Dilema Diantara Dua Pilihan

Dilema Diantara Dua Pilihan

1. Rencana

Ketika anda membuat pengorbanan dalam pernikahan, anda tidak hanya mengorbankan satu sama lain, tetapi satu kesatuan dalam suatu hubungan. Pernikahan yang sukses selalu segitiga seorang pria, seorang wanita dan Allah.

Pernikahan adalah selalu bersama dan tetap dalam satu tujuan meski dengan cara yang terkadang berbeda.

Takdir tak pernah bertanya sedalam apa kau mencinta seseorang. Maka jika dia milikmu, Ia tak akan memilih orang lain selain dirimu.

Rumah yang bercat kuning itu, dengan desain interior yang minimalis, tapi tidak meninggalkan kesan moderennya masih berdiri kokoh walaupun sudah berusia 30 tahun lebih.

Nafeesa baru saja sampai di depan rumahnya, Rumah tempat Dia dibesarkan sejak dirinya diasuh dan diangkat jadi anak di dalam rumah itu. Waktu itu dia berusia kira-kira sekitar tiga tahun.

Dia memasukkan mobil kesayangannya ke dalam garasi rumahnya. Mobil jenis Honda Vario series dengan warna merah yang setiap hari menjadi teman setianya disaat akan bepergian dan terutama jika bekerja.

Nafeesa merasa hari ini cukup melelahkan, karena harus menyelesaikan banyaknya tumpukan dokumen yang harus dia selesaikan.

Dia mematikan mesin mobilnya dan turun dari mobilnya tersebut. Di rumah itu lah Dia dibesarkan dengan penuh kasih sayang yang tulus.

Ke dua orang tua angkatnya memberikan kasih sayang yang tulus layaknya Ia anak kandung. Bukan hanya curahan kasih sayang dia dapatkan dari Mami dan Papinya tapi, dari Kakeknya Tuan Brawijaya terkhusus.

Tuan Brawijaya sangat menyayanginya dengan setulus hatinya, bahkan sangat memanjakan cucunya itu. Sejak kecil, ia tidak pernah menentang atau pun melanggar aturan yang dibuat oleh Kakeknya. Karena itu lah dirinya sangat disayangi oleh Pak Brawijaya.

Pak Brawijaya adalah pensiunan tentara sehingga didikan yang diterima oleh Nafeesa pun sangat lah disiplin dan mandiri. Ia bangga dibesarkan dan diasuh oleh Kakeknya tersebut. Karena baginya, tanpa Kakeknya lah Ia tidak akan seperti sekarang ini.

Dan sebab itu lah, saat dirinya mendengar berita tentang perjodohannya, tanpa banyak pikir dua menyetujui hal tersebut. Walaupun Dia belum pernah melihat sosok calon suaminya itu sekalipun seumur hidupnya.

Nafeesa sedikit pun tidak membantah permintaan dan keputusan yang telah dipilihkan untuknya jodoh yang sudah diatur oleh mereka.

Dengan bismillah ia memantapkan hati dan perasaannya untuk menerima perjodohan itu. Kakeknya pun sangat bahagia disaat Dirinya mengiyakan dan setuju dengan perjodohannya. Pernikahannya tersisa dua minggu dari hari itu.

"Ya Allah jika ini yang terbaik untuk kehidupanku maka ikhlaskan hati ini untuk menerima dan menjalankan amanah dari Kakek."

Nafeeza terduduk di ujung ranjangnya sambil memikirkan keputusan yang sudah dia ambil.

Dia tidak ingin menghancurkan kebahagiaan yang terpancar dari ke dua orang tuanya. Kakeknya sangat bahagia karena sejak dahulu sudah merencanakan dan memimpikan pernikahan mereka.

Tok... Tok..

Suara ketukan pintunya membuyarkan lamunannya. Dia bergegas berdiri dan beranjak dari duduknya.

Ia terlebih dahulu merapikan pakaiannya, bercermin sekilas untuk melihat wajahnya yang sembab itu setelah menangis.

"Nafeesa apa Kamu sudah tidur nak?" tanya Kakeknya.

Ternyata beliau yang telah mengetuk pintu kamarnya sedari tadi.

"Belum kek, tunggu saya bukakan pintunya," jawabnya dari arah dalam kamarnya.

Ia memegang gagang pintu dan bersiap memutar kenop pintunya. Wajah teduh dan penuh karisma yang terlihat di kedua pasang matanya.

Di wajahnya sudah ada beberapa guratan halus keriput di wajahnya, pertanda jika usia beliau sudah memasuki usia senja.

Nafeeza langsung tersenyum manis ke arah Kakeknya agar Beliau tidak mengetahui jika dirinya baru saja menangis tersedu-sedu.

"Masuk Kek," titahnya.

Pak Brawijaya masuk ke dalam kamarnya.

Ia berjalan ke sudut ruangan kamar Nafeesa, beliau duduk di kursinya yang berdekatan dengan jendela.

Pak Brawijaya menatap lekat wajah cucu angkatnya. Beliau merasa bangga, karena Nafeesa selalu memenuhi keinginan dan permintaannya tanpa ada bantahan sedikit pun. Seperti halnya dengan perjodohan ini.

Beliau beranggapan tidak sia-sia dia didik dengan keras dan disiplin.

"Kakek baik-baik saja kan?" Nafeeza melihat ke arah wajah Kakeknya.

Seperti ada sesuatu yang dipikirkan oleh Kakeknya yang menjadi beban pikirannya. Dia memegang lembut dan penuh kasih sayang tangan yang mulai keriput itu.

"Kakek apa baik-baik saja? sepertinya ada yang mengganjal dipikiran Kakek," ujarnya sambil menatap ke arah dalam ke dua bola matanya.

Pak Brawijaya hanya tersenyum menanggapinya pertanyaan dari cucu kesayangannya itu. Kasih sayang dicurahkan oleh Pak Brawijaya menimbulkan kecemburuan dari Lidya. Tapi, satu pun dari anggota keluarganya tidak ada yang tahu. Lidya sangat pintar bermain drama jika di depan mereka.

"Maafkan Kakek jika, harus memaksakan kehendak Kakek nak, Kakek ingin melihat Kamu bahagia di sisa waktu dan Hidupnya Kakek," tutur Kakeknya dengan wajah sendunya.

Nafeesa mencium punggung tangan kakeknya agar beliau merasa tenang.

"Apa Kamu keberatan jika Kakek jodohkan dengan anak dari temannya Kakek?" tanya kakeknya sambil memegang tongkatnya yang selalu setia menemaninya.

"Saya sama sekali tidak keberatan Kakek, insya Allah siap menikah dengan pria pilihan Kakek," jawabnya dengan suara yang lemah lembut.

"Tapi, nak ini adalah hidupmu, Kamu bisa menolak pernikahan kalian sebelum akad nikahnya, Kakek ridho dengan keputusan Kamu," terang Kakeknya.

Kakeknya memegang tangan cucunya dengan penuh kasih sayang.

Nafeesa memandang penuh rasa kasih sayang dan cinta kasih kepada Kakeknya. Tatapan mata yang teduh menyejukkan hati. Dia menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan dari Kakeknya.

"Kakek, Saya tidak ingin membatalkan pernikahan ini dan tidak akan pernah, Hyuna siap menikah dengan pria manapun yang kakek kehendaki," tuturnya.

"Tapi!! nak ini hidupmu, Kamu lah yang akan menjalaninya bukan Kakek," dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Sedikit pun tidak pernah menyesal dengan pilihan dan keputusan Nafeesa kek, jadi kumohon jangan sesekali mengatakan perkataan itu lagi," jelasnya lagi.

Pak Brawijaya memeluk tubuh cucunya dan tubuhnya bergetar menahan tangisnya sehingga ia mengeratkan pelukannya dengan mengelus punggung tua renta itu. Air matanya yang sedari tadi dia tahan akhirnya luruh juga.

Lidya yang mengetahui jika ke dua orang tua kekasihnya datang melamar, awalnya sangat bahagia. Tetapi, setelah mendengar langsung dari mulut pak Handoko Ayahnya Andra, Dia sangat marah dan kecewa.

Dia langsung berlari ke arah luar dan membawa mobilnya menuju apartemen milik Andra.

"Kenapa harus seperti ini haaaa!!! kenapa si anak pungut itu yang akan menikah dengan Mas Andra?"

Ia berulang kali memukul setir mobilnya, hingga kepalang tangannya memerah.

Lidya berjalan tergesa-gesa ke arah Apartemen milik Andra. Apartemen itu hanya mereka berdua saja yang mengetahui keberadaannya, jika Andra memiliki satu unit apartemen.

Tanpa ba-bi-bu Lidya masuk ke dalam kamar, dengan wajah yang sedari tadi ditekuk dan mulutnya komat kamit.

"Mas!! kenapa sih Mas tidak menolak keinginan orang tuanya Mas? Mas bisa kan mengatakan sama mereka jika kita sedari dulu kita saling mencintai," ucap Diandra.

Andra yang baru saja selesai mandi, sedikit terkejut dengan kedatangan kekasihnya yang menyerangnya dengan berbagai pertanyaan.

Andra langsung menarik pinggang kekasih gelapnya itu. Tapi, dicegah oleh Lidya. Ia menghempaskan tangannya Andra.

Dia berusaha membujuk kekasihnya dengan sentuhan yang sangat halus sehingga Lidya mampu dalam sekejap melupakan kemarahannya itu.

Mereka berpelukan dengan posisi Andra di belakang. Dengan ke dua lengannya melingkar di atas perutnya Lidya.

"Maafkan Mas sayang, Mas tidak mungkin menentang keputusan ke dua orang tuaku, Aku tidak ingin dicap anak durhaka," jawabnya.

"Oohh jadi Mas lebih memilih ke dua orang tua Mas dari pada Saya?" tanyanya dengan emosi yang sudah menggebu.

"Bukan begitu, tapi apa Kamu ingin jika kelak nanti Mas dicoret dari daftar penerima warisan? apa itu yang Kamu inginkan?" Andra mengerakkan pelukannya.

Lidya terdiam dan memikirkan perkataan dari Andra kekasihnya itu.

"Kalau Mas Andra tidak jadi CEO lagi, otomatis hidupku akan melarat, dan tidak akan jadi asisten pribadinya lagi dong."

"Tapi!!! sampai kapan Mas hubungan kita seperti ini? setiap kali bertemu harus sembunyi-sembunyi seperti anak kecil yang main petak umpet saja," jelasnya.

Dia menghempaskan tangannya Andra dari pinggangnya dengan sedikit kasar.

Lidya pun memalingkan wajahnya ke arah lain, Dia tidak ingin menatap wajah kekasihnya itu. Dia sengaja berbuat seperti itu, agar sang kekasih menuruti keinginannya.

"Mas mohon untuk kali ini dengarkan Mas sayang, Mas lakukan semua ini demi masa depan kita berdua nantinya, Mas janji Mas pasti akan nikahi Kamu," terangnya yang meraih ke dua tangannya Lidya lalu menciumnya.

"Baiklah kali ini, Saya akan mengalah, tapi tidak untuk lain kali," ujarnya.

Semua itu hanya di bibirnya saja, sedangkan di dalam hatinya sebenarnya sangat marah, tapi mau tidak mau harus pura-pura menuruti permintaan dari pacarnya.

Lidya menumpahkan segala gunda gulananya di hadapan Andra, Lidya menarik tangannya Andra ke atas ranjang king size-nya.

Lidya membuka pakaiannya di hadapan Andra. Hingga dia berbaring dengan keadaan yang sudah polos tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuh sinyalnya.

Seperti itu lah kegiatan mereka setiap bertemu, selalu saja melakukan hubungan intim layaknya sepasang suami istri..

Setelah pergulatan mereka selesai, barulah Andra berhasil menenangkan kekasih dan pujaan hatinya yang tentunya dengan kata-kata dan rayuan maut khasnya.

Andra membelai rambut panjang Lidya lalu berkata," Sayang, Kamu tak perlu merisaukan apa pun itu, pernikahanku dengan perempuan bodoh itu hanya sebatas hitam di atas putih saja."

"Apa jaminannya jika Mas hanya menganggap istri hanya sebatas status saja?" Lidya memandang ke dalam bola mata Andra yang sebening embun pagi.

"Secuil pun aku tidak akan menyentuhnya, bahkan mencintainya pun tidak akan pernah, jadi please yah, jangan pernah Kamu merasakan cemburu bahkan tidak mempercayai bukti cintaku padamu."

Andra kembali mencium bibir seksi Lidya, dan mereka kembali bergulat dengan begitu panas dan hotnya. Berulang kali mereka lakukan dengan berbagai gaya dan pose yang berbeda-beda hingga mereka tak mampu lagi untuk melanjutkannya.

Mereka sama-sama tetkulai lemas saat mereka mencapai puncak kenikmatan surga dunia yang tiada kira.

Hubungan terlarang yang mereka bangun itu, tidak pernah mereka pikirkan konsekuensi dari pilihan mereka.

Mereka tidak tahu kalau mereka sudah salah langkah dan perbuatan mereka sangat tidak pantas untuk mereka lakukan.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

sebenarny tahu perbuatan itu salah tp msh dlakukan dan dlanjutkn jadi kebiasaan...

2024-10-31

0

martina melati

martina melati

tidak malu dan takut dg perbuatan asusila

2024-10-31

0

martina melati

martina melati

knp mata kakek berkaca2... nangis y???

2024-10-31

0

lihat semua
Episodes
1 1. Rencana
2 2. Pernikahan
3 3. Malam Pertama
4 4. Sendiri di Malam Pertama
5 5. Hari Pertama Jadi Istri
6 6. Tak Berperasaan
7 7. Kedatangan Mertua
8 8. Belum Saatnya
9 9. Hampir Saja Ketahuan
10 10. Taktik Ibu Anna
11 11. Sukses
12 12. Mabuk
13 13. Kewajiban Suami Istri
14 14. Terpesona
15 15. Kemarahan Lidya
16 16. Harapan Nafeesa
17 17. Taktik Lidya
18 18. Godaan Lidya
19 19. Tuduhan
20 20. Keputusan Andra
21 21. Pulang Ke Jakarta
22 22. Kesedihan
23 23. Pilihan Lidya
24 24. Berjalan Kaki
25 25. Pilihan Yang Sulit
26 26. Melamar Pekerjaan
27 27. Hasil Tes
28 28. Perdebatan Nyonya Dea Dengan Cucunya
29 29. Sebuah Map
30 30. Kenyataan itu Fakta
31 31. Pingsan
32 32. Permintaan Yang Tidak Mudah
33 33. Akting Nyonya Dea
34 34. Yes or No
35 35. Kepergian Lidya, Papayo
36 36. Akad Nikah Yang Kedua
37 37. Kebahagiaan Sakti
38 38. Usaha Andra
39 39. Kehancuran Andra
40 40. Kesedihan dan Penyesalan Andra
41 41. Dua Sisi Hidup Yang Berbeda
42 Bab. 42. Keinginan Yang Tidak Terpenuhi
43 43. Penyakit Sakti
44 44. Penyesalan Nafeesa
45 45. Menjalankan Rencana
46 46. Taktik Jahat Lusia Gagal
47 47. Permohonan Lusia
48 48. Kecemasan Sakti
49 49. Kecemburuan Nafeesa
50 50. Kemarahan Nafeesa Yang Awet
51 51. Kekaguman Para Maid
52 52. Nafeesa Tidak Sadarkan Diri
53 53. Dokter Kandungan Baru
54 54. Kondisi Mental Andra
55 55. Kegagalan Lagi
56 56. Sebuah Mimpi
57 57. Secercah Harapan
58 58. Kebahagiaan
59 59. Harapan Ibu Anna
60 60. Pertemuan Dengan Kawan Lama
61 61. Berangsur Membaik
62 62. Akan Melahirkan
63 63. Kelahiran Anak Kembar
64 64. Baby Ara dan Daren
65 65. Acara Aqiqahan Baby Twins D
66 66. Penyakit Lama
67 67. Permintaan Sakti
68 68. Kesedihan Nafeesa
69 68. Kesedihan Sakti
70 70. Menyelami Rasa Yang Ada
71 71. Pulang Ke Rumah Baru
72 72. Sikap dan Perlakuan Yang Berbeda
73 73. Fakta is Real
74 74. Ancaman
75 75. Rahasia Prita
76 76. Fakta Baru
77 77. Kenyataan Pahit
78 78. Insiden Maut
79 79. Firasat
80 80. Ketakutan Nafeesa
81 81. Kesedihan dan Harapan
82 82. Nafeesa Tak Sadarkan Diri
83 83. Kepergian Sakti Untuk Selamanya
84 84. Selamat Jalan Sakti
85 85. Nafeesa Terguncang
86 86. Kesedihan Daffa
87 87. Kepergian Nyonya Dea
88 88. Kemunafikan dan Kelicikan
89 89. Kemenangan Dari Nyonya Dea
90 80. Feeling Daffin
91 81. Rencana Kepulangan Nafeesa dari RS
92 82. Pilihan Nafeesa
93 83. Kembali ke Rumah Bu Laila
94 94. Permohonan Nafeesa
95 95. Kebaikan Bu Laila
96 96. Kesedihan Ara
97 97. Rencana Pindah Sekolah
98 98. Otw Sekolah
99 99. Pertemuan Pertama
100 100. Mencari Kerjaan
101 101. Perasaan Aneh
102 102. Bekal Makanan Untuk Ara
103 103. Kebahagiaan Dilara Aysila Aireen
104 104. Rem Blong
105 105. Permintaan Nafeesa
106 106. Sepatu Spesial
107 107. Menyembunyikan Kebenaran
108 108. Tidak Mungkin
109 109. Akhir kisah Mereka
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Rencana
2
2. Pernikahan
3
3. Malam Pertama
4
4. Sendiri di Malam Pertama
5
5. Hari Pertama Jadi Istri
6
6. Tak Berperasaan
7
7. Kedatangan Mertua
8
8. Belum Saatnya
9
9. Hampir Saja Ketahuan
10
10. Taktik Ibu Anna
11
11. Sukses
12
12. Mabuk
13
13. Kewajiban Suami Istri
14
14. Terpesona
15
15. Kemarahan Lidya
16
16. Harapan Nafeesa
17
17. Taktik Lidya
18
18. Godaan Lidya
19
19. Tuduhan
20
20. Keputusan Andra
21
21. Pulang Ke Jakarta
22
22. Kesedihan
23
23. Pilihan Lidya
24
24. Berjalan Kaki
25
25. Pilihan Yang Sulit
26
26. Melamar Pekerjaan
27
27. Hasil Tes
28
28. Perdebatan Nyonya Dea Dengan Cucunya
29
29. Sebuah Map
30
30. Kenyataan itu Fakta
31
31. Pingsan
32
32. Permintaan Yang Tidak Mudah
33
33. Akting Nyonya Dea
34
34. Yes or No
35
35. Kepergian Lidya, Papayo
36
36. Akad Nikah Yang Kedua
37
37. Kebahagiaan Sakti
38
38. Usaha Andra
39
39. Kehancuran Andra
40
40. Kesedihan dan Penyesalan Andra
41
41. Dua Sisi Hidup Yang Berbeda
42
Bab. 42. Keinginan Yang Tidak Terpenuhi
43
43. Penyakit Sakti
44
44. Penyesalan Nafeesa
45
45. Menjalankan Rencana
46
46. Taktik Jahat Lusia Gagal
47
47. Permohonan Lusia
48
48. Kecemasan Sakti
49
49. Kecemburuan Nafeesa
50
50. Kemarahan Nafeesa Yang Awet
51
51. Kekaguman Para Maid
52
52. Nafeesa Tidak Sadarkan Diri
53
53. Dokter Kandungan Baru
54
54. Kondisi Mental Andra
55
55. Kegagalan Lagi
56
56. Sebuah Mimpi
57
57. Secercah Harapan
58
58. Kebahagiaan
59
59. Harapan Ibu Anna
60
60. Pertemuan Dengan Kawan Lama
61
61. Berangsur Membaik
62
62. Akan Melahirkan
63
63. Kelahiran Anak Kembar
64
64. Baby Ara dan Daren
65
65. Acara Aqiqahan Baby Twins D
66
66. Penyakit Lama
67
67. Permintaan Sakti
68
68. Kesedihan Nafeesa
69
68. Kesedihan Sakti
70
70. Menyelami Rasa Yang Ada
71
71. Pulang Ke Rumah Baru
72
72. Sikap dan Perlakuan Yang Berbeda
73
73. Fakta is Real
74
74. Ancaman
75
75. Rahasia Prita
76
76. Fakta Baru
77
77. Kenyataan Pahit
78
78. Insiden Maut
79
79. Firasat
80
80. Ketakutan Nafeesa
81
81. Kesedihan dan Harapan
82
82. Nafeesa Tak Sadarkan Diri
83
83. Kepergian Sakti Untuk Selamanya
84
84. Selamat Jalan Sakti
85
85. Nafeesa Terguncang
86
86. Kesedihan Daffa
87
87. Kepergian Nyonya Dea
88
88. Kemunafikan dan Kelicikan
89
89. Kemenangan Dari Nyonya Dea
90
80. Feeling Daffin
91
81. Rencana Kepulangan Nafeesa dari RS
92
82. Pilihan Nafeesa
93
83. Kembali ke Rumah Bu Laila
94
94. Permohonan Nafeesa
95
95. Kebaikan Bu Laila
96
96. Kesedihan Ara
97
97. Rencana Pindah Sekolah
98
98. Otw Sekolah
99
99. Pertemuan Pertama
100
100. Mencari Kerjaan
101
101. Perasaan Aneh
102
102. Bekal Makanan Untuk Ara
103
103. Kebahagiaan Dilara Aysila Aireen
104
104. Rem Blong
105
105. Permintaan Nafeesa
106
106. Sepatu Spesial
107
107. Menyembunyikan Kebenaran
108
108. Tidak Mungkin
109
109. Akhir kisah Mereka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!