5. Hari Pertama Jadi Istri

Setelah dari Hotel tempat acara resepsi pernikahannya, mereka memilih untuk langsung pulang. Andra membawa istrinya ke rumah barunya.

Tetapi, di tengah jalan baru beberapa meter mobil itu melaju, Andra tiba-tiba mengehentikan laju mobilnya. Dia menyuruh Nafesa untuk duduk di bagian kursi belakang.

"Mas mau masuk ke Toko itu, jadi Mas menghentikan mobilnya di depan indo April?" tanyanya yang sama sekali tidak mengerti kenapa mobil berhenti dan ditengah jalan yang kebetulan di depan Toko tempat belanja.

Nafesa melirik ke arah suaminya yang terdiam saja tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan dari Nafesa.

Andra turun dari mobilnya, lalu membuka pintu bagian kursi yang diduduki oleh Nafesa.

"Turun dan duduk di belakang saja, Aku tidak suka jika Kamu duduk di sampingku," dengan raut wajah yang sedikit jutek.

Nafesa tidak pernah melihat senyuman tipis sedikit pun terpancar dari wajah suaminya setelah resepsi pernikahan mereka.

Wajahnya keheranan kenapa dia di suruh duduk di belakang.

"Kenapa harus di belakang?" tanyanya dengan raut wajah kebingungan.

"Tempatmu bukan di sampingku, tapi di belakangku, ingat statusmu jadi tolong jangan melampaui batasan ku, Kamu hanya istri di atas kertas gak lebih."

Nafesa segera turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu belakang.

"Hey!!! Kamu melupakan tasmu, ambil aku tidak ingin tasmu itu mengotori lantai mobilku," sarkas Andra.

Andra sama sekali tidak ingin berhubungan sedikit pun dengan Nafesa, tanpa terkecuali memandang status mereka sebelumnya.

Andra melempar tas itu kehadapan Nafeesa dan mengenai dadanya. Andra menatapnya dengan jengah dan tidak peduli sedikit pun.

Nafesa baru ingin mendudukkan bokongnya ke atas jok mobil, Andra tanpa pemberitahuan terlebih dahulu melajukan mobilnya. Hal itu, membuat tubuh Nafesa terdorong ke depan hingga keningnya terantuk ke kursi supir.

"Aauuuhhh," keluhnya sambil memegang keningnya yang sedikit membiru itu.

Andra tersenyum licik melihat apa yang dialami oleh Nafesa.

Nafesa sudah duduk dengan baik di kursi. Walaupun sedikit perih, Dia sama sekali tidak ingin mengeluh.

Andra kemudian berteriak kencang ke arah Nafesa lalu berkata,"Hey, apa Kamu tidak punya pakaian dan model lain? jujur saja kalau gitu pakaianmu terus, aku sangat malu."

Nafesa terkejut mendengar perkataan dari Andra yang menilai cara berpakaian dan penampilannya.

"Aku tidak menyangka kenapa Ayah dan ibu menikahkan Aku dengan gadis modelan gitu, apa menariknya sih?"

Andra mengamati Nafesa dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.

"Kemarin cantik banget waktu di make up dan memakai pakaian pengantin, loh sekarang cupu, culung amat yah?"

Nafesa kesehariannya memakai baju kemeja garis-garis dengan dipadukan rok rempel. Rambutnya yang selalu diikat atau dikepang dua.

"Maaf Aku tidak punya pakaian lain," jelasnya.

Andra hanya menggelengkan kepalanya dan tidak menyangka gadis ibu Kota lahir di Kota, tapi penampilannya seperti orang yang berasal dari pelosok Kampung saja.

"Insya Allah Aku bisa melalui semua ini."

Tidak lama kemudian, Mobil mereka sudah memasuki area perumahan elit milik Andra. Mereka turun dari mobilnya dan berjalan ke arah pintu masuk.

"Ini adalah rumahku, mulai hari ini Kamu akan tinggal bersamaku di sini, tapi bukan sebagai istriku hanya sebagai pembantu, ingat dan camkan baik-baik perkataanku sampai kapan pun."

Nafesa menganggukkan kepalanya tanpa suara. Dia mengamati rumah Andra yang cukup bagus dan mewah walau pun ukurannya tidak terlalu besar.

Awalnya, kedua orangtuanya menginginkan mereka untuk menetap dan tinggal di rumah utama keluarga besar Andra. Dia menolak dengan berbagai macam alasan, sehingga mau tidak mau kedua orang tuany menyetujui keinginan dan keputusan Andra.

Ke dua orang tuanya tidak ingin memaksakan kehendaknya. Mereka sudah bahagia dan bersyukur karena Andra memenuhi permintaannya untuk menikahi Nafesa.

Andra tidak ingin, pernikahannya yang tidak sehat dan tidak beres diketahui oleh kedua keluarga besar mereka. Jika mereka tinggal se atap dengan keluarganya, keburukan dan kebusukannya otomatis akan ketahuan oleh orang lain.

Terutama Andra tidak ingin perselingkuhannya terbongkar di hadapan keluarganya yang nantinya akan membuat dirinya dikeluarkan dari kartu keluarga dan dihapus dari penerima warisan.

Nafesa mengikuti langkah Andra hingga ke dalam kamarnya, karena sedari tadi berjalan dengan menundukkan wajahnya hingga disaat Andra berhenti secara tiba-tiba, diapun menabrak punggung keras Andra.

"Aauuhhhh," teriak Nafesa.

Kening yang masih sedikit terasa ngilu dan perih gara-gara terbentur di mobil, sekarang kembali terulang lagi walaupun dengan benda yang berbeda.

Andra menatap Nafesa dengan sinis sekaligus jengah dengan kecerobohan Nafesa.

Andra kembali melanjutkan langkahnya hingga ke dalam kamar pribadinya. Dia semakin dibuat marah saat dia melihat Nafesa sudah meletakan tasnya di atas meja nakasnya.

Dia langsung berteriak ke arah Nafesa berada.

"Hei!!!! keluar dari kamarku."

Nafesa terjingkak dari tempatnya berdiri saat telinganya menangkap suara intrupsi dari Andra yang menggelegar bagaikan petir di siang bolong.

"Kamu tidak berhak tidur ataupun tinggal di kamarku ini, kamarmu itu ada di bawah di lantai dua," ucap Andra dengan suara besarnya.

Nafesa yang mendengar teriakan tiba-tiba dari suaminya, langsung refleks bergegas meraih tasnya.

"Maafkan saya Mas, saya tidak tahu kalau kamar ini bukan kamar Saya," ucapnya.

Nafesa merasa kecewa karena ternyata diusir dari kamar pribadi suaminya oleh yang punya kamar itu.

"Ingat mulai detik ini dan sampai kapan pun, Kamu tidak boleh menginjakkan kaki Kamu ke dalam sini, aku haramkan Kamu untuk menyentuh dan berada di dalam kamarku."

"Baik Mas," jawabnya dengan senyuman tipis Nafesa.

Walaupun kecewa dan sedih dengan perlakuan suaminya, tapi dia selalu berusaha untuk selalu terus tersenyum.

Dia berjalan ke arah luar dan tidak lupa menutup pintu itu dengan rapat.

"Ya Allah kuatkanlah hatiku, berikanlah Aku kesabaran menghadapi sikap suamiku, dan lembutkanlah hati dan perasaannya suamiku Mas Andra."

Dia kemudian berjalan perlahan menuruni anak tangga. Sesekali melirik ke belakang, dia berharap Andra berubah pikiran dan mengajaknya tinggal bersama di dalam kamarnya.

Tapi, harapan hanya tinggal harapan apa yang diharapkan dan diimpikan olehnya tidak terwujud hingga langkahnya sudah menapaki undakan tangga terakhir.

Keningnya berkerut ketika mengetahui bahwa apa yang dia inginkan tidak akan jadi kenyataan.

Dia berjalan ke arah kamarnya hanya berjarak beberapa meter saja dari tangga. Pintu yang bercat putih itu terbuka. Dia memperhatikan ke sekeliling kamar sebelum menginjakan kakinya di dalam kamarnya.

"Alhamdulillah," ucapnya lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang pas untuk ukuran tubuhnya saja.

Dua minggu sudah berlalu sejak mereka menikah. Tapi, hingga detik itu juga Andra tetap tidak berubah, selalu saja bersikap dingin, cuek, dan tidak perduli pada istrinya sedikit pun.

Mereka tidak pernah duduk di meja makan yang sama untuk makan bersama. Berpapasan saja sangat jarang, apa lagi untuk berbincang-bincang hanya sekedar basa-basi doang.

Nafesa selalu melayani suaminya dengan cara mencucikan pakaiannya, membersihkan seluruh rumah, memasak walaupun masakannya untuk dicicipi saja tidak pernah apa lagi untuk memakannya.

Dia ingin mengabdi kepada suaminya selalu gagal, karena apa yang dilakukan olehnya selalu tidak diinginkan dan ditolak mentah-mentah oleh Andra.

Seperti hari ini Nafesa masak makanan makan malam untuk suaminya. Tapi, Andra belum menampakkan batang hidungnya sedari tadi.

Nafesa duduk di kursi tamu. Ia menunggu kedatangan suaminya. Dia tidak bosan menatap ke arah dinding tempat Jam berada.

Sedangkan di dalam rumah salah satu penghulu yang sering menikahkan calon pengantin. Andra dan Lidya sudah duduk di depan Bapak penghulu. Mereka sudah siap menikah.

Awalnya bapak penghulu itu menolak, tetapi dengan iming-iming amplop yang cukup tebal isinya membuat bapak penghulu siap.

"Bapak tidak perlu khawatir, Saya sudah menyiapkan banyak uang untuk bapak yang penting bapak bisa menikahkan Kami malam ini juga," jelasnya dengan menyodorkan sebuah amplop putih.

Bapak penghulu matanya langsung berbinar-binar cerah setelah mengambil amplop itu. Lidya menatap ke arah bapak penghulu itu dan menaikkan jempolnya sembunyi-sembunyi di sekitar sudut meja.

Tidak lama kemudian kata Sah sudah terdengar dari mulutnya Pak Penghulu. Mereka sudah resmi dalam ikatan suci pernikahan, walaupun hanya sekedar nikah secara agama saja.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Andra belum juga pulang. Berulang kali Nafesa menguap, tapi ia masih setia menunggu hingga baru beberapa saat dia membaringkan tubuhnya di atas kursi panjang. Pintu berdaun dua itu terbuka lebar membuat Nafesa terbangun dari baringnya.

Dia berlari kecil menuju pintu, tapi langkahnya terhenti sesaat setelah melihat siapa sosok orang yang berada di balik pintu.

Dia mematung di tempatnya dan keheranan melihat kedatangan orang itu. Apa lagi, perempuan itu memakai pakaian pengantin.

Lututnya langsung loyo seketika, yang tadinya sangat ngantuk sekarang rasa kantuknya hilang seketika terbang menguap bersama angin.

Terpopuler

Comments

Bintang Star💫

Bintang Star💫

sini as ku temani tidur 🤣🤣

2022-08-04

1

Emak Femes

Emak Femes

mangat kak

2022-08-04

2

Rahmiati ernuu

Rahmiati ernuu

bujukan setan sangat dahsyat

2022-08-03

2

lihat semua
Episodes
1 1. Rencana
2 2. Pernikahan
3 3. Malam Pertama
4 4. Sendiri di Malam Pertama
5 5. Hari Pertama Jadi Istri
6 6. Tak Berperasaan
7 7. Kedatangan Mertua
8 8. Belum Saatnya
9 9. Hampir Saja Ketahuan
10 10. Taktik Ibu Anna
11 11. Sukses
12 12. Mabuk
13 13. Kewajiban Suami Istri
14 14. Terpesona
15 15. Kemarahan Lidya
16 16. Harapan Nafeesa
17 17. Taktik Lidya
18 18. Godaan Lidya
19 19. Tuduhan
20 20. Keputusan Andra
21 21. Pulang Ke Jakarta
22 22. Kesedihan
23 23. Pilihan Lidya
24 24. Berjalan Kaki
25 25. Pilihan Yang Sulit
26 26. Melamar Pekerjaan
27 27. Hasil Tes
28 28. Perdebatan Nyonya Dea Dengan Cucunya
29 29. Sebuah Map
30 30. Kenyataan itu Fakta
31 31. Pingsan
32 32. Permintaan Yang Tidak Mudah
33 33. Akting Nyonya Dea
34 34. Yes or No
35 35. Kepergian Lidya, Papayo
36 36. Akad Nikah Yang Kedua
37 37. Kebahagiaan Sakti
38 38. Usaha Andra
39 39. Kehancuran Andra
40 40. Kesedihan dan Penyesalan Andra
41 41. Dua Sisi Hidup Yang Berbeda
42 Bab. 42. Keinginan Yang Tidak Terpenuhi
43 43. Penyakit Sakti
44 44. Penyesalan Nafeesa
45 45. Menjalankan Rencana
46 46. Taktik Jahat Lusia Gagal
47 47. Permohonan Lusia
48 48. Kecemasan Sakti
49 49. Kecemburuan Nafeesa
50 50. Kemarahan Nafeesa Yang Awet
51 51. Kekaguman Para Maid
52 52. Nafeesa Tidak Sadarkan Diri
53 53. Dokter Kandungan Baru
54 54. Kondisi Mental Andra
55 55. Kegagalan Lagi
56 56. Sebuah Mimpi
57 57. Secercah Harapan
58 58. Kebahagiaan
59 59. Harapan Ibu Anna
60 60. Pertemuan Dengan Kawan Lama
61 61. Berangsur Membaik
62 62. Akan Melahirkan
63 63. Kelahiran Anak Kembar
64 64. Baby Ara dan Daren
65 65. Acara Aqiqahan Baby Twins D
66 66. Penyakit Lama
67 67. Permintaan Sakti
68 68. Kesedihan Nafeesa
69 68. Kesedihan Sakti
70 70. Menyelami Rasa Yang Ada
71 71. Pulang Ke Rumah Baru
72 72. Sikap dan Perlakuan Yang Berbeda
73 73. Fakta is Real
74 74. Ancaman
75 75. Rahasia Prita
76 76. Fakta Baru
77 77. Kenyataan Pahit
78 78. Insiden Maut
79 79. Firasat
80 80. Ketakutan Nafeesa
81 81. Kesedihan dan Harapan
82 82. Nafeesa Tak Sadarkan Diri
83 83. Kepergian Sakti Untuk Selamanya
84 84. Selamat Jalan Sakti
85 85. Nafeesa Terguncang
86 86. Kesedihan Daffa
87 87. Kepergian Nyonya Dea
88 88. Kemunafikan dan Kelicikan
89 89. Kemenangan Dari Nyonya Dea
90 80. Feeling Daffin
91 81. Rencana Kepulangan Nafeesa dari RS
92 82. Pilihan Nafeesa
93 83. Kembali ke Rumah Bu Laila
94 94. Permohonan Nafeesa
95 95. Kebaikan Bu Laila
96 96. Kesedihan Ara
97 97. Rencana Pindah Sekolah
98 98. Otw Sekolah
99 99. Pertemuan Pertama
100 100. Mencari Kerjaan
101 101. Perasaan Aneh
102 102. Bekal Makanan Untuk Ara
103 103. Kebahagiaan Dilara Aysila Aireen
104 104. Rem Blong
105 105. Permintaan Nafeesa
106 106. Sepatu Spesial
107 107. Menyembunyikan Kebenaran
108 108. Tidak Mungkin
109 109. Akhir kisah Mereka
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Rencana
2
2. Pernikahan
3
3. Malam Pertama
4
4. Sendiri di Malam Pertama
5
5. Hari Pertama Jadi Istri
6
6. Tak Berperasaan
7
7. Kedatangan Mertua
8
8. Belum Saatnya
9
9. Hampir Saja Ketahuan
10
10. Taktik Ibu Anna
11
11. Sukses
12
12. Mabuk
13
13. Kewajiban Suami Istri
14
14. Terpesona
15
15. Kemarahan Lidya
16
16. Harapan Nafeesa
17
17. Taktik Lidya
18
18. Godaan Lidya
19
19. Tuduhan
20
20. Keputusan Andra
21
21. Pulang Ke Jakarta
22
22. Kesedihan
23
23. Pilihan Lidya
24
24. Berjalan Kaki
25
25. Pilihan Yang Sulit
26
26. Melamar Pekerjaan
27
27. Hasil Tes
28
28. Perdebatan Nyonya Dea Dengan Cucunya
29
29. Sebuah Map
30
30. Kenyataan itu Fakta
31
31. Pingsan
32
32. Permintaan Yang Tidak Mudah
33
33. Akting Nyonya Dea
34
34. Yes or No
35
35. Kepergian Lidya, Papayo
36
36. Akad Nikah Yang Kedua
37
37. Kebahagiaan Sakti
38
38. Usaha Andra
39
39. Kehancuran Andra
40
40. Kesedihan dan Penyesalan Andra
41
41. Dua Sisi Hidup Yang Berbeda
42
Bab. 42. Keinginan Yang Tidak Terpenuhi
43
43. Penyakit Sakti
44
44. Penyesalan Nafeesa
45
45. Menjalankan Rencana
46
46. Taktik Jahat Lusia Gagal
47
47. Permohonan Lusia
48
48. Kecemasan Sakti
49
49. Kecemburuan Nafeesa
50
50. Kemarahan Nafeesa Yang Awet
51
51. Kekaguman Para Maid
52
52. Nafeesa Tidak Sadarkan Diri
53
53. Dokter Kandungan Baru
54
54. Kondisi Mental Andra
55
55. Kegagalan Lagi
56
56. Sebuah Mimpi
57
57. Secercah Harapan
58
58. Kebahagiaan
59
59. Harapan Ibu Anna
60
60. Pertemuan Dengan Kawan Lama
61
61. Berangsur Membaik
62
62. Akan Melahirkan
63
63. Kelahiran Anak Kembar
64
64. Baby Ara dan Daren
65
65. Acara Aqiqahan Baby Twins D
66
66. Penyakit Lama
67
67. Permintaan Sakti
68
68. Kesedihan Nafeesa
69
68. Kesedihan Sakti
70
70. Menyelami Rasa Yang Ada
71
71. Pulang Ke Rumah Baru
72
72. Sikap dan Perlakuan Yang Berbeda
73
73. Fakta is Real
74
74. Ancaman
75
75. Rahasia Prita
76
76. Fakta Baru
77
77. Kenyataan Pahit
78
78. Insiden Maut
79
79. Firasat
80
80. Ketakutan Nafeesa
81
81. Kesedihan dan Harapan
82
82. Nafeesa Tak Sadarkan Diri
83
83. Kepergian Sakti Untuk Selamanya
84
84. Selamat Jalan Sakti
85
85. Nafeesa Terguncang
86
86. Kesedihan Daffa
87
87. Kepergian Nyonya Dea
88
88. Kemunafikan dan Kelicikan
89
89. Kemenangan Dari Nyonya Dea
90
80. Feeling Daffin
91
81. Rencana Kepulangan Nafeesa dari RS
92
82. Pilihan Nafeesa
93
83. Kembali ke Rumah Bu Laila
94
94. Permohonan Nafeesa
95
95. Kebaikan Bu Laila
96
96. Kesedihan Ara
97
97. Rencana Pindah Sekolah
98
98. Otw Sekolah
99
99. Pertemuan Pertama
100
100. Mencari Kerjaan
101
101. Perasaan Aneh
102
102. Bekal Makanan Untuk Ara
103
103. Kebahagiaan Dilara Aysila Aireen
104
104. Rem Blong
105
105. Permintaan Nafeesa
106
106. Sepatu Spesial
107
107. Menyembunyikan Kebenaran
108
108. Tidak Mungkin
109
109. Akhir kisah Mereka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!