Kediaman keluarga Sanjaya menjadi saksi bisu pertemuan dua insan yang dipaksa bertemu oleh Widya. Saat ini Dira dan Athalia sedang duduk di meja makan sembari menikmati makan siang yang dibuatkan oleh maid rumah ini.
Dira terlihat menekuk wajahnya saat tahu siapa yang duduk di kursi yang biasa di tempati Kiara, adiknya. Ada perasaan kesal dalam hatinya karena tamu yang ia tidak diinginkan kedatangannya mengambil alih kedudukan adik tersayangnya.
"Dokter suka sama makanannya?" tanya Widya memecah keheningan di meja makan.
Dokter muda itu tersenyum kemudian mengangguk. Mendapat respon positif dari lawan bicaranya membuat Widya semakin bersemangat untuk menjalankan misinya.
"Dira, kenapa kamu diam saja? biasanya paling ramai kalau lagi di rumah" tanya Widya beralih pada anak sulungnya yang menampakkan raut wajah tak bersahabat sejak melihat kedatangan Athalia.
"Sakit gigi, Mamae. Dira hari ini puasa ngomong dulu. Nunggu bedug" jawab Dira asal yang membuat Widya mendelikkan bola matanya ke arah Dira.
"Oh iya... Dokter Athalia suka makan apa?" tanya Widya berbasa-basi dan itu terdengar menjemukan di telinga seorang Dira yang ceplas-ceplos dan to the point.
"Telur gulung" Dira menyahut seolah menggantikan Athalia menjawab pertanyaan dari Mamanya.
Widya menyikut kaki Dira. Namun, Dira yang berperan sebagai korban rupanya memilih cuek dan tetap fokus menyantap makan siangnya.
"Panggil Atha saja, Tante, kalau saya sedang tidak berdinas."
"Oh... iya, Atha juga panggil Tante dengan panggilan Mama dong. Biar makin akrab" sahut Widya semakin gencar melakukan misinya.
"Atha bisa memasak?" tanya Widya lagi.
"Bisa dong, Tante... eh .. Mama. Atha kan sudah mandiri sejak kuliah, sering dapat tugas ke desa terpencil. Jadi memasak adalah keharusan bagi Atha.
"Wah... hebat sekali. Ngomong-ngomong Atha bisa masak sayur bening tidak?" tanya Widya semakin bersemangat untuk mengintrogasi gadis di hadapannya.
"Sayur bening? Bayam kan?" Atha balik bertanya untuk memastikan.
"Benar. Pakai bayam."
"Oh... bisa dong, Ma. Masak sayur gampang seperti itu tidak bisa" jawab Atha dengan polosnya karena ia memang tidak mengerti jika Widya sedang mengadakan sesi wawancara untuk menyeleksi calon istri Dira.
"Kalau ayam goreng sambal pencit?."
Pletak.
Dira meletakkan sendok dan garpu yang ia pakai. Ia mengambil tisu dan mengelap bibirnya. Dira merasa jengah mendengar percakapan unfaedah antara Widya dan Atha sehingga menurutnya lebih baik pergi secepat mungkin daripada harus menjadi pendengar yang tidak paham tentang topik yang dibicarakan.
"Dira sudah selesai, Ma."
"Lalu?."
"Mau kembali ke kantor. Ada meeting dengan klien dari San Fransisco" sahut Dira lagi.
"Edward.....!!!!" Widya berteriak memanggil sekretaris Dira. Laki-laki berumur dua puluh delapan tahun itu segera berlari menghampiri tuan rumah yang memanggilnya.
"Saya, Nyonya Widya. Ada perlu apa memanggil saya?" tanya Edward sopan. Tak lupa ia membungkuk terlebih dahulu kepada Widya sebagai rasa hormat kepada atasannya.
"Apakah anak nakal ini ada meeting setelah jam makan siang?" tanya Widya.
"Tidak ada, Nyonya."
Cettasss...
Dira memukul paha Edward dengan sepatunya. Ia geram dengan jawaban yang diberikan Edward pada Widya.
"Heiii... kau mau aku pecat ya? Cek lagi jadwalku setelah ini aku ada meeting dengan klien dari San Fransisco" perintah Dira kesal.
"Bukankah Tuan sendiri yang membatalkan meeting itu dan menundanya hingga lusa?."
Plak...
Plak..
Plak..
Dira memukul paha Edward berkali-kali. Laki-laki itu tentu terkejut mendapat pukulan dari atasannya. Edward bertanya-tanya apa kesalahannya sehingga Tuannya ini murka terhadapnya.
"Cukup, Dira!!! Kamu disini! Temani Athalia makan siang. Mama mau jalan-jalan dulu sama Edward."
"No, Mamae...!!! Mama mau selingkuh sama Edward??? Mentang-mentang nggak ada Om Edo, Mama jadi bebas gaet brondong asin kayak dia" Dira menunjuk wajah Edward.
Puk...
"Ngawur aja kalau ngomong!!!" Kali ini Widya memukul bahu Dira dengan sepatunya yang tadi digunakan Dira untuk memukul Edward. Widya kesal, anak sulungnya ini selalu saja ceplas ceplos jika berbicara.
Widya segera bangkit dari tempat duduknya dan meminta Edward menemaninya pergi jalan-jalan. Aneh memang, di tengah cuaca terik di kota Jakarta Widya malah meminta di temani jalan-jalan bukan memilih tidur atau berdiam diri di rumah.
Dira menarik nafas panjang ketika mendengar deru suara mobilnya yang semakin lama semakin menjauh. Ia yakin Mamanya sudah pergi bersama Edward meninggalkan dirinya berdua dengan dokter muda ini.
"Apa maumu?" tanya Dira langsung tepat pada intinya.
"Saya? Maksud Kakak apa ya?" tanya Atha tak mengerti.
"Kau bukan adikku. Jadi jangan memanggilku kakak!!!" perintah Dira tegas yang membuat Atha tersentak kaget.
"Maaf."
"Saya maafkan. Tapi nanti nunggu lebaran sekalian" sahut Dira yang membuat Atha mengernyitkan dahi dengan watak laki-laki ini.
"Apa visi dan misimu datang kemari?" tanya Dira kali ini ia melemparkan tatapan dinginnya ke arah Athalia.
"Visi dan misi? Saya kesini karena diundang makan siang oleh Ibu Widya. Itu saja" sahut Atha.
"Bohong...!!! Kau pasti ada maksud terselubung. Iya kan? Katakan apa maumu?" tanya Dira masih dengan tatapan tidak bersahabat pada gadis itu.
Athalia menghela nafas. Nafsu makannya mendadak hilang.
"Saya tidak ada maksud apa-apa. Hanya memenuhi undangan Ibu Widya"
"Tidak mungkin...!!! Kau pasti salah satu dari DirLovers yang menyelinap masuk kesini agar bisa berfoto denganku. Iya kan?" tuduh Dira membuat Atha ingin sekali mencubit mulut pria ini karena gemas.
"Iya, saya adalah DirLovers. Bukankah Anda sendiri yang memberikan ini sebagai simbol anggota?"
Atha mengeluarkan bros kupu-kupu dari snelinya sembari terkekeh melihat tingkah Dira yang lucu ini. Atha bukannya tidak tahu apa itu DirLovers, fansbase milik Dira yang dididirikan oleh Dira sendiri. Asal Dira tahu jika Atha sudah menjadi DirLovers sejak dirinya masih berseragam putih abu-abu. Mengidolakan sosok tampan Dira yang berjalan dengan snellinya.
"Apa-apaan ini? Bros lima ribu dapat tiga yang kau tunjukkan sebagai anggota? Ngelawak!!! Tolong Anda daftar dulu lewat akun resmi" kata Dira gusar dan itu malah membuat Atha semakin tergelak.
"Aku tidak menyangka kakak tampan idolaku ternyata sangat lucu. Kakak sangat menggemaskan" kata Atha yang dibalas tatapan tidak suka oleh Dira.
"Berhubung kau bukan anggota DirLovers yang resmi. Maka saya tidak ada waktu untuk sekedar foto ataupun memberikan tanda tangan secara cuma-cuma. Silakan Anda bisa daftar dulu lalu kembali ke sini!" kata Dira membuat Atha semakin tertawa tak karuan.
"Baiklah, berhubung makan siangku sudah habis dan jam istirahatku juga sebentar lagi selesai. Maka saya pamit dulu" ucap Atha sopan.
Athalia bangkit dari tempat duduknya. Ia masih saja dalam mode menahan tawanya yang tak kunjung reda. Atha langsung bergegas meninggalkan kediaman keluarga Sanjaya. Ia melangkahkan kakinya dengan riang. Tak lupa tawa yang sedari tadi tak bisa dibendungnya karena ucapan-ucapan Dira yang menggelitik hatinya.
"Huft... Akhirnya dia pulang juga" Dira menghela nafas lega setelah mendengar deru mobil milik dokter itu perlahan semakin tak terdengar.
Dira mengambil ponselnya dan mendial seseorang yang sangat ia rindukan kehadirannya.
"Halo, Kadir. How are you?."
"Kiaraaaa sarang burunggggg....!!!! Cepat pulang, gue kangen...!!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
lucu si Dira masa mau memaafkan harus nunggu lebaran 🤭🤭
2023-01-02
2
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
emang ngeselin nih tingkahnya bang Dira🤣🤦🏻♀️
ada tamu bukannya ramah malah sengaja jutek🤦🏻♀️
2023-01-02
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
cuma sayur bening....
air aja kan. mmhihihi
2023-01-02
0