KENAPA BISA SEPERTI ITU?

...***...

Istana Suka Damai.

Deg!.

Prabu Asmalaraya Arya Ardhana terkejut, ketika memasuki sebuah dimensi yang tidak biasa.

"Maafkan saya ayahanda Prabu."

Terlihat seorang pemuda menangis sedih, bersimpuh di kaki seorang laki-laki dewasa berpenampilan seperti seorang Raja.

"Sungguh, ampuni dosa saya." Ia menangis sesenggukan. "Saya yang salah ayahanda Prabu, saya telah jatuh cinta pada yunda citra hanum." Dadanya terasa sakit. "Ampuni saya ayahanda, saya telah berdosa." Ungkapnya dengan perasaan yang menyakitkan. "Mencintai saudara kandung saya sendiri."

"Tentunya kau mengetahuinya sendiri putraku." Hati sang Prabu terasa hancur. "Mencintai saudaramu sendiri, adalah dosa besar." Sang Prabu menatap sedih. "Karena cintamu yang terlalu besar, kau berhasil menggunakan pedang panggilan jiwa." Sang Prabu membantu putranya berdiri. "Pedang pembangkit raga dewi suarabumi." Sang Prabu semakin sesak. "Tentunya kau mengetahuinya, apa artinya? Jika kau menggunakan pedang itu, kan?."

"Saya juga tidak mengerti ayahanda Prabu." Ia memberi hormat. "Kenapa saya bisa jatuh cinta pada yunda citra hanum." Ia mencoba tegar. "Mungkin saja, karena dari lahir saya tidak merasakan kasih sayang dari ibunda Ratu." Jelasnya. "Yunda citra hanum merawat saya dengan penuh kasih sayang." Ia mengingat semua kejadian itu. "Menjaga saya sepenuh hati, sehingga saya jatuh cinta padanya."

"Ayahanda sangat cemas, kau tidak akan bisa bertahan lebih lama." Sang Prabu semakin tidak tenang. "Pedang itu, akan meminta penghukuman." Hati sang Prabu terasa sesak. "Kau akan terbunuh dengan mengenaskan, jika tidak mampu melewati itu."

"Saya akan menjauh dari istana ini ayahanda Prabu."

"Apa maksudmu putraku?."

"Saya akan pergi merantau, mengembara ayahanda."

"Tapi putraku."

"Mohon ayahanda Prabu." Ia memberi hormat. "Hati saya jauh lebih tersiksa, jika berada di istana ini." Air matanya telah membasahi pipinya. "Saya tidak kuasa, menahan segala gejolak perasaan cinta yang berlebihan ini ayahanda."

"Oh? Putraku." Sang Prabu memeluk anaknya, mencoba menguatkan hati putranya.

...***...

Suasana Istana Kerajaan Melarang sedikit suram sejak Raden Candana Arga sakit. Mereka semua telah melakukan apapun untuk mengobati Raden Candana Arga, namun tetap saja belum sembuh hingga hari ini. Dan yang paling membuat mereka sedih adalah Raden Candana Arga selalu menyebutkan nama nimas putih. Saat ini Prabu Candana Kumara mengajak Putih untuk menemui Raden Candana Arga, semoga saja Putih bisa mengobatinya.

"Maaf Gusti Prabu." Ia memberi hormat. "Memangnya? Kapan raden candana arga sakit? Maaf jika hamba bertanya seperti itu Gusti Prabu."

"Satu purnama yang lalu." Jawab Prabu Candana Kumara. "Putraku mulai mengeluh sakit." Hati sang Prabu terasa sakit. "Telah banyak tabib yang mencoba mengobatinya, namun tetap saja belum sembuh."

"Hamba akan berusaha untuk melakukannya Gusti Prabu." Ia kembali memberi hormat. "Tapi hamba tidak janji." Ia merasa lemah. "Semuanya karena Allah SWT, hamba hanya berusaha."

"Semoga saja kau bisa." Prabu Candana Kumara menghela nafas agak berat. "Saya tidak mau kehilangannya."

Saat itu mereka masuk ke dalam sebuah bilik yang sangat luas. Di dalam sana Raden Candana Arga sedang terbaring di sebuah dipan yang cukup mewah. Sementara itu, banyak dayang serta istri Prabu Candana Kumara berada di sana menjaganya.

"Kau benar-benar nimas putih." Ratu Ayundari Paramita ibunda dari Raden Candana Arga masih mengingat Putih.

"Hormat hamba gusti ratu." Putih memberi hormat pada Ratu Aryundari Paramita.

"Terima kasih karena nimas telah bersedia datang." Hatinya terasa lega. "Terima kasih, maaf jika kami memanggilmu ke istana ini."

"Tidak apa-apa Gusti Ratu." Balasnya. "Sungguh, hamba sangat terkejut." Ungkapnya. "Saat mendengar kabar tentang Raden candana arga." Sorot matanya tampak sedih. "Kalau begitu izinkan hamba, untuk memeriksa keadaan raden candana arga."

"Silahkan nimas."

Putih langsung mendekati Raden Candana Arga, wajahnya terlihat sangat pucat, bergumam pelan dengan sesekali menyebut nama nimas Putih?.

"Tolong aku nimas putih." Ucapnya dalam keadaan sakit. "Nimas putih, tolong aku."

Itulah yang digumamkan oleh Raden Candana Arga. Putih membacakan ayat kursi, surah Al Fatihah untuk Raden Candana Arga. Namun saat itu, tiba-tiba saja suasana bilik itu terasa sangat panas. Mereka semua dapat merasakannya dengan benar. Mereka tidak salah sama sekali, hingga keringat bercucuran.

"Astaghfirullah hal'azim ya Allah." Putih menghela nafasnya dengan pelan.

"Ada apa nimas?." Prabu Candana Kumara panik. "Apakah terjadi sesuatu pada putra saya?." Prabu Candana Kumara melihat raut wajah kesedihan di wajah Putih.

"Katakan pada kami." Ucapnya panik. "Apa yang terjadi pada putra saya?." Hatinya cemas. "Katakan nimas putih, katakan pada kami." Desaknya. "Apa yang membuatnya sakit?."

Ratu Ayundari Paramita sangat sedih, perasaannya sangat gelisah, dan ia tidak bisa menahan suasana hatinya.

"Maaf Gusti Prabu, Gusti Ratu." Ia memberi hormat. "Agak berat hamba mengatakannya." Ia menatap keduanya. "Tapi ini harus hamba katakan." Memang sangat berat, tapi ia harus melakukan itu.

"Katakan saja nimas." Prabu Candana Kumara ingin mendengarkan apa yang terjadi sebenarnya pada anaknya.

"Sepertinya ruangan ini telah diselimuti oleh santet."

Deg!.

"Santet?."

Tentunya mereka semua terkejut mendengarkan apa yang dikatakan oleh Putih.

"Selain itu, sukma Raden candana arga sedang ditahan oleh seseorang."

Itulah yang ia lihat tadi kilasan ketika ia membacakan ayat Kursi serta surah Al-fatihah tadi.

"Apakah memang seperti itu?."

"Benar Gusti Prabu." Ia memberi hormat. "Saat hamba membacakan ayat Alquran tadi, apakah gusti prabu tidak merasakan bilik ini terasa panas?." Lanjutnya. "Itu tentunya karena, yang menjaga ruangan ini adalah makhluk jahat yang dikirim oleh seseorang." Putih mencoba mencari sumbernya melalui mata batinnya.

"Oh? Kanda Prabu." Ratu Ayundari Paramita sangat takut. "Putra kita dalam bahaya."

"Saya mohon padamu." Ucap sang Prabu. "Tolong selamatkan putra saya." Tatapan sang Prabu memohon. "Bagaimana mungkin ada? Seseorang yang ingin menyantet putra saya?." Sang Prabu sangat sedih. "Apa alasannya melakukannya? Kesalahan apa yang telah ia lakukan? Sehingga ia disantet?."

"Beri hamba waktu." Ia kembali memberi hormat. "Untuk menyembuhkan Raden candana arga."

"Baiklah nimas putih." Respon Prabu Candana Kumara. "Tapi saya mohon, lakukan sesuatu untuk menyelamatkan putra saya."

"Sandika gusti prabu." Putih memberi hormat.

Apakah yang akan dilakukan oleh Putih untuk menyembuhkan Raden Candana Arga?. Temukan jawabannya.

...***...

Sebuah petilasan para Mpu pembuat senjata kerajaan Alam Raya.

"Sampurasun."

"Rampes."

"Maaf, saya datang ke tempat ini eyang."

"Apa yang kau inginkan anak muda?."

Sorot matanya begitu tajam, seakan-akan sedang mengintimidasi caraka yang ada di depannya.

"Saya ingin bertanya banyak hal pada eyang."

"Apa yang ingin kau ketahui?."

"Apakah eyang mpu? Mengetahui tentang Gusti Prabu cakra bagaskara?."

Belum ada tanggapan dari sosok tersebut, ingatan masa hidupnya di masa lalu seakan-akan menari-nari dalam pikirannya.

"Dia adalah junjungan saya yang paling baik." Senyuman tipis menghiasi wajah pucatnya. "Dia adalah orang yang merangkul saya dalam kebaikan."

"Mohon maaf eyang Mpu." Ia memberi hormat. "Apakah eyang Mpu? Mengetahui Gusti Prabu cakra bagaskara berasal dari daerah mana?."

"Beliau berasal dari daerah kerajaan suka damai."

"Kerajaan suka damai?." Ulangnya. "Apakah eyang Mpu mengetahui? Di mana letak kerajaan itu?."

"Sayang sekali anak muda." Jawabnya. "Saya tidak mengetahuinya."

"Kenapa?."

"Karena saya belum pernah ke sana, dan juga." Tatapan matanya begitu kosong. "Gusti Prabu cakra bagaskara, tidak mau menyinggung, tempat kelahiran beliau." Lanjutnya. "Hanya itu yang bisa saya katakan padamu anak muda."

"Terima kasih atas informasinya eyang Mpu." Ia kembali memberi hormat. "Saya akan berusaha, mencari asal kelahiran Gusti Prabu cakra bagaskara."

"Apa yang kau inginkan?." Ucapnya heran. "Untuk apa kau mencari tahu? Tentang kelahiran Gusti Prabu cakra bagaskara?."

"Negeri ini dipimpin oleh Raja kejam." Jawabnya. "Dia bukan keturunan dari Gusti Prabu cakra bagaskara." Jelasnya. "Karena itulah, kami harus mengetahui, apakah masih ada keluarga beliau yang masih hidup?."

"Jika ada? Kalian mau apa?." Ucapnya. "Apakah akan memberikan tahta pemerintah? Pada orang luar?."

"Apa artinya sebuah kerajaan?." Balasnya. "Jika simbol kerajaan itu? Tidak bisa disentuh sama sekali."

"Ho? Kau menarik juga anak muda." Ia tersenyum aneh. "Kalau begitu, pergilah ke arah tenggara." Jelasnya. "Meskipun aku tidak mengetahui dengan pasti, kau bisa bertanya pada yang lainnya."

Caraka mengambil sebuah gulungan kertas.

"Mungkin jejak beliau ada di sana."

"Terima kasih banyak eyang Mpu." Ia memberi hormat.

Sosok lelaki tua itu menghilang begitu saja, setelah memberikan beberapa informasi penting pada caraka.

...***...

Kediaman Ratu Rara Ambarwati.

"Kau baru sampai?."

Raden Wijaya Utama menatap adiknya yang baru saja bergabung.

"Aku harus kabur dengan alasan yang jelas raka." Ia menghela nafas. "Bisa berbahaya, jika aku pergi tanpa kabar."

"Apakah lancar?."

"Lancar-lancar saja raka."

"Kau memang hebat sekali rayi."

"Heh!." Ia mengibaskan rambutnya, ada kepercayaan diri saat itu ia rasakan. "Sepertinya kau harus berhati-hati raka."

"Apa maksudmu rayi?."

"Patih kurang ajar itu, dia mencurigai gerakanmu raka." Jawabnya. "Dia telah menyuruh seseorang, memata-matai pertemuan rahasia kalian."

"Dia itu benar-benar kurang ajar." Umpatnya kesal. "Dia berani ingin mengusik saya?."

"Pokoknya raka harus berhati-hati." Balasnya. "Dia itu, kalau tidak salah menyukai ibunda kita." Ucapnya kesal. "Tapi ibunda kita menolaknya dengan kasar, saya rasa dia akan menggunakan kesempatan itu, untuk menjatuhkan kita semua."

"Kalau begitu." Ia menyeringai lebar. "Tanamkan ini pada kepalanya."

"Kau menyeramkan sekali raka." Ucapnya bergidik ngeri. "Otaknya bisa rusak, jika kau tanamkan jarum ini padanya."

"Saya tidak peduli." Balasnya kesal. "Saya akan melenyapkan siapa saja, yang berani menghalangi saya."

"Ya, raka benar."

...***...

Prabu Asmalaraya Arya Ardhana telah melihat beberapa kejadian.

Deg!.

Saat itu kesadaran Prabu Asmalaraya Arya Ardhana telah kembali.

"Bagaimana nanda Prabu?." Sukma Prabu Kawiswara Arya Ragnala menatap cemas. "Apakah mendapatkan informasinya?."

"Belum mengetahui namanya ayahanda." Jawab Prabu Asmalaraya Arya Ardhana. "Hanya melihat, bahwa beliau adalah pengguna pedang panggilan jiwa." Jelas Prabu Asmalaraya Arya Ardhana. "Pedang pembangkit raga dewi suarabumi."

"Beliau? Menggunakan pedang pembangkit raga dewi suarabumi?."

"Benar sekali ayahanda Prabu." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana heran. "Beliau pergi dari istana ini, katanya untuk mengembara."

"Sepertinya kalian mengalami kesulitan."

"Kakek Prabu?."

"Ayahanda Prabu?."

"Apa yang telah terjadi?."

"Apakah ayahanda mengetahui? Seorang laki-laki keturunan eyang buyut Prabu." Ucap Sukma Prabu Kawiswara Arya Ragnala. "Yang menggunakan pedang pembangkit raga dewi suarabumi?."

Sukma Prabu Guindara Arya Jiwatrisna tampak berpikir. "Kalau tidak salah, beliau adalah putra dari eyang Prabu wijaksana arya tresna."

"Apakah kakek Prabu? Mengetahui namanya?."

"Kalau tidak salah." Jawab Sukma Prabu Guindara Arya Jiwatrisna. "Beliau bernama cakra bagaskara."

"Saya melihat beliau mengenakan pakaian seorang Raja." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana mengingatnya. "Apakah kakek Prabu mengetahui sesuatu?."

"Menurut cerita ayahanda Prabu raksa arya baskara." Sukma Prabu Guindara Arya Jiwatrisna mencoba mengingatnya. "Beliau pergi meninggalkan istana, dan mendirikan sebuah kerajaan."

"Mendirikan sebuah kerajaan?."

"Sayang sekali, ayahanda Prabu tidak mengatakan." Sukma Prabu Guindara Arya Jiwatrisna menghela nafas pelan. "Beliau berkuasa di wilayah mana."

"Rasanya teka-teki ini akan rumit."

"Apakah beliau mengalami masalah?."

"Mungkin saja seperti itu kakek Prabu." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana semakin heran. "Karena beliau mencari keberadaan eyang Prabu wijaksana arya tresna."

"Kami akan berusaha membantu nanda Prabu."

"Terima kasih kakek Prabu."

...***...

Senopati Malakala dan Raden Jatiya Dewa sedang menunggu di luar.

"Sepertinya kau begitu mengagumi nimas putih." Ucapnya. "Apakah kau? Menyukai nimas putih?."

"Saya memang menyukai nimas putih."

"Langsung mengakuinya." Dalam hatinya heran.

"Sanggah menyukainya." Ungkapnya. "Tapi apalah daya? Saya hanya seorang Senopati biasa." Ia merasa sedih. "Tidak sebanding dengan seorang putra mahkota."

"Merendah sekali dia ini." Dalam hati Raden Jatiya Dewa menghela nafas pelan. "Apa yang menjauh Gusti Senopati suka padanya?." Ia tersenyum kecil. "Apakah saya boleh mengetahuinya?."

"Masalahnya agak rumit saat itu."

"Apakah ada masalah besar?."

"Tidak terlalu besar." Ucapnya. "Hanya saja sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata."

"Mengerikan sekali." Dalam hatinya.

"Kalau kau sendiri bagaimana?." Ia mengalihkan pembicaraan. "Bagaimana kedatangan nimas putih ke istana suka damai?."

Raden Jatiya Dewa sedikit gugup. "Sebenarnya, saya juga seorang pendatang di kerajaan suka damai."

"Pendatang?."

"Saya juga seorang pengembara." Jawabnya. "Saya datang dari wilayah kerajaan buana dewa."

"Anak muda yang tanpa ikatan memang bebas sekali." Ia menghela nafas. "Bisa berkeliaran sesukanya, beda dengan dia yang sudah terikat oleh jabatan."

"Saya rasa begitu." Responnya.

"Tapi, hebat sekali kerajaan suka damai." Ucapnya terkesan. "Mau menerima orang luar, untuk bekerja di istana."

"Kalau pendekar, di sana lumayan di hargai." Ia ingat pada sosok Lanang Sejagad. "Gusti Prabu asmalaraya arya ardhana bekerja sama dengan para pendekar, untuk menjaga keamanan beberapa desa kelahiran mereka."

"Itu sangat luar biasa sekali." Ucapnya. "Tidak biasanya seperti itu, di sebuah kerajaan." Ia merasa aneh. "Hampir tidak ada pendekar, yang mau bekerja dengan pihak istana." Ia menghela nafas pelan. "Karena tidak mau menjadi alat para petinggi istana."

"Aku rasa itu benar." Dalam hati Raden Jatiya Dewa membenarkan itu. "Buana dewa pun begitu." Ia menghela nafas pelan. "Hanya kerajaan suka damai yang seperti itu." Dalam hatinya merasa iri. "Apakah nantinya? Aku harus begitu? Jika menjadi seorang Raja di masa depan?."

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah mereka mampu menyelesaikan masalah yang terjadi?. Next.

...***...

Episodes
1 TINDAKAN
2 MENCURIGAKAN
3 TETAP WASPADA
4 TUJUAN
5 KEDATANGAN YANG TIDAK DIDUGA
6 PESAN KESEDIHAN
7 KEINGINAN
8 AMBISI DAN RENCANA
9 TELAH DIMULAI
10 KEMARAHAN?.
11 AKHIR?
12 PERASAAN DAN SUASANA HATINYA
13 KEDATANGAN DAN PESAN?.
14 BERITA
15 KENAPA BISA SEPERTI ITU?
16 SANTET?
17 PERNYATAAN DAN SUASANA HATI
18 PERASAAN HATI DAN TAKDIR
19 APA ARTINYA INI?
20 SANGAT TIDAK SOPAN
21 AGAK BINGUNG MENJELASKANNYA
22 SIAPA YANG MEMULAINYA?
23 KEJADIAN YANG MENGEJUTKAN
24 SIKAP TIDAK BAIK?.
25 KEPASTIAN HATI
26 KATAKAN SAJA YANG TERJADI.
27 JANGAN SALAH MENDUGA
28 SEBAB DAN AKIBAT
29 MEMBUJUK
30 APA YANG TERJADI SEBENARNYA?
31 ADA HARAPAN?
32 ITULAH ALASANNYA
33 COBA DENGARKAN SEBENTAR SAJA
34 DIBALIK ALASAN
35 ADA HAL YANG TIDAK BISA DIKATAKAN
36 SUASANA HATI
37 INGIN MENGETAHUI KEBENARANNYA
38 YANG DIRASAKAN SEBENARNYA
39 PERMINTAAN
40 KISAH YANG ANEH
41 KEMARAHAN
42 HARUS BAGAIMANA?.
43 PENGAKUAN
44 KABAR?
45 BEBARKAH ITU?
46 KISAH YANG SEBENARNYA?.
47 KEPUTUSAN
48 MERESAHKAN
49 PERTARUNGAN
50 SITUASI DAN KECURANGAN
51 KESAKITAN
52 KEBAIKAN? HATI?
53 PERTEMUAN?.
54 SANGAT ANEH?.
55 KELUARGA ISTANA BUANA DEWA
56 MUSUH YANG KUAT
57 SERANGAN MEMATIKAN
58 KEMARAHAN PUTRI ANDHINI ANDITA
59 KEJADIAN PADA HARI ITU
60 APA YANG HARUS DILAKUKAN
61 RENCANA JAHAT
62 ALASAN SAJA?.
63 KEADAAN MEREKA
64 BIMBANG
65 PERTANYAAN
66 STATEMENT
67 PERASAAN HATI
68 HEART FEELINGS
69 PERASAAN HATI PUTRI DIANTI CAKRAWATI
70 PUTRI ANDHINI ANDITA TEH FEELING
71 PERNYATAAN PUTRI DIANTI CAKRAWATI
72 STATEMENT OF PUTRI DIANTI CAKRAWATI
73 KETEGUHAN HATI
74 KETEGUHAN HATI (ENG)
75 INGATAN
76 APA YANG TERJADI?.
77 KENAPA BISA TERJADI?
78 KEADAAN PUTRI ANDHINI ANDITA
79 PERASAAN ANEH
80 KISAH CINTA?.
81 KENAPA TIDAK BISA?.
82 KENAPA TIDAK BISA?.
83 SANGAT MEMBINGUNGKAN
84 HARUS BAGAIMANA?.
85 RADEN JATIYA DEWA
86 PERASAAN HATI YANG KACAU
Episodes

Updated 86 Episodes

1
TINDAKAN
2
MENCURIGAKAN
3
TETAP WASPADA
4
TUJUAN
5
KEDATANGAN YANG TIDAK DIDUGA
6
PESAN KESEDIHAN
7
KEINGINAN
8
AMBISI DAN RENCANA
9
TELAH DIMULAI
10
KEMARAHAN?.
11
AKHIR?
12
PERASAAN DAN SUASANA HATINYA
13
KEDATANGAN DAN PESAN?.
14
BERITA
15
KENAPA BISA SEPERTI ITU?
16
SANTET?
17
PERNYATAAN DAN SUASANA HATI
18
PERASAAN HATI DAN TAKDIR
19
APA ARTINYA INI?
20
SANGAT TIDAK SOPAN
21
AGAK BINGUNG MENJELASKANNYA
22
SIAPA YANG MEMULAINYA?
23
KEJADIAN YANG MENGEJUTKAN
24
SIKAP TIDAK BAIK?.
25
KEPASTIAN HATI
26
KATAKAN SAJA YANG TERJADI.
27
JANGAN SALAH MENDUGA
28
SEBAB DAN AKIBAT
29
MEMBUJUK
30
APA YANG TERJADI SEBENARNYA?
31
ADA HARAPAN?
32
ITULAH ALASANNYA
33
COBA DENGARKAN SEBENTAR SAJA
34
DIBALIK ALASAN
35
ADA HAL YANG TIDAK BISA DIKATAKAN
36
SUASANA HATI
37
INGIN MENGETAHUI KEBENARANNYA
38
YANG DIRASAKAN SEBENARNYA
39
PERMINTAAN
40
KISAH YANG ANEH
41
KEMARAHAN
42
HARUS BAGAIMANA?.
43
PENGAKUAN
44
KABAR?
45
BEBARKAH ITU?
46
KISAH YANG SEBENARNYA?.
47
KEPUTUSAN
48
MERESAHKAN
49
PERTARUNGAN
50
SITUASI DAN KECURANGAN
51
KESAKITAN
52
KEBAIKAN? HATI?
53
PERTEMUAN?.
54
SANGAT ANEH?.
55
KELUARGA ISTANA BUANA DEWA
56
MUSUH YANG KUAT
57
SERANGAN MEMATIKAN
58
KEMARAHAN PUTRI ANDHINI ANDITA
59
KEJADIAN PADA HARI ITU
60
APA YANG HARUS DILAKUKAN
61
RENCANA JAHAT
62
ALASAN SAJA?.
63
KEADAAN MEREKA
64
BIMBANG
65
PERTANYAAN
66
STATEMENT
67
PERASAAN HATI
68
HEART FEELINGS
69
PERASAAN HATI PUTRI DIANTI CAKRAWATI
70
PUTRI ANDHINI ANDITA TEH FEELING
71
PERNYATAAN PUTRI DIANTI CAKRAWATI
72
STATEMENT OF PUTRI DIANTI CAKRAWATI
73
KETEGUHAN HATI
74
KETEGUHAN HATI (ENG)
75
INGATAN
76
APA YANG TERJADI?.
77
KENAPA BISA TERJADI?
78
KEADAAN PUTRI ANDHINI ANDITA
79
PERASAAN ANEH
80
KISAH CINTA?.
81
KENAPA TIDAK BISA?.
82
KENAPA TIDAK BISA?.
83
SANGAT MEMBINGUNGKAN
84
HARUS BAGAIMANA?.
85
RADEN JATIYA DEWA
86
PERASAAN HATI YANG KACAU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!