...***...
Istana Derajat Jati.
"Maaf paman Prabu." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana memberi hormat. "Saya tidak bisa berlama-lama di istana ini."
"Apakah ada masalah di istana suka damai?."
"Ada sedikit masalah yang harus segera di selesaikan." Jawab Prabu Asmalaraya Arya Ardhana. "Saya harap, paman Prabu tidak tersinggung dengan sikap saya."
"Tidak apa-apa nanda Prabu." Ucap Prabu Nitisara Pranawa dengan senyuman kecil. "Sebagai seorang Raja? Tentunya nanda Prabu harus selalu siaga di istana."
"Sekali lagi maafkan saya paman Prabu."
"Kalau begitu, saya akan menyiapkan prajurit." Prabu Nitisara Pranawa tersenyum kecil. "Untuk mengiringi nanda Prabu, agar sampai dengan aman di istana suka damai."
"Kala masalah itu." Ucap Prabu Asmalaraya Arya Ardhana. "Paman Prabu jangan cemas, saya bisa sampai dengan aman."
"Tapi nanda Prabu?."
Deg!.
Matanya terbelalak terkejut, melihat sosok Sukma Naga Bumi muncul begitu saja. Apalagi ketika berubah menjadi sosok pemuda yang gagah perkasa.
"Gusti Prabu tenang saja." Ia memberi hormat. "Hamba yang akan mengantar Gusti Prabu asmalaraya arya ardhana dengan aman, sampai ke istana suka damai."
"Baiklah." Prabu Nitisara Pranawa tersenyum kecil. "Sampaikan salam saya pada keluarga istana." Lanjut sang Prabu. "Bahwa satu purnama lagi, kami akan menuju istana suka damai."
"Tentu saja paman Prabu." Respon Prabu Asmalaraya Arya Ardhana. "Kalau begitu saya pamit, sampurasun."
"Rampes."
Sukma Naga Bumi kembali ke wujudnya, setelah itu membawa Prabu Asmalaraya Arya Ardhana menuju Istana Suka Damai.
"Luar biasa sekali." Ucap Prabu Nitisara Pranawa penuh kekaguman.
"Saat itu, nanda juga menaiki sukma naga hitam." Ucapnya. "Sehingga sampai ke istana ini alam waktu yang singkat."
"Memang luar biasa sekali." Respon Prabu Nitisara Pranawa. "Ia memiliki ilmu kanuragan yang hebat, sama seperti mendiang ayahandanya."
...***...
Sementara itu Pangeran Abinaya Bena sedang menunggu kedatangan Putih, yang katanya ingin berlatih ilmu kanuragan dengannya. Agak cukup lama menunggu, ia melihat sosok gadis desa yang memiliki senyuman yang manis menurutnya. Apakah Pangeran Abinaya Bena telah terpikat oleh sosok Putih?. Entahlah, ia juga tidak mengerti kenapa ia bisa terpikat akan kecantikan gadis desa itu?.
"Maafkan hamba Gusti Pangeran." Ia memberi hormat. "Hamba datang agak terlambat."
"Tidak apa-apa nini putih." Balasnya. "Langsung saja kita lakukan bersama."
Pangeran Abinaya Bena sepertinya tidak sabar lagi ingin mengajarkan beberapa ilmu kanuragan pada gadis desa itu.
"Akhirnya dia datang juga." Dalam hatinya merasa sangat senang melihat kedatangan Putih yang entah sejak kapan ia menunggu gadis cantik itu?.
"Baiklah Gusti pangeran."
Putih hanya tersenyum kecil saja. Setelah itu melakukan persiapan, tentunya supaya latihan yang mereka lakukan lebih sempurna.
"Setelah aku berhasil melakukan penaklukan di daerah ini, maka aku membawamu." Dalam hatinya. "Aku akan menjadikanmu istriku." Dalam hatinya memiliki beberapa ambisi yang sepertinya sangat luar biasa. "Kau adalah wanita yang sempurna untuk menjadi istri dari abinaya bena."
Dalam hatinya merasakan kebahagiaan yang ia dambakan selama ini. Memiliki istri cantik, bisa ilmu kanuragan, dan bisa menyenangkan hatinya. Jadi?. Pangeran Abinaya Bena memiliki tujuan di dalam dirinya?. Apakah itu adalah hal yang baik?. Atau hal yang akan merugikan nantinya?. Apakah yang akan ia lakukan? Ke arah buruk atau ke arah kebaikan?. Temukan jawabannya.
...***...
Sedangkan Raden Jatiya Dewa melihat dua orang yang mencurigakan sedang menyamar?. Karena mendapatkan perintah langsung dari Prabu Asmalaraya Arya Ardhana, tentunya Raden Jatiya Dewa harus mengetahui apa yang akan dilakukan oleh mereka di Kerajaan Suka Damai. Tidak akan ia biarkan orang-orang jahat berkeliaran bebas di wilayah ini.
"Sepertinya mereka mulai bergerak, mengamati bagaimana kekuatan di kerajaan suka damai." Raden Jatiya Dewa mengamati apa saja yang mereka lakukan. "Sungguh sangat keterlaluan, atas apa yang akan mereka lakukan."
Raden Jatiya Dewa sangat geram dengan tindakan yang akan mereka lakukan. Namun ia tidak bisa menangkap mereka begitu saja. Karena itulah ia harus bersabar terlebih dahulu. Jika ia tergesa-gesa, maka akan membuat musuh tampak mencurigainya.
"Seperti yang dikatakan oleh gusti Prabu." Dalam hatinya. "Sepertinya bantuan dari beberapa pendekar di setiap desa."
Raden Jatiya Dewa telah mengabarkan berita tersebut atas perintah prabu Asmalaraya Arya Ardhana. Tentunya ia akan meminta bantuan pada mereka untuk memudahkan pekerjaan yang ia lakukan. Apalagi ini masalah yang sangat besar, ia tidak bisa bergerak sendirian.
"Sepertinya kita diikuti oleh seseorang barja." Hengkara dapat merasakan kehadiran seseorang. Sehingga ia berbisik memberitahu temannya siapa bersikap waspada.
"Benarkah?." Responnya. "Apakah dia seorang pendekar?."
Barja penasaran, bagaimana mungkin ada seseorang yang berani mengikuti mereka?.
"Apakah ia mencurigai apa yang sedang kita lakukan sekarang?."
Terlihat raut wajah ketakutan, karena ia tidak ingin rencana yang diberikan pangeran Abinaya Bena sampai gagal akibat tindakan ceroboh yang mereka lakukan.
"Bisa jadi dia adalah seorang pendekar." Ucapnya. "Karena hawa keberadaannya sangatlah tipis." Ia merasa kesal. "Dia berusaha untuk menyembunyikan keberadaannya."
Ia mencoba mencari titik keberadaan orang yang mengikuti mereka. Namun masih belum bisa merasakannya.
"Sepertinya ia memiliki jurus halimun yang sangat kuat." Bisiknya lagi.
"Lalu? Apa yang harus kita lakukan?." Ia mengamati keadaan sekitarnya. "Apakah kita akan berhenti terlebih dahulu?." Barja memang tidak bisa merasakannya sama sekali. "Supaya kita tidak terlihat mencurigakan sama sekali." Ya, mungkin itu adalah pilihan untuk sementara waktu ini.
"Apakah itu tidak akan mengganggu rencana Gusti pangeran?." Ucapnya kesal. "Bisa gawat jika kita gagal melakukannya."
"Untuk sementara waktu ini saja, kita pergi."
Apakah yang akan mereka lakukan setelah ini?. Apakah itu akan mempengaruhi rencana mereka?. Temukan jawabannya.
...***...
Istana Suka Damai.
Prabu Asmalaraya Arya Ardhana hendak menuju ruangan pribadi Raja.
"Rayi Prabu?."
"Yunda?." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana menoleh ke arah samping. "Ada apa yunda?."
"Apakah boleh berbicara sebentar saja?."
"Tentu saja yunda." Balas sang Prabu. "Mari."
Putri Agniasari Ariani mengikuti Prabu Asmalaraya Arya Ardhana menuju ruangan pribadi Raja.
"Mari duduk yunda."
"Terima kasih rayi Prabu."
"Apa yang hendak yunda sampaikan?."
"Masalah pernikahan." Jawabnya. "Apakah tidak apa-apa? Meninggalkan istana dalam keadaan seperti ini?."
"Yunda jangan cemas." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana tersenyum kecil. "Masalah itu tidak akan lama."
"Hanya saja-."
"Kalau masalah yunda andhini andita? Yunda tidak perlu cemas."
"Baiklah." Ia mencoba tenang. "Aku percaya, kau mampu mengatasi masalah itu rayi Prabu."
"Yunda." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana menatap serius. "Aku di datangi oleh Sukma ibunda Ratu ardiningrum bintari."
Deg!.
"Di datangi oleh Sukma ibunda Ratu ardiningrum bintari?."
"Beliau tampak kesakitan." Jelas sang Prabu. "Beliau berpesan, agar meminta maaf pada yunda."
"Ibunda? Meminta maaf padaku?." Hatinya terasa aneh.
"Benar yunda."
"Oh? Ibunda Ratu ardiningrum bintari." Ia merasa tidak enak hati.
"Raka gentala giandra, raka ganendra garjitha." Ucap sang Prabu lagi. "Mereka juga meminta maaf pada yunda."
"Oh? Raka gentala giandra, raka ganendra garjitha." Ia hampir saja menangis. "Sudah lama rasanya, kita tidak bersama."
"Yunda benar." Sang Prabu merasa sedih. "Rasanya sakit sekali yunda."
"Kita hanya bisa memaafkan, dan mendoakan mereka." Ia menghapus air matanya. "Supaya jalan mereka lebih lapang lagi."
"Nanti aku akan datang ke istana mekar jaya." Ucap sang Prabu. "Menyampaikan pesan dari ibunda Ratu ardiningrum bintari, raka ganendra garjitha, juga raka gentala giandra."
"Itu harus rayi Prabu."
...***...
Putri Andhini Andita dan Pangeran Abinaya Bena yang sedang latihan. Memang hanya ilmu kanuragan dasarnya saja yang diajarkan Pangeran Abinaya Bena. Namun setidaknya ilmu kanuragan itu bisa berfungsi untuk menjaga dirinya. Setelah itu mereka beristirahat sejenak. Namun rasanya Pangeran Abinaya Bena sangat kagum akan kecantikan yang dimiliki oleh Putih.
"Maaf, jika aku lancang." Ucapnya. "Apakah aku boleh bertanya nini putih?." Ia mencoba untuk tersenyum, walaupun terlihat tipis.
"Apa yang gusti pangeran tanyakan pada hamba?." Dengan suara yang ramah ia membalas ucapan Pangeran Abinaya Bena.
"Apakah kau mau? Ikut bersamaku setelah aku kembali ke kerajaanku?." Dengan hati-hati ia bertanya. Takut gadis yang telah mencuri hatinya itu akan salah faham padanya.
"Kenapa Gusti pangeran ingin mengajak hamba?." Ia heran. "Apakah hamba diperlukan di istana nantinya?." Dengan wajah yang polos ia bertanya kembali.
"Ya, tentu saja." Jawabnya dengan senyuman ramah. "Kau adalah wanita yang sangat cantik, dan aku akan membuatmu menjadi istri ku yang terhormat nantinya." Dalam hati Pangeran Abinaya Bena tersenyum lembut. Sepertinya ia telah tertarik pada Putri Andhini Andita.
Entah kenapa, kemahirannya dalam mengolah ilmu kanuragan membuat Pangeran Abinaya Bena merasa tertarik, dan ingin memiliki Putih untuk menjadi isterinya?.
"Baiklah." Ia memberi hormat. "Jika memang hamba diperlukan? Hamba akan ikut bersama gusti pangeran."
Putih hanya bisa mengiyakan apa yang diinginkan Pangeran Abinaya Bena. Meskipun ia tidak mengetahui apa yang diinginkan Pangeran Abinaya Bena dengan membawanya.
"Syukurlah, kalau kau mau ikut denganku." Rasanya Pangeran Abinaya Bena sangat senang mendengarkan ucapan Putih. Rasanya ia sudah tidak sabar lagi ingin melakukan semuanya sesuai dengan rencananya.
Pada hari itu, Putih benar-benar dilatih oleh Pangeran Abinaya Bena. Banyak hal yang mereka lakukan, bahkan Pangeran Abinaya Bena benar-benar jatuh cinta pada Putih. Hatinya benar-benar telah terpikat oleh sosok Putih yang tampak sempurna di matanya.
"Ayahanda Prabu." Dalam hatinya. "Maafkan aku, jika aku agak lama melakukan tugas yang ayahanda Prabu berikan pada nanda." Ia merasa kesal. "Karena nanda saat ini ingin menikmati kebersamaan, dengan seorang wanita yang telah memikat hati nanda."
Dalam hati Pangeran Abinaya Bena mengagumi setiap gerakan yang dilakukan oleh Putih. Setidaknya ia melakukan itu selama dua hari kedepannya. Ia mengajari Putih dengan baik, tanpa adanya kecurigaan setiap waktu-waktu tertentu Putih ingin melakukan sesuatu.
Sementara itu, Raden Jatiya Dewa kadang mengamatinya dari jauh. Entah kenapa hatinya benar-benar bergetar sakit, saat melihat Putri Andhini Andita bersama seorang pangeran yang menurutnya sangat menyebalkan. Apakah ia akan membiarkan ini terus terjadi?. Apakah ia akan bertahan saja melihat itu semua terjadi?. Tidak, sangat tidak yakin jika ia akan bertahan melihat itu. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Temukan jawabannya. Next Halaman.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments