Love Tragedy (Kenzo & Kannaya)
Surya menyapa dengan sinarnya, semilir angin berhembus membelai dedaunan, alunan musik alam menggema di sepanjang malam membawa ketenangan.
"Bangun ... bangun ... bangun ... "
Suara itu masuk ke dalam mimpinya yang indah, menelisik telinga dengan paduan gemericik air yang berasal dari speaker musik yang berada di sudut ruangan.
Sreett!
Sudah dipastikan, walaupun matanya masih tertutup, ia dapat membayangkan bahwa gorden kamarnya telah dibuka. Sang mentari memaksakan sinarnya untuk menyelip masuk ke dalam netra yang masih terkatup.
Kini, ia merasakan tubuhnya terguncang, kemudian rasa dingin mulai menjalar, menandakan benda hangat yang semalam memeluknya kini telah terurai.
"Kanaya! Bangun!" Suara keras yang sangat dekat dengan telinga itu memaksa ia keluar dari zona nyamannya.
Gadis bernama Kanaya itu perlahan mengerjapkan kelopak matanya yang hampir mengembang akibat lamanya ia tertidur. Perlahan ia meregangkan punggungnya yang kaku setelah melewati malam yang panjang.
"Kenyang tidurnya?"
Kanaya menangkap samar sesosok pria dengan mata yang masih setengah terbuka. Kemudian, ia mengocek matanya dengan punggung telunjuknya.
"Eh, Kak Kenzo. Sudah rapi saja. Mau ke mana?" Kanaya menyeringai menampakkan seluruh giginya menyambut sang kakak.
"Mau ke mana, mau ke mana. Lihat! Sudah jam berapa ini?" Pria berahang tegas itu menunjuk jam dinding bergambar hello kitty di samping ruangan.
Seketika Kanaya melebarkan matanya ketika jam itu menunjukkan pukul 06:45 pagi.
"Hampir jam 7!! Astaga, aku belum bersiap!" Kanaya melompat dari atas pembaringannya dan bergegas untuk membersihkan diri.
"5 menit ya! Kutunggu di bawah!" teriak Kenzo kepada sang adik yang tengah berkutat di dalam kamar mandi.
"Tambahin 5 menit lagi, Kak!" tawarnya yang tidak mendapat sahutan lagi karena Kenzo sudah tidak ada di kamarnya.
Senin pagi yang sering membuat sensi. Sisa-sisa kemalasan masih senantiasa melekat dalam diri. Namun, sebagai pelajar yang tak mau merugi, jalan tengahnya menimba ilmu setiap hari.
Karena waktunya tidak banyak, Kanaya harus dapat mengemas ritual mandinya dengan cepat dan tepat, walau rasanya itu akan sangat mustahil mengingat ia akan menghabiskan waktu 20 menit hanya untuk mandi saja, belum lagi luluran dan sebagainya. Jadi ia memutuskan untuk tidak mandi.
Selesai mencuci wajah dan menggosok gigi, lekas Kanaya meraih tas, sepatu dan seragam putih abunya, lalu bergegas keluar menghampiri sang kakak.
"Ayo, Kak!" ajaknya ketika melalui Kenzo yang tengah menyesap rokoknya di halaman depan.
"Kau belum berganti pakaian?" tanyanya heran ketika melihat adiknya masih mengenakan baju tidurnya.
"Aku berganti di mobil saja, Kak. Ayo, cepat!" Kanaya memasukkan barang-barangnya ke kursi penumpang, kemudian dirinya ikut masuk ke sana.
"Kenapa kau duduk di belakang?" tanya Kenzo yang kini sudah berada di kursi kemudi.
"Mana mungkin aku berganti pakaian di sampingmu, Kak? Kau fokus saja menyetir, aku akan mulai berganti pakaian!"
Kenzo mendadak membeku. Mereka sudah bukan anak kecil lagi yang belum mempunyai rasa malu sekalipun mereka mandi bersama.
Tidak sengaja Kenzo melirik ke arah center mirror mobilnya yang menampilkan kegiatan Kanaya tengah membuka kancing piyamanya satu per satu. Segera ia melempar pandangannya, kemudian menutup spionnya.
Mengingat waktu yang terus berjalan, pria berambut ikal itu mulai melajukan mobilnya membelah jalan raya.
"Nay, awas saja jika kau berani berganti pakaian seperti ini di mobil orang lain!" ujar Kenzo posesif.
"Tidak akan, Kak. Ini keadaan darurat saja. Jika tidak seperti ini, bisa-bisa kita kena hukuman karena terlambat mengikuti upacara." jelasnya.
Kenzo hanya menggelengkan kepalanya menyaksikan kelakuan sang adik yang terkadang terlalu berani dan tak jarang pula bersikap manja kepadanya.
"Nah, beres deh," ucap Kanaya sembari melompat ke kursi depan.
Kanaya menyemprotkan sebuah parfum ke seluruh tubuhnya yang mungkin memiliki bau sedikit tidak sedap karena belum mandi.
"Tidak sekalian saja kau guyurkan parfum itu ke seluruh tubuhmu?" sindir Kenzo.
"Inginnya sih seperti itu, tapi sayang. Parfum ini pemberian Mama, jadi aku tidak ingin menghambur-hamburkannya," tutur Kanaya.
Ada setitik amarah sekaligus rindu yang menancap dalam hati Kenzo sekarang. Marah karena sang ibu yang seharusnya lebih memerhatikan anak-anaknya, namun lebih mementingkan pekerjaannya sebagai wanita karir. Padahal jelas-jelas ia memiliki suami yang mapan dan memiliki bisnis besar.
"Kak, Mama dan Papa kapan pulang?" tanya Kanaya yang begitu merindukan kedua orang tuanya.
"Kenapa kau tidak menghubungi mereka dan menanyakannya langsung?" usul Kenzo.
Kanaya menghirup nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar. Seakan memiliki beban yang teramat berat.
"Kenapa, hm?" tanya Kenzo lembut sembari mengelus kepala adiknya itu.
"Aku sudah mencoba beberapa kali menghubunginya, namun tidak ada jawaban juga sampai sekarang. Apa mereka sesibuk itu, Kak?"
Kenzo sejenak meremas gagang stirnya, berusaha menahan amarah yang semakin membuncah.
Empat bulan sudah orang tuanya berada di luar negeri untuk urusan bisnisnya. Apa pekerjaan di sana lebih penting dari pada anak-anaknya?
Sedari kecil, bisa dikatakan mereka telah kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Sebagai kakak, Kenzo dipaksa untuk melakukan segala sesuatu dengan mandiri, tanpa arahan dan bimbingan. Padahal ia masih membutuhkan itu semua, hingga saat ini.
Pria pemilik netra pekat itu tidak akan membiarkan hal serupa terjadi kepada adiknya. Sebisa mungkin, ia akan memberikan kasih sayang penuh kepada sang adik, walaupun dirinya sendiri belum pernah merasakannya.
Pasangan netra itu menangkap sebuah gedung yang menjulang, bertuliskan SMA Raya Agung. Sekolah para sultan. Ia memutar mobilnya memasuki area parkirannya yang membentang luas dipenuhi berbagai macam kendaraan mewah yang mengkilap di bawah sinar mentari.
"Untung saja masih keburu, Kak." ucap Kanaya ketika melihat para siswa di sana masih mojok di luar lapangan.
"Ya, untunglah." timpal Kenzo.
Seperti biasa, para siswi di sana pasti saja salah tingkah ketika melihat Kenzo. Bagaimana tidak? Kenzo memiliki paras yang tampan, kulit putih, tubuh tinggi dan berotot, mirip seperti artis Korea. Idaman para wanita.
Siswi di sana tidak pernah mengira bahwa Kanaya adalah adiknya. Karena perlakuan Kenzo kepada Kanaya terbilang sangat romantis jika hanya dikatakan sebagai kakak beradik.
Karena itu, tak jarang Kanaya mendapat rundungan dari kakak-kakak kelasnya yang menyukai Kenzo. Mereka menganggap Kanaya sebagai benalu yang selalu menempel kepada idolanya. Mereka ingin menggeser posisi Kanaya di hati Kenzo. Sangat mustahil.
Gadis pemilik rambut panjang bergelombang itu tidak pernah menceritakan kejadian tidak mengenakan yang dilakukan oleh kakak kelasnya kepada Kenzo, karena ia takut dirinya akan menjadi beban bagi sang kakak. Ia tidak ingin bersembunyi di balik nama kakaknya yang menjadi idola di sekolah ini.
Kanaya bisa saja terlihat berani di hadapan Kenzo, ceritanya akan berbeda jika di belakangnya.
Setengah jam telah berlalu, bendera merah putih tampak berkibar di langit biru. Upacara bendera telah diselesaikan dengan baik.
"Kanaya!"
"Eh, Maura!" sapa Kananya kepada sahabat baiknya.
"Eh, kenapa wajahmu pucat seperti itu? Apa kau sakit?" Maura kaget ketika melihat wajah yang sebelumnya selalu berseri, kini memucat.
"Tidak apa-apa, Maura. Aku hanya kehausan saja." jawabnya dengan suara yang mulai lemah.
Kanaya merasakan tenggorokannya seperti tercekat, dan kepalanya pusing.
"Oh, kau haus? Kau mau minum? Sebentar, sebentar, aku akan membelikanmu air dari kantin! Kau duduk dahulu di sini ya!" Maura menuntun Kanaya untuk duduk di bangku yang berada di pinggir lapangan, lalu ia bergegas pergi ke kantin untuk membeli air mineral.
Dari kejauhan, Kenzo melihat Kanaya yang tengah terduduk lemas di sana. Segera ia berlari mendekatinya.
"Nay, kau kenapa?" tanya Kenzo, khawatir.
"Kau pucat sekali. Apa kau sakit?" Kenzo menyentuh kening Kanaya dengan punggung tangannya.
"Tidak panas. Tapi, kenapa kau sepucat ini?"
"Aku ... aku ... "
Pandangan gadis itu mendadak gelap dan ia mulai kehilangan keseimbangan tubuhnya. Dengan sigap, Kenzo menahan tubuhnya.
"Nay, Kanaya! Bangun!"
Kenzo berusaha menyadarkan sang adik, namun ternyata ia tidak kunjung membuka matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Etik Puji Astuti
lanjut
2022-08-11
0
Anonymous
lg nyimak
2022-08-08
0
Nina ♋
Jadi penasaran, Kenzo, seperti apakah dirimu 🤔🤔
2022-08-08
1