ACE
Sofia's POV
Jantungku berdegup kencang saat aku berjalan menyusuri lorong, menuju ruang kerja Ayahku.
Aku meletakkan tanganku di kenop pintu dan memutarnya perlahan, ragu-ragu untuk masuk. Tapi aku tetap melakukannya.
Aku berdiri dengan percaya diri agar ayah ku tidak melihat rasa ketakutan yang aku rasakan..
“Ya ayah?” Tanyaku tegas.
Berdiri di depan meja yang hampir memenuhi separuh ruangan itu, dengan kertas yang berserakan dimana-mana. Ruangan itu tampak gelap dengan gorden yang tertutup, tidak membiarkan sedikitpun cahaya masuk.
Aura intimidasi sangat jelas terasa dari dirinya, walau punggungnya membelakangi ku saat dia berbicara.
"Kamu adalah anak bungsuku, dan satu-satunya putriku." Ayahku berkata dengan nada acuh tapi menuntut.
"Kamu akan menikah dengan Ace Hernandez." Ucap nya tegas.
Ayahku mematikan rokoknya sambil memutar tubuhnya untuk melihat reaksiku. Detak jantungku membeku hanya karena mendengar nama itu.
'Ace Hernandez'
"Dia adalah salah satu Mafia terbesar ayah." Jawabku dengan nada takut.
“Aku tidak ingin menikahi seseorang karena kekuatannya, aku hanya ingin menikahi seseorang yang aku cintai dan percayai. Seseorang yang akan menghormati dan merawat aku. Dan itu bukan seorang Ace Hernandez.” Lanjut ku dengan sendu.
"Kamu akan bertemu dengannya Minggu ini, dan kamu harus memberi kesan yang baik, atau akan ada konsekuensinya. Mengerti?" Ayahku berbicara menuntut, menggertakkan giginya karena marah.
Bau alkohol mulai memenuhi ruangan ini. Dia mabuk seperti biasa, aku tidak heran karena dia selalu seperti ini.
"Ya ayah." Kataku, berusaha menyembunyikan rasa marah dan frustasiku.
"Keluar dari ruangan ku." Gerutunya sambil membalikkan kursinya dariku.
Air mata mengalir di pipiku saat aku menutup pintu dengan pelan. Aku berjalan menyusuri lorong, merasa tercengang tentang apa yang baru saja dia umumkan kepadaku.
Aku langsung menuju kamarku, menutup pintu di belakangku. Aku berbaring di tempat tidur, merasa diliputi oleh keputusasaan dan keterkejutan. Aku tidak mengenal pria ini, yang aku tau Ace seseorang yang kasar, agresif, dan kejam. Atau bahkan lebih buruk dari itu. Belum lagi dia pemabuk seperti ayahku sendiri. Aku tidak ingin terjebak dengan pria seperti itu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Aku mendengar ketukan ringan di pintuku.
“Sofia?” Ucap Mama pelan sebelum masuk ke kamarku.
"Mama." Jawabku sedih sambil mengernyitkan dahi, membiarkan kesedihan menguasaiku.
Mama memelukku, mencoba menghiburku sebaik mungkin. Aku kesal tetapi aku tidak bisa mengubah situasi, jadi aku harus menerimanya.
Mama mengusap punggungku dengan lembut, mencoba menghiburku.
"Ayahmu memberitahu Mama tentang apa yang dia rencanakan, dan Mama tidak akan membiarkannya." Ia mencoba menahan emosi dalam suaranya.
Aku memeluk Mama ku lebih erat dari sebelumnya.
"Kakak-kakakmu tidak akan senang dengan ini, terutama Raul.” Ia menggelengkan kepalanya dengan kecewa, tidak bisa melakukan kontak mata denganku.
Raul adalah kakak laki-laki tertua ku dan aku paling akrab dengannya.
Aku memiliki 4 saudara laki-laki. Raul, Stefano, Marco, Javi dan Diego. Kita semua hanya terpaut satu tahun.
Kami semua berkebangsaan Spanyol, tetapi Ayahku melarang kami mempelajari satu kata pun dari bahasa itu, karena Ayuhku tidak ingin kami mengetahui apa yang dibicarakan Ayahku dengan Aliansi Mafia nya, kecuali kalau ia memang menginginkan kami untuk tahu akan hal itu.
“Makan malam sudah siap, turun dan makan lah bersama kami.” Mama berbicara dengan tenang sambil membelai sehelai rambutku yang terurai di belakang telingaku.
Tak lama akupun turun untuk makan malam bersama keluarga ku.
"Hay Sof." Raul menyapa ku. Ia memelukku sebelum menyadari bahwa aku tampak kesal.
"What's wrong girl?” Tanya Raul khawatir, dan membuat semua saudaraku yang lain menatapku.
“Nothing, just a long day.” Aku tersenyum meyakinkan dan duduk di tempat ku.
Aku melihat ayah masuk dengan tidak peduli.
“Jadi Sofia, bagaimana harimu?” Diego menanyaiku.
Ayahku menatapku dengan tajam saat dia memotong steaknya, tatapannya yang tajam memperingatkanku untuk tidak memberi tahu mereka.
"Membosankan." Jawabku sambil tersenyum kecil sebelum memotong steakku sendiri dengan canggung.
Mereka semua mengedipkan mata padaku beberapa kali, tapi aku mengabaikannya.
“Aku punya pengumuman.” Suara berat ayah menarik perhatian kami. Semua saudara ku segera berhenti berbicara karena itu adalah salah satu dari banyak peraturan ayah kami.
Jika saya berbicara, segera hentikan apa yang Anda lakukan dan dengarkan.
“Adik kalian akan segera menikah.” Ayah menyatakan nya dengan wajah datar.
Aku melihat wajah Raul yang tiba-tiba terlihat marah.
"Tentunya kamu tidak bisa melakukan ini, Ayah!" Raul berdiri dengan marah.
"Duduklah nak, aku belum selesai berbicara." Ayahku menyela Raul dan membuatnya perlahan duduk kembali.
Peraturan lain nya.
Jangan melanggar aturan saya atau mempertanyakannya.
"Itu sudah menjadi keputusan saya." Suara Ayah menggema di seluruh ruangan.
"Sofia baru 18 tahun!" Ujar Marco sambil meninju meja dengan marah.
"Bagaimana Mama bisa membiarkan ini?" Teriak Diego kepada Mama.
"Sofia yang termuda dari kita semua, dan kamu tidak bisa melakukan ini!" Raul menunjuk Ayah dengan marah sementara Mama mencoba menenangkannya.
Meja makan menjadi kacau dengan suara Kakak-Kakakku, dan aku hanya terdiam, tidak ingin menambah keributan.
"BERHENTI." Teriak Ayahku, dan membuat kami semua terdiam.
"Aku sakit kepala dan aku tidak punya waktu untuk perdebatan ini, pernikahan itu akan tetap terjadi dengan atau tanpa persetujuan kalian." Ayahku menatap kami semua dengan tajam sebelum berjalan keluar dari ruangan itu.
Raul meninggalkan meja makan dan bergegas keluar ruangan. Dia terlihat lebih kesal tentang hal ini daripada aku.
"You be careful." Stefano memperingatkanku.
“Yes, I will be.” Aku mengangguk meyakinkan, mencoba untuk mengakhiri perdebatan ini. Aku tahu tidak ada yang bisa mengubah pikiran ayahku.
"Kami harus pergi Sof, dan kami akan segera kembali." Javi bangkit dari duduk nya dan menepuk kepalaku pelan.
Diego, Marco dan Stefano mengikuti Javi di belakang.
Rambutku berantakan pada saat mereka semua selesai menepuk kepalaku. Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku sambil merapikan rambutku.
Mereka masih memperlakukan ku seperti anak kecil.
"Saudara-saudaramu begitu menyayangi mu." Mama angkat bicara, menatap makanan di piringnya dengan penyesalan.
“Raul bahkan tidak ingin menatapku.” Gumam Mama saat air mata mengalir di pipinya .
"Mama, it's okay. It's not your fault.” Aku meyakinkannya sambil mencuci piringku di wastafel.
"He told me just before he told you, I was so angry but it was out my power. I just hope you understand." Ia berjalan kearah ku. Mama menyingkirkan helai rambut dari wajahku.
"I love you, my baby.” Mama meraih wajahku dengan lembut, dan memberikan kecupan di pipiku.
"I love you too Mama." Jawabku dengan nada lembut.
"Kamu akan baik-baik saja, mengerti?" Aku mengangguk kecil sebelum Mama menarikku ke dalam pelukannya.
"Aku tidak mau pergi." Akhirnya aku mengakuinya sambil memeluk Mama dengan erat.
"Kamu tidak bisa tinggal di rumah ini selamanya." Mama bergumam padaku.
"Bagaimana dengan sekolah ku?" Aku panik dan menatapnya dengan cemas.
"Kamu masih akan pergi ke sekolah, yah, jika Ace mengizinkanmu." Ucap Mama menenangkan ku.
Ace memiliki reputasi yang kejam dan tanpa ampun hingga saat ini. Meskipun Aku belum pernah mendengar sesuatu yang khusus tentang dia. Sepertinya semua orang di kalangan Mafia tahu siapa Ace, tapi Ace masih sangat misterius dalam arti tertentu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Jade Meamoure
wow mafia yg super gini emang bisa d paksa nikah ya...duh mafia letoy tuh kayaknya
2022-09-01
1