...***...
Istana Mekar Jaya.
"Maaf yunda Ratu." Jaya Satria memberi hormat. "Saya tidak bisa berlama-lama berada di istana ini." Ada perasaan tidak enak di hatinya. "Saya harus segera kembali ke istana suka damai."
"Berhati-hatilah rayi Prabu." Ratu Agung Bahuwirya Ambarsari Rahwana memberi hormat. "Jika terjadi sesuatu? Segera kabar istana ini."
"Tentu saja yunda Ratu Agung."
"Berhati-hatilah dinda Prabu." Prabu Muhammad Yunus tersenyum kecil. "Kami akan selalu mendoakan keselamatan, untukmu rayi Prabu."
"Terima kasih rakanda Prabu." Jaya Satria memberi hormat. "Kalau begitu saya pamit dulu, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Jaya Satria mengeluarkan pedang Sukma Naga Pembelah Bumi, keluarlah sosok Naga Bumi yang sangat besar. Jaya Satria menaiki Naga Bumi, ager cepat sampai di wilayah kerajaan Suka Damai .
"Rayi Prabu memang luar biasa." Ratu Agung Bahuwirya Ambarsari Rahwana sangat kagum. "Ia mampu mengendalikan segala kemarahannya di masa lalu, walaupun ketika menjalani hukuman buang."
"Selain itu, dinda Prabu juga sangat bijak." Ucap Prabu Muhammad Yunus kagum. "Dalam mengambil keputusan."
"Ya, kanda Prabu benar."
...***...
Istana Suka Damai.
Saat ini Putri Andhini Andita sedang berlatih ilmu kanuragan bersama Raden Jatiya Dewa. Jika dibilang latihan, itu lebih tepatnya seperti pertarungan yang sesungguhnya. Raden Jatiya Dewa benar-benar kewalahan menghadapi semua serangan Putri Andhini Andita.
"Ada apa jatiya dewa? Kenapa kau terlihat ragu menghadapi ku?."
Putri Andhini Andita tersenyum licik, ia tidak memberi kesempatan pada Raden Jatiya Dewa untuk menghindari semua serangannya. Bahkan ketika Raden Jatiya Dewa melompat menjauhinya, namun Putri Andhini Andita malah semakin bersemangat menyerangnya, terus mengayun pedangnya ke arah Raden Jatiya Dewa.
"Jika kau ragu? Maka kau akan terbunuh jatiya dewa." Senyumannya semakin terlihat mengerikan, sungguh sangat mengerikan.
"Apakah seperti ini? Sifat asli dari seorang putri Raja?." Balasnya. "Kau terlihat seperti seorang penjahat, andhini andita." Rasanya sangat gugup berhadapan dengan Putri Andhini Andita saat ini.
Dentingan pedang itu benar-benar terdengar sangat tidak wajar, saking kuatnya ayunan pedang yang mereka gunakan. Benar-benar seperti pertarungan yang asli, tidak seperti latihan sama sekali.
"Wanita itu terkadang sangat kejam, dan sangat menakutkan." Ia menyeringai lebar. "Kau harus mengetahui itu jatiya dewa."
Setelah itu ia menghindar, karena Raden Jatiya Dewa menyerangnya dengan menggunakan tenaga dalamnya untuk menyerang Putri Andhini Andita.
"Aku rasa tidak semuanya." Balasnya cepat. "Yunda ku, meskipun terlihat menyeramkan." Ucapnya. "Namun masih ada sisi baik yang bisa aku lihat."
"Fuh!." Putri Andhini Andita hampir saja tertawa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Raden Jatiya Dewa.
"Kenapa seorang yunda terlihat menyeramkan ya? Apakah kau bisa menjelaskannya andhini andita?."
"Akan aku tunjukkan padamu, bagaimana seramnya seorang kakak?." Ia semakin bersemangatpada adik yang tidak mau menuruti keinginan kakaknya." Putri Andhini Andita benar-benar terlihat sangat menyeramkan.
Namun, saat ia ingin menyerang Raden Jatiya Dewa, saat itu prajurit jaga memanggilnya.
"Mohon ampun Gusti Putri."
"Ada apa prajurit?."
"Mohon ampun Gusti Putri." Ia memberi hormat. "Saat ini di depan gerbang istana, ada seorang pemuda bernama malakala." Jelasnya. "Katanya ingin bertemu dengan Gusti Putri."
"Malakala?."
Putri Andhini Andita dan Raden Jatiya Dewa sedikit bingung mendengar nama itu.
"Malakala?." Putri Andhini Andita mencoba mengingat kembali nama itu. "Baiklah prajurit, persilahkan ia masuk." Ucapnya. "Aku ingin melihatnya, dan bertanya padanya." Ia melihat ke arah Raden Jatiya Dewa. "Kenapa ia ingin bertemu denganku?."
"Sandika Gusti Putri."
Prajurit tersebut pergi meninggalkan Putri Andhini Andita dan Raden Jatiya Dewa.
"Manakala? Nama yang sedikit aneh." Raden Jatiya Dewa menyipitkan matanya melihat ke arah Putri Andhini Andita.
"Ya, mungkin saja dia, adalah pangeran ku yang terlupakan." Balasnya. "Dan ia ingin bertemu denganku." Tanpa perasaan bersalah Putri Andhini Andita berkata seperti itu?. "Sepertinya kau memiliki saingan, berhati-hatilah jatiya dewa."
Raden Jatiya Dewa membalikkan badannya, membelakangi Putri Andhini Andita. "Ya Allah. Sabar, sabar kan hati hamba." Hatinya terasa sakit. "Ternyata mendapatkan cintanya memang lebih sulit dari pada apapun."
Rasanya Raden Jatiya Dewa ingin menangis mendengarkan apa yang dikatakan oleh Putri Andhini Andita. Kata-kata itu seperti sedang memancing emosinya, hatinya, juga perasaannya.
"Nini putih?." Saat itu juga, terdengar suara seseorang yang menyebut nama lain dari Putri Andhini Andita. Keduanya melihat ke arah seorang pemuda yang menyebut nama Putri Andhini Andita. Siapakah dia?. Temukan jawabannya.
...***...
Jaya Satria telah sampai di desa Damai Setia. Ia menanamkan belati Raga yang diisi oleh Sukma naga putih. Ini adalah yang terakhir, ia menanamkan itu semua demi melindungi wilayah kerajaan Suka Damai dari luar.
"Sampurasun."
Seseorang menyapa dirinya. Ia adalah seorang kakek tua yang sudah lama berada di sana?.
"Rampes." Balasnya dengan ramah.
"Sepertinya Gusti Prabu merasa sangat gelisah." Ucapnya. "Sehingga Gusti Prabu menanamkan belati raga sukma naga putih di sini."
"Maaf, jika saya mengganggu eyang." Jaya Satria memberi hormat. "Namun akhir-akhir ini banyak sekali kekuatan kegelapan masuk ke wilayah ini." Jaya Satria sedikit menghela nafas. "Sungguh, bukan bermaksud untuk mengganggu eyang."
"Tidak apa-apa." Ia tersenyum kecil. "Itu semua demi kebaikan, dan tetaplah jaga kerajaan ini seperti, nama gelar yang Gusti Prabu terima."
"Terima kasih eyang."
"Hamba telah hidup dari kerajaan ini berdiri." Ia merasa bangga. "Hingga sampai Gusti Prabu guindara arya jiwatrisna." Ingatan itu seakan-akan membayang kembali dalam pikirannya. "Semoga Gusti juga selalu melindungi kerajaan ini dengan baik." Ia kembali memberi hormat. "Hamba akan selalu melihat apa yang kau lakukan dari jauh."
"Semoga saja." Jaya Satria memberi hormat. "Semoga saja saya bisa melakukannya, karena Allah SWT."
Setelah itu, kakek itu menghilang dari sana. Ia hanya menyapa saja?. Memastikan, jika Jaya Satria memang seorang raja, dan merupakan keturunan dari Prabu Bahuwirya Jayantaka Byakta.
...***...
Di sebuah tempat.
"Kita bisa dalam bahaya." Ia menghela nafas dengan lelahnya. "Kerajaan terlalu kejam untuk kita tinggali."
"Lantas? Apa yang harus kita lakukan?." Ia merasa putus asa. "Kita tidak bisa melawannya secara terang-terangan."
Untuk sesaat mereka terdiam, tidak ada yang bersuara.
"Saya pernah bertanya pada mendiang kakek saya." Ucapnya sambil mengingat masa lalu. "Mengenai asal-usul kerajaan ini."
Keempat temannya dengan penuh kesabaran mendengarkan ucapannya.
"Kakekku berkata, bahwa yang mendirikan kerajaan ini." Ucapnya lagi. "Beliau adalah Gusti Prabu bahuwirya cakra bagaskara."
"Prabu bahuwirya cakra bagaskara?."
Mereka tampak bingung.
"Saya belum pernah mendengar nama itu."
"Apakah beliau? Memiliki keturunan?."
"Rasanya tidak."
"Tidak?."
"Kakek saya berkata, bahwa beliau meninggal karena sakit aneh."
"Jadi? Raja sekarang?." Ucapnya aneh. "Bukan keturunan dari Raja yang pertama?."
"Saya rasa begitu."
"Jika kita menggulingkan tahta ini." Ucapnya. "Maka kita tidak akan dikutuk?."
"Itu tidak akan terjadi."
"Tapi, sebelum itu." Ucapnya. "Sebaiknya kita cari tahu, mungkin saja Raja pertama memiliki hubungan dengan kerajaan lain."
"Maksudmu?."
"Bisa saja, dahulunya Raja pertama kita." Jawabnya. "Adalah seorang pangeran yang melarikan diri." Jelasnya. "Karena memiliki kemampuan ilmu kanuragan yang hebat, beliau mampu membangun kerajaan ini."
"Ucapanmu masuk akal juga."
"Kalau begitu." Responnya. "Saya akan mengirim caraka, agar mencari informasi itu lebih luas lagi."
"Pertemuan kita sampai di sini saja." Ucapnya. "Akan berbahaya, jika kita berlama-lama di sini."
Setelah itu mereka segera bubar, karena pertemuan mereka sangat dihindari dari yang lainnnya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah mereka mampu menyelesaikan masalah?. Temukan jawabannya, Next.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments