...***...
Raden Jatiya Dewa saat ini sedang berhadapan dengan Pangeran Abinaya Bena?. Tidak, Raden Jatiya Dewa saat ini sedang diserang makhluk halus yang dikendalikan oleh Pangeran Abinaya Bena. Mereka semua terlihat sangat menyeramkan, sangat kuat?.
"Kau tidak akan bisa mengalahkan aku." Sorot matanya tampak tajam. "Dengan cara buruk seperti itu."
"Kau tidak usah banyak bicara!." Balasnya penuh amarah. "Jika rasanya kau tidak sanggup? Untuk berhadapan dengan mereka, sebaiknya kau pergi dari sini." Pangeran Abinaya Bena sangat meremehkan kemampuan Raden Jatiya Dewa.
"Kau boleh saja sombong pangeran busuk!." Hatinya sedang dikuasai amarah. "Tapi kesombongan hanya milik Allah SWT!." Tegasnya. "Manusia tidak berhak untuk untuk sombong! Sebaiknya kembali ke asalmu!." Tunjuknya kasar. "Kau telah salah! Dalam memilih kerajaan ini! Sebagai kerajaan taklukkan mu." Raden Jatiya Dewa mencoba untuk memperingatkan Pangeran Abinaya Bena.
"Kau tidak usah banyak bicara!." Ia hampir tidak dapat mengendalikan amarahnya. "Sebaiknya kau menyerah saja! Jadilah pelayan setiaku!." Lanjutnya. "Maka aku akan mengampunimu!." Pangeran Abinaya Bena tersenyum lebar. Benar-benar terlihat sangat menyeramkan.
"Aku hanya meminta ampun kepada Allah SWT!." Tegasnya lagi. "Mahkluk halus yang kau pikat ini! Tidak akan berdaya jika berhadapan dengan kekuatan Allah SWT."
Raden Jatiya Dewa tidak mau berlama-lama lagi, ia harus segera menghentikan kejahatan yang telah dibuat oleh Pangeran Abinaya Bena. Raden Jatiya Dewa melompat ke atas pohon yang ada di belakanganya, setelah itu ia melantunkan azan dengan suara yang sangat keras. Tentunya makhluk gaib, serta Pangeran Abinaya Bena terkejut, mereka berteriak kesakitan?.
...***...
Sementara itu di Istana Kerajaan Suka Damai. Prabu Asmalaraya Arya Ardhana dan Sukma Naga Hitam telah berhasil membebaskan Putri Andhini Andita dari jurus pemikat kegelapan yang mematikan itu.
"Astaghfirullah hal'azim ya Allah." Ia telah sadar sepenuhnya. "Sungguh, sangat kejam sekali dia menanamkan jurus itu padaku rayi." Putri Andhini Andita tidak menyangka jika ia akan dikendalikan seperti itu.
"Tenang lah yunda." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana menguatkan Putri Andhini Andita.
"Rayi Prabu?."
"Apakah yunda baik-baik saja?."
"Alhamdulillah hirobbil'alamiin, aku baik-baik saja."
"Syukurlah kalau begitu yunda."
"Apa yang harus kita lakukan rayi Prabu?." Ucapnya kesal. "Pangeran jahat itu, dia telah bergerak."
"Kita harus segera membantu raden jatiya dewa."
"Raden jatiya dewa?."
"Saat ini dia sedang menuju ke tempat persembunyian pangeran jahat."
"Kita juga harus ke sana rayi."
"Yunda benar." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana menatap serius. "Akan berbahaya, jika ia bertarung sendirian berhadapan dengan pangeran abinaya bena."
"Baiklah rayi Prabu." Responnya. "Mari kita hentikan pangeran jahat itu." Ia semakin kesal. "Rasanya aku ingin mengulitinya dengan pedangku." Putri Andhini Andita masih marah, ternyata ia bisa dikendalikan melalui jurus yang ia pelajari?.
"Mari yunda." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana mempersilahkan kakaknya mengikutinya.
"Mari rayi." Putri Andhini Andita mencoba untuk menahan gejolak yang ada di dalam dirinya saat ini. "Jika terjadi sesuatu pada raden jatiya dewa, aku tidak akan mengampunimu abinaya bena. Akan aku habisi kau." Dalam hati Putri Andhini Andita merasakan gejolak yang membuncah.
...***...
Istana Mekar Jaya.
Pertemuan agung telah selesai, Ratu Agung Bahuwirya Ambarsari Rahwana saat ini berbicara dengan Jaya Satria.
"Yunda Ratu Agung." Jaya Satria memberi hormat. "Bagaimana keadaan yunda Ratu Agung? Juga rakanda Prabu?." Jaya Satria tersenyum kecil. "Apakah baik-baik saja?."
"Alhamdulillah hirobbil'alamiin." Respon Ratu Agung. "Kami baik-baik saja, bagaimana dengan keadaanmu rayi Prabu?." Tatapan mata Ratu Agung begitu lembut. "Juga keluarga istana suka damai, apakah semuanya sehat?."
"Alhamdulillah hirobbil'alamiin, kami semua baik-baik saja yunda."
"Syukurlah kalau begitu rayi Prabu." Ratu Agung Bahuwirya Ambarsari Rahwana merasa lega. "Saya cemas, kedatanganmu mendadak sekali."
"Ada penting, yang hendak saya sampaikan pada yunda."
Ratu Agung Bahuwirya Ambarsari Rahwana melihat ke arah Prabu Muhammad Yunus.
"Katakan rayi Prabu."
"Sebenarnya, saya didatangi ibunda Ratu ardiningrum bintari."
Deg!.
"Didatangi ibunda Ratu ardiningrum bintari?."
"Benar sekali yunda Ratu."
"Apakah ibunda Ratu ardiningrum bintari? Berkata sesuatu?." Hati Ratu Agung sangat tidak tenang. "Katakan pada saya."
"Ibunda Ratu menitip salam pada yunda Ratu." Ucap Jaya Satria dengan berat hati. "Meminta maaf pada yunda Ratu, atas apa yang telah terjadi di masa lalu."
"Oh? Ibunda?." Ratu Agung Bahuwirya Ambarsari Rahwana menangis sedih, merasakan sakitnya ingatan masa lalu. "Ibunda."
"Maafkan saya yunda Ratu Agung." Jaya Satria sedih. "Andai saja saat itu."
"Semuanya telah terjadi." Ratu Agung Bahuwirya Ambarsari mencoba kuat. "Jangan salahkan dirimu rayi Prabu." Ratu Agung menghapus air mata. "Kita semua sama-sama menderita, sama-sama merasakan sakitnya masa itu."
Jaya Satria tidak bereaksi sama sekali, hanya diam menahan segala gejolak amarah di hati.
...***...
Masih di wilayah Kerajaan Suka Damai. Beberapa pendekar sedang berhadapan dengan Barja dan Hengkara. Mereka benar-benar menggunakan jurus yang sangat berbahaya. Tapi masih bersyukur, karena Syekh Asmawan Mulia, Lingga, Mulni ,Barka, dan Purna juga ikut membantu.
"Kalian tidak akan bisa menguasai kerajaan ini dengan cara jahat seperti ini."
Syekh Asmawan Mulia terus menyerang Barja. Ia tidak menyangka, jika musuh akan menggunakan mahkluk gaib untuk melakukan apa yang mereka inginkan?. Tapi Prabu Asmalaraya Arya Ardhana telah memberikan perintah untuk mengaji sampai tengah malam nanti. Sehingga roh-roh yang berniat jahat menyerang rakyat dapat di atasi dengan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
"Kegh!." Ia meringis sakit. "Kau tidak usah banyak bicara!." Amarahnya keluar begitu saja. "Takluk, tunduk, dan patuh lah!." Ucapnya penuh penekanan. "Jada junjungan kami gusti Prabu suaka abinaya!." Teriaknya. "Aku yakin kalian, akan aman! Jika kalian tidak melakukan perlawanan apapun pada kami." Dengan percaya diri Barja berkata seperti itu, sesekali ia menyerang Syekh Asmawan Mulia.
Namun sepertinya Syekh Asmawan Mulia belum terlalu tua hanya sekedar menghindari semua serangan yang datang padanya.
"Hanya kepada Allah SWT kami takluk!." Tegasnya. "Hanya kepada Allah SWT kami tunduk!." Ucapnya lagi. "Dan hanya kepada Allah SWT kami patuh!." Sorot matanya tampak tajam. "Bukan pada manusia! Yang menyesatkan seperti kalian."
Syekh Asmawan Mulia sedikit terbawa amarah. Ia menggunakan jurus yang ia gunakan untuk memberikan rasa sakit melalui terpaan angin. Dan benar saja, saat Barja terkena jurus itu, ia mundur beberapa langkah. Kulitnya benar-benar terasa sangat sakit, seperti dibakar sesuatu.
"Lahaula walakuata illabillahilaliyila'zim." Ucapnya keras. "Kekuatan Allah lebih besar dari manusia." Ia sangat waspada. "Bahkan dari mahkluk gaib, yang kalian gunakan untuk menyakiti kami."
Lingga dengan suara keras berkata seperti itu, ia juga menyerang mereka semua dengan mengucapakan kalimat takbir, tidak henti-hentinya ia membacakan kalimat takbir agar lebih mudah mengusir mereka semua.
"Allahu akbar!."
Barka, Mulni, dan Purna juga melakukan hal yang sama. Mereka semua membacakan kalimat takbir, sehingga mereka dengan mudahnya mengalahkan makhluk gaib yang menyerang mereka semua. Sungguh malam ini pekerjaan mereka semua sangat berat, karena mereka berhadapan dengan yang tidak biasa. Apakah mereka akan baik-baik saja?. Temukan jawabannya.
...***...
Setelah mengumandangkan adzan dengan suara yang keras, Raden Jatiya Dewa turun ke bawah. Tempat itu benar-benar telah bersih dari mahkluk gaib yang menyeramkan. Sedangkan Pangeran Abinaya Bena masih di tempat. Tapi sayangnya keadaannya tidak baik-baik saja.
"Kurang ajar kau!." Teriaknya penuh amarah. "Kau telah bermain curang!." Pangeran Abinaya Bena mengerang kesakitan.
"Heh!." Raden Jatiya Dewa mendengus kesal.
"Kalau kau berani! Jangan main sihir!." Teriaknya penuh amarah. "Menggunakan mantram yang sama sekali, tidak aku ketahui maksudnya!."
Ada gejolak amarah yang muncul dari dirinya. Ia tidak terima sama sekali jika dirinya telah dikalahkan oleh musuhnya dengan cara seperti itu?.
"Justru kau lah yang telah berbuat curang!."
Bukan Raden Jatiya Dewa yang menjawab itu, tapi yang menjawabnya adalah Putri Andhini Andita. Ia datang bersama Prabu Asmalaraya Arya Ardhana, tentunya membuat Raden Jatiya Dewa dan Pangeran Abinaya Bena terkejut.
"Kau?." Matanya terbelalak lebar. "Bagaimana mungkin kau? Bisa bebas dari jurus pengendali jiwa yang aku tanamkan padamu?."
Pangeran Abinaya Bena sangat terkejut dengan apa yang telah ia lihat?. Bagaimana mungkin Putri Andhini Andita datang dalam keadaan baik-baik saja?.
"Aku akan menghukum mu!."
Prabu Asmalaraya Arya Ardhana dan Putri Andhini Andita secara bersamaan berkata seperti itu. Membuat Raden Jatiya Dewa dan Pangeran Abinaya Bena terkejut. Sepertinya kedua kakak beradik itu saat ini sedang marah. Sangat marah, sehingga udara sekitar terasa lebih mendominasi, lebih menyeramkan dari makhluk halus yang mencoba menyakiti Raden Jatiya Dewa. Apakah yang akan dilakukan kedua kakak beradik pada Pangeran Abinaya Bena?. Next.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Nurul iman
lanjut thor...
2022-07-08
1