dan itu dia, Ace Hernandez.

Pria yang akan dinikahkan oleh ku.

Langkah kakinya bergema di seluruh ruangan, aura nya sangat dominan membuat orang yang bertatapan dengannya merasakan ketakutan yang luar biasa.

Aku punya firasat buruk tentang dia, namun aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan setiap gerakannya.

Aku akhirnya bisa melihat wajahnya dan dia sangat menarik. Tidak ada satu cacat pun di wajahnya tetapi itu semua tertutupi karena dia menjadi seorang pembunuh.

Aku melihat tato tengkorak di sisi lehernya. Itu adalah simbol kartel mafia yang dipimpin oleh Ace.

Daya tariknya sangat mengintimidasi jadi aku tidak bisa membayangkan betapa tidak amannya perasaan semua orang ketika dia masuk.

Ace perlahan mengamati ruangan, membuat gadis-gadis yang ada disana meneteskan air liur nya ketika Ace melirik ke arah mereka.

Tatapan nya terhenti padaku. Ace berdiri beberapa langkah di depanku, dia menatapku dengan sangat intense dari atas sampai bawah sebelum memperhatikan ayahku.

Ayahku mendekati Ace dengan sangat cepat, nyaris tidak memberi pria itu kesempatan untuk bernapas sebentar saja.

"Mr.Hernandez, senang bertemu denganmu lagi." Ucap Ayahku mengingatkan bahwa mereka pernah bertemu sebelumya.

Aku belum pernah melihat Ayah ku tidak seprofesional ini, tapi dia mencoba untuk mengubur ketakutannya.

"Ya. Dan putrimu, siapa namanya?" Ucap Ace mendesak, tidak memperhatikan Ayahku sedikit pun .

"Putriku." Teriak Ayah padaku.

Raul menarik pelan tangan ku sebelum aku berjalan dengan enggan menuju ayah dan Ace. Diego hanya bisa menghadap ke jendela. Saudara-saudaraku yang lain bahkan tidak bisa melihat ku “diberikan” kepada pria yang tidak aku kenal.

Aku melihat seringai muncul di wajah Ace saat aku mendekati mereka.

"Ya Ayah." Aku mengangguk patuh.

"Ini Ace, Ace Hernandez." Ayah memperkenalkannya dengan bangga.

Dia tampak lebih bangga pada Ace daripada dengan putra-putranya sendiri.

"Ace, ini putriku." Ayah memperkenalkan aku kepada Ace.

Ace mengalihkan perhatiannya kepadaku.

"Siapa namamu?" Ace mengangkat alisnya ke arahku.

"Saya Sofia Diaz." Ucapku penuh percaya diri dengan nada sopan.

Ace mengulurkan tangannya dan aku sedikit tersentak. Dia mengerutkan alisnya dengan bingung sebelum aku menjabat tangannya.

"Saya berasumsi bahwa dia yang saya nikahi?" Ace bertanya kepada Ayahku.

"Ya, kamu akan menikah dengan Sofia." Ayahku mengangguk, membenarkan perkataan Ace.

"Oke, kita berangkat sekarang." Tuntut Ace sambil melingkarkan lengannya di pinggangku, memaksaku untuk berjalan bersamanya.

"Bolehkah aku mengucapkan selamat tinggal kepada saudara-saudaraku?" Pintaku pada Ace sambil melirik ke belakang.

"Tidak bisa!" Balas Ace, dan memaksaku berjalan bersamanya.

Ace membuka pintu limousin dan aku memasuki mobil itu. Ya, murni karena aku tidak punya pilihan.

Ace sangat tampan, tapi dia memancarkan aura yang sangat dingin. Dia terlihat sangat muda, tidak setua yang aku bayangkan sebelumnya.

Ace duduk di sebelahku. Keheningan menyelimuti kami. Aku tidak ingin berbicara, atau melihat Ace.

Aku tahu bahwa jika aku membuat masalah besar, dia mungkin akan menghukumku  seperti Ayah.

"Wayne akan menyiapkan kamarmu saat kita kembali ke rumah." Suara serak Ace memecah keheningan di dalam mobil.

Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Aku lebih suka ucapan terima kasih daripada hanya sebuah anggukan." Desis Ace padaku.

"Terima kasih." Gumamku, merasa terpaksa.

Ini tidak masuk akal!

Pertemuan itu biasanya untuk membangun aliansi jadi mengapa Ace tidak mencoba menyelaraskan diri dengan orang-orang yang ada disana?

Pertanyaan bodoh Sofia, tentu saja Ace tidak membutuhkan itu. Dia yang mengendalikan Mafia terbesar di dunia, jadi mengapa dia membutuhkan sekutu. Yang ada Kartel lain yang membutuhkannya.

Limousin yang kami tumpangi  tiba di rumah yang sangat besar, yang aku tebak bahwa itu rumah Ace.

"Ace kau kembali." Seorang wanita bertubuh kecil dan lemah menyambutnya di pintu dengan nada ceria.

"Mama, aku menyuruhmu untuk beristirahat."

Aku mendengar Ace berkata terhadap ibunya.

"Ahhh aku baik-baik saja. Hanya sedikit sakit, jadi biarkan aku melihat dia?” Ucap ibunya bersemangat .

Ace membukakan pintu mobil untukku dan aku melangkah keluar.

"Hai." Aku tersenyum sopan sambil mengulurkan tanganku padanya.

"Ahhh kamu sangat cantik." Ibunya menarik ku kedalam pelukannya.

"Tentu saja." Gerutu Ace sambil memutar bola matanya.

"Di mana ayah?" Ace bertanya pada ibunya.

Aku tegang mendengar kata ayah.

"Dia ada di kantornya." Jawab Ibu Ace dengan nada malas.

Ace hanya memutar kedua bola matanya.

"Biarkan aku menunjukkan kamarmu." Kata ibu Ace berseri-seri.

Jika dilihat dari dekat ternyata Ace sangat tampan. Dia memiliki rambut coklat muda yang sedikit panjang, bola matanya berwarna biru cerah, kulit sedikit kecokelatan dengan tato yang membentang di lengan kiri berotot nya. Dia memiliki kepribadian yang sangat dingin, dan sangat kaku seperti robot.

Ace melangkah masuk ke mansion dan berjalan menaiki tangga. Ibunya membawaku ke kamarku.

"Ace memilih sendiri pakaian dan perabotan yang ada di kamar ini. Dan harus kuakui, itu sangat langka." Ibunya menjelaskan saat kami memasuki kamar.

Kamar ini sangat indah. Gelap namun nyaman pada saat yang sama bersamaan.

"Pakaianmu ada di lemari ini, dan jika kamu membutuhkan sesuatu jangan ragu untuk bertanya padaku atau pada Ace." Ibunya tersenyum ramah setelah mengarahkan jarinya ke lemari.

"Terima kasih." Aku mengangguk saat aku duduk di tempat tidur.

"Oh, aku hampir lupa, namaku Denice." Dia terkekeh setelah menggelengkan kepalanya karena lupa.

"Makan malam akan segera siap sayang." Ucap Denice sebelum meninggalkan ruangan.

Aku memutuskan untuk mengganti pakaianku karena merasa tidak nyaman dan sangat mencolok.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!