...***...
Putri Andhini Andita dan Prabu Asmalaraya Arya Ardhana mengamati pertarungan antara Raden Jatiya Dewa dan Pangeran Abinaya Bena. Sepertinya sebentar lagi Raden Jatiya Dewa akan memenangkan pertarungan, karena Raden Jatiya Dewa melawan kekuatan jahat Pangeran Abinaya Bena dengan membacakan kalimat-kalimat yang baik. Sehingga kekuatan jahat yang dimiliki Pangeran Abinaya Bena dapat diatasi dengan baik.
Srakh!.
Pedang tajam itu menusuk kuat ke arah bahu kiri Pangeran Abinaya Bena. Tentunya membuatnya berteriak keras, rasa sakit yang luar biasa yang ia rasakan.
"Kau tidak akan pernah bisa, melawan kekuatan Allah SWT!." Ucapnya keras. "Dengan kekuatan jahat yang kau miliki! Allahuakbar!."
Suara Raden Jatiya Dewa terdengar sangat keras, ia mengeluarkan semua emosi yang ia rasakan.
"Aku tidak akan mengampunimu, karena kau mencoba untuk mengendalikan taun putriku." Ia menyeringai lebar. "Kau telah salah berurusan denganku! Abinaya bena!." Raden Jatiya Dewa mencabut pedangnya.
"Kegha!."
Pangeran Abinaya Bena berteriak kesakitan. Terlihat darah segar mengalir di bahu kirinya.
"Ini belum berakhir." Ia menatap tajam. "Suatu hari nanti aku akan datang, untuk mengambilnya darimu." Ia terlihat menyeramkan. "Aku akan mengambil darimu sekali lagi."
Setelah berkata seperti itu, Pangeran Abinaya Bena menghilang dari sana. Entah kemana pergi pangeran itu, tapi sepertinya itu hanyalah bentuk tiruan saja. Seperti menggunakan raga kedua.
"Benar-benar laknat!." Umpatnya penuh amarah. "Akan aku habisi kau! Jika kau berani mengambil tuan putriku!."
Dalam hati Raden Jatiya Dewa benar-benar jengkel. Hatinya sangat panas mendengarnya, ia sama sekali tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Pangeran Abinaya Bena.
"Aku telah menandai wajah mu laknat!." Umpatnya. "Jika kau berani datang lagi ke wilayah ini? Akan aku tusuk kau dengan pedangku!." Hatinya sangat mengutuk. "Akan aku pastikan kau! Tidak akan pernah menginjak dan mengingat daerah suka damai ini."
Sepertinya Raden Jatiya Dewa benar-benar dendam pada Pangeran Abinaya Bena. Sakit hati yang ia rasakan ketika Prabu Asmalaraya Arya Ardhana mengatakan, jika Pangeran Abinaya Bena telah menanamkan jurus pemikat raga pada Putri Andhini Andita.
"Sudahlah rakanda." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana menghela nafas pelan. "Mari kita kembali, tidak baik marah-marah pada orang yang telah pergi."
Prabu Asmalaraya Arya Ardhana menangkap dengan jelas bagaimana perasaan Raden Jatiya Dewa saat ini.
"Sandika Gusti Prabu."
Raden Jatiya Dewa mencoba meredakan amarahnya. Untuk saat ini ia harus waspada, dan bisa jadi Pangeran jahat itu akan kembali dengan ide yang lebih jahat lagi.
"Maaf andhini andita." Ucapnya. "Sebaiknya kau lebih berhati-hati lagi saat bersama seseorang." Ia tidak suka. "Terutama pada laki-laki yang mencoba untuk mendekati dirimu." Raden Jatiya Dewa menatap Putri Andhini Andita dengan sangat serius.
"Termasuk waspada padamu?." Putri Andhini Andita berusaha untuk menahan dirinya untuk tidak tertawa.
"Ya Allah." Raden Jatiya Dewa ingin menangis mendengarkan apa yang dikatakan oleh Putri Andhini Andita.
"Bukankah kau yang mengatakan padaku jatiya dewa?." Balasnya. "Jika aku harus berhati-hati, pada orang yang berusaha untuk mendekatiku?." Ia terkekeh kecil. "Saat ini kau sedang berusaha mendekati aku bukan?." Lanjutnya. "Jadi? Aku harus waspada padamu." Rasanya ia benar-benar puas melihat ekspresi Raden Jatiya Dewa seperti itu.
"G usti Prabu." Rengeknya. "Tolong jelaskan pada gusti ayu." Ia menangis sedih. "Bahwa hamba mengatakan, orang yang belum ia kenal sama sekali."
Raden Jatiya Dewa mengadu pada Prabu Asmalaraya Arya Ardhana dengan raut wajah memelas, menangis dan merasa tidak sanggup lagi untuk berkata-kata.
"Maaf saja rakanda." Balas Prabu Asmalaraya Arya Ardhana. "Aku tidak bisa mengatakannya, katakan saja pada yunda."
"Jahat sekali kalian ini padaku." Dalam hati Raden Jatiya Dewa sangat tersiksa.
"Termasuk rakanda."
Deg!.
Raden Jatiya Dewa menggamang, ketika melihat sorot mata Prabu Asmalaraya Arya Ardhana, seperti hendak membunuh seseorang.
"Jika berani melakukan hal yang aneh pada yunda andhini andita? Maka rakanda akan menerima hukuman yang berat dariku." Sambil mengeluarkan pedang Pelebur Sukma.
"Terima kasih rayi prabu." Bisik Putri Andhini Andita. Sungguh ia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak tertawa saat melihat raut wajah Raden Jatiya Dewa seperti itu.
"Ya Allah." Rengeknya. "Hanya engkaulah satu-satunya tempat hamba meminta pertolongan, dan mengerti keadaan hamba."
Raden Jatiya Dewa merintih dalam hatinya. Sungguh, sulit sekali rasanya untuk mendapatkan hati, serta cinta putri Andhini Andita. Apakah ia harus menyerah?. Tidak, itu terlalu cepat untuk menyerah. Laki-laki macam apa dia?. Baru saja diperlakukan seperti sudah harus menyerah?.
"Tidak, aku tidak akan menyerah begitu saja." Dalam hatinya mencoba kuat. "Tunggu saja pada saatnya nanti, aku akan mendapatkanmu dengan segenap hatiku."
Dalam hatinya ia bersumpah akan melakukan hal-hal yang baik untuk mendapatkan wanita yang sangat ia cintai. Apakah ia berhasil melakukan itu?. Simak terus jalan ceritanya.
...***...
Lalu bagaimana dengan Pangeran Abinaya Bena yang berhasil selamat dari pertarungan itu?. Saat ini ia sedang berusaha untuk memulihkan tenaga dalamnya.
"Bagaimana putraku? Apakah kau berhasil?."
Seorang laki-laki dengan wajah tegas bertanya pada anaknya yang telah melakukan percobaan penaklukan pada sebuah daerah kekuasaan melalui jarak jauh.
"Maaf ayahanda, sepertinya kali ini gagal." Jawabnya dengan raut wajah yang kecewa.
"Jangan katakan padaku, jika kau gagal karena mengejar wanita?." Dengan tidak sabar ia langsung menuduh anaknya seperti itu?.
"Maaf ayahanda Prabu." Ia memberi hormat. "Tapi raja muda memang tidak bisa diremehkan begitu saja." Ucapnya kesal. "Sepertinya kita harus melupakan kawasan itu." Jelasnya. "Karena dia berbeda dengan raja yang lainnya." Pangeran Abinaya hanya tidak mau berurusan dengan mereka.
"Apa yang kau katakan?." Ucapnya penuh amarah. "Apa yang membuatmu tidak ingin? Berurusan dengan kawasan itu?."
"Mereka menggunakan mantram aneh ayahanda Prabu." Jawabnya. "Sehingga itu menyakiti tubuhku." Jelasnya. "Bahkan semua jurus-jurus andalan saya, tidak bisa melukainya sama sekali." Ia masih ingat itu. "Jika ayahanda prabu tidak percaya? Ayahanda prabu bisa mencobanya sekali, dengan mendatanginya melalui mimpi raja muda itu?."
"Baiklah." Respon Prabu Suaka Abinaya. "Akan aku tunjukkan padamu, bagaimana caranya? Menaklukkan sebuah kerajaan dengan benar." Sang Prabu tersenyum lembut menatap anaknya. Sungguh percaya diri sekali atas apa yang akan ia lakukan?.
"Saya akan melihatnya ayahanda prabu." Ucapnya dengan senyuman kecil. Apakah yang akan ia lakukan?. Apakah ia akan melakukan hal yang buruk pada Prabu Asmalaraya Arya Ardhana?. Temukan jawabannya.
...***...
Sementara itu, Putri Andhini Andita saat ini sedang berada di biliknya.
"Memang ada yang aneh dengan jurus yang diajarkan pangeran jahat itu." Ucapnya. "Tapi saat itu ia memiliki perasaan yang tulus saat mengajariku."
Dalam hati Putri Andhini Andita tidak merasakan ada yang ganjal dari sikap Pangeran Abinaya Bena pada saat itu, tapi ia tidak menyangka, menanamkan jurus pada orang lain itu memang ada.
"Andhini andita."
"Gusti Putri." Ia memberi hormat.
"Aku lengah, sehingga tidak bisa merasakan jurus berbahaya itu." Sorot matanya tampak sedih. "Maafkan aku andhini andita."
"Hamba juga lengah." Ucapnya. "Gusti Putri jangan sedih."
"Kau harus berhati-hati andhini andita." Ucapnya. "Aku ini hanyalah Sukma, tidak bisa menjagamu secara fisik."
"Hamba akan berusaha Gusti Putri." Ia memberi hormat. "Hamba tidak akan membuat Gusti Putri sedih."
"Kau harus bisa menjaga dirimu, ya?."
"Baik Gusti Putri."
"Kalau begitu istirahatlah." Ia tersenyum lembut. "Sudah malam, tidak baik tidur sampai larut."
"Gusti Putri benar." Putri Andhini Andita terkekeh kecil.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments