KISAH CINTA TUAN PUTRI
..."***...
Kerajaan Suka Damai.
Di desa Damai Setia.
Putri Andhini Andita saat ini sedang mengamati desa tersebut. Ia ingin melakukan sesuatu untuk kerajaan Suka Damai. Ia telah memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah melakukan pengembaraan. Rasanya tidak ada alasan lagi untuk melakukan pengembaraan, karena itulah ia memutuskan untuk membantu adiknya. Meskipun pada awalnya mendapatkan penolakan dari adiknya prabu Asmalaraya Arya Ardhana.
Kembali ke hari itu.
Putri Andhini Andita saat ini sedang menuju ke ruang pribadi raja. Langkahnya terlihat sangat yakin, dan tidak ada keraguan lagi.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh rayi Prabu, apakah aku boleh masuk?."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh, silahkan masuk yunda."
"Terima kasih rayi Prabu."
Putri Andhini Andita masuk, tak lupa senyumannya yang ramah. Ia masih saja perhatian pada adiknya, atau itu adalah sikap seorang kakak pada adiknya?.
"Silahkan duduk duduk yunda."
"Terima kasih rayi."
"Tentunya ada yang ingin yunda sampaikan padaku, sehingga yunda datang ke sini."
"Aku tidak melihat jaya satria berada di istana ini, apakah ada sesuatu yang sedang terjadi?."
"Sepertinya yunda sangat perhatian sekali, apakah karena itu yunda ragu untuk melakukan pengembaraan?."
Putri Andhini Andita terdiam sejenak, meskipun bukan itu alasannya, namun masih ada kaitannya?. "Aku hanya ingin mengabdikan diriku di istana ini, aku rasa situasi pengembaraan yang aku lakukan dan yang kau lakukan waktu itu berbeda." Kali ini ia terlihat sangat serius. "Aku telah memikirkannya, bahwa aku akan membantumu."
"Terima kasih banyak yunda."
"Lantas bagaimana dengan jaya satria? Apakah melihat ada yang aneh terjadi di kawasan kerajaan?."
"Memang begitulah yunda, karena ada energi tidak baik yang mencoba untuk mengelilingi kerajaan ini, sepertinya aku akan berhati-hati jika ingin melakukan belah raga."
Prabu Asmalaraya Arya Ardhana atau Raden Cakara Casugraha sedang merasakan adanya ancaman yang tidak biasa.
"Sepertinya agak berbahaya, berikan tugas padaku untuk melihat situasinya rayi."
"Sebaiknya yunda tetap di istana saja."
"Apakah kau tidak percaya padaku rayi?."
"Baiklah yunda."
Prabu Asmalaraya Arya Ardhana hanya pasrah saja, tidak ingin melihat kakaknya marah.
...***...
Syekh Asmawan Mulia sedang bersama Raden Jatiya Dewa.
"Sepertinya Raden terlihat murung, apakah karena masih belum berbaikan dengan Gusti Putri andhini andita?."
Deg!.
Raden Jatiya Dewa tampak terkejut, hingga ia merasakan gugup yang tidak biasa.
"Hahaha! Wanita itu memang sulit untuk ditebak, namun Raden jangan sampai terjebak, bisa bahaya Raden."
"Apakah Syekh guru memiliki saran yang baik untuk saya? Apakah saya terlalu berlebihan dalam mencintai seseorang?."
"Hm? Kalau masalah hati memang tidak ada yang bisa menebak." Syekh Asmawan Mulia tampak berpikir. "Kendalikan saja diri Raden, cinta kadang bisa membuat seseorang lupa segala hal."
"Ah! Rasanya saya memang tidak bisa lepas lagi darinya Syekh guru, saya rasa ini kutukan."
"Hahaha! Raden ini bicara apa?."
"Habisnya? Ketika saya bertemu dengan Gusti Putri pertama kalinya? Saya sangat meremehkannya, hanya karena ia berpenampilan seperti orang biasa, rasanya saya sangat menyesal karena telah melewati hari itu."
"Hahaha! Hahaha! Raden ini ada-ada saja."
"Berikan saya saran Syekh guru, jangan tertawa seperti itu, rasanya saya sangat malu sekali."
Siapa tidak tertawa keras melihat raut wajah Raden Jatiya Dewa yang seperti itu, memelas?. Minta dikasihani. Raden Jatiya Dewa sedang gelisah karena hubungannya dengan Putri Andhini Andita agak aneh. Kadang baik?. Ya?. Kadang seperti itulah. Lantas apa yang akan dilakukan Raden Jatiya Dewa?. Apakah akan bertahan?. Simak dengan baik kisahnya.
...***...
Di sebuah tempat.
Terlihat sangat jelas bagaimana matanya memandangi perbatasan wilayah kerajaan Suka Damai.
"Kerajaan ini akan menjadi bagian dari kerajaanku." Ada ambisi yang terpancar di matanya. "Aku telah memasang hawa kegelapan di tempat ini, akan aku telah wilayah kerajaan ini dengan kegelapan, sama halnya dengan wilayah yang pernah kami taklukkan." Suasana hatinya sedang bahagia karena sedang membayangkan apa yang akan ia lakukan. Apa lagi saat itu ia bertemu dengan seseorang yang cukup mencurigakan menurutnya berada di wilayah kerajaan Suka Damai.
Kembali satu hari yang lalu.
Jaya Satria saat itu sedang mengitari wilayah yang sangat aneh menurutnya.
"Hawa kegelapan apa ini? Bagaimana mungkin ada seseorang sedang menanamkan rajah kegelapan di wilayah ini?."
Jaya Satria dapat melihat bagaimana kegelapan itu seperti hendak menelan sekitarnya.
"Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja."
Jaya Satria segera bertindak, akan berbahaya jika tidak dihentikan. Dengan konsentrasi yang sangat tinggi, dan menggunakan tenaga dalamnya Jaya Satria mencoba untuk menghancurkan rajah kegelapan itu.
"Tunggu!."
Jaya Satria menghentikan apa yang ia lakukan saat itu, karena ia mendengarkan suara seseorang yang seperti menegurnya.
"Apa yang kau lakukan? Apakah kau hendak menghancurkan rajah kegelapan itu?."
"Tentu saja."
"Kenapa?."
"Karena rajah kegelapan itu sangat mengganggu."
"Kau tidak akan aku biarkan melakukan itu."
"Kenapa? Apakah kau yang menanamkan rajah kegelapan itu?."
"Tentu saja aku yang melakukan."
Jaya Satria tidak menduga jika orang itu akan mengakuinya?.
"Kalau begitu? Kau yang akan tangkap."
"Menangkap aku? Apa peduli mu pada wilayah ini?."
"Aku sangat peduli, karena wilayah ini adalah tanah kelahiran ku." Jaya Satria siap-siap untuk menyerang orang asing itu. "Siapapun yang mengganggu tanah kelahiran ku? Maka dia akan aku usir."
Setelah berkata seperti itu Jaya Satria langsung menyerang orang itu, hingga terjadi pertarungan diantara keduanya.
"Astaghfirullah hal'azim ya Allah, siapa orang ini sebenarnya? Dia memiliki jurus yang aneh." Dalam hati Jaya Satria sedikit kewalahan.
Pertarungan itu membuat Jaya Satria kebingungan, pemuda itu tampak seperti angin yang bergerak tanpa suara.
Kembali ke masa ini.
Pemuda itu masih ingat bagaimana pertarungannya dengan Jaya Satria?.
"Tunggu saja pada saat itu tiba." Senyuman lebar terpampang sangat jelas di wajah rupawannya, ia sedang memikirkan hal yang unik yang akan ia lakukan.
****
Istana Kerajaan Suka Damai.
Prabu Asmalaraya Arya Ardhana sedang bersama Raden Hadyan Hastanta.
"Mungkin aku akan meminta bantuan pada raka untuk menjaga wilayah kota Raja, sebab aku telah meminta bantuan pada Senopati mandaka sakura agar terus memantau wilayah lainnya."
"Sandika rayi Prabu."
"Terima kasih banyak raka, maaf jika aku meminta bantuan padamu di saat yunda bestari dhatu sedang kewalahan menjaga nanda sahardaya raksa sedang rewel."
"Tidak apa-apa rayi Prabu, ini semua demi keselamatan kita." Raden Hadyan Hastanta tentu saja memahami situasi yang terjadi. "Lagi pula ada ibunda kita yang sedang menikmati kebersamaan dengan cucu pertama di istana ini." Kali ini terlihat raut wajah dipenuhi kebahagiaan.
"Raka benar, ibunda Ratu dewi, ibunda Ratu Gendhis memang tampak lebih bahagia saat bersama nanda sahardaya raksa." Prabu Asmalaraya Arya Ardhana tentu saja dapat merasakan itu. "Kalau begitu mari kita lakukan ini semua dengan hati-hati raka, mari kita lindungi kebahagiaan rakyat suka damai."
"Tentu saja rayi Prabu, kebahagiaan rakyat suka damai adalah hal yang paling utama."
Ya, Prabu Asmalaraya Arya Ardhana pasti akan melindungi kebahagiaan itu dengan penuh kasih sayang. Tapi apakah bisa melakukannya?. Simak dengan baik kisahnya.
...***...
Sementara itu Putri Agniasari Ariani dan Raden Rajaswa Pranwa sedang berjalan-jalan di sekitar Kota Raja. Tentu saja hubungan keduanya semakin maju, dukungan dari pihak keluarga tidak diragukan lagi.
"Sepertinya Gusti Putri sangat terkenal sekali, begitu banyak rakyat yang menyapa dengan ramah."
"Alhamdulillah hirobbil'alamin Raden."
Namun saat itu ada seseorang yang berjalan mendekati mereka, tatapan mata itu dipenuhi dengan kerinduan yang sangat dalam.
"Nimas cempaka putih?."
Putri Agniasari Ariani dan Raden Rajaswa Pranwa saling bertatapan.
"Apakah nimas lupa padaku?."
Deg!.
"Tuan bayangkari sermana aji?."
Hanya itu yang diingat oleh Putri Agniasari Ariani.
"Apakah Gusti Putri mengenalinya?." Terlihat sangat jelas ada kecemasan yang ia rasakan saat itu.
"Hanya kenal sebentar saja-."
Deg!.
Keduanya sangat terkejut ketika Bayangkari Sermana Aji memeluk Putri Agniasari Ariani?.
"Aku sangat merindukanmu nimas." Ia mengungkapkan perasaan itu, ia tidak dapat menahan kerinduan itu. Pelukan itu adalah bukti bahwa ia sangat ingin bertemu dengan Putri Agniasari Ariani, hingga ia tidak dapat menahan dirinya agar tidak memeluk pujaan hatinya?.
"Astaghfirullah hal'azim ya Allah."
Deg!.
Kali ini Bayangkari Sermana Aji yang terkejut karena mendapatkan dorongan dari Putri Agniasari Ariani dan Raden Rajaswa Pranwa?.
"Maaf tuan, jangan lancang seperti itu memeluk Gusti Putri, apakah tuan ingin memberikan kesan yang buruk untuk Gusti Putri agniasari ariani?." Raden Rajaswa Pranwa terlihat sangat marah.
"Oh? Maafkan aku, aku hanya rindu pada nimas cempaka putih."
"Nimas cempaka putih?." Matanya melihat ke arah Putri Agniasari Ariani.
"Tenanglah Raden, pasti ada penjelasannya, aku tidak seperti itu."
Raden Rajaswa Pranwa menghela nafasnya dengan pelan. "Maaf tuan, jangan lancang pada istriku."
Deg!.
Bagaikan tersambar petir yang sangat dahsyat, Bayangkari Sermana Aji terdiam di tempat.
"Mungkin masa lalu tuan begitu kagum pada sosok istri saya, namun maaf? Kami telah menikah, dan tuan jangan terlalu banyak berharap." Tatapan matanya terlihat sangat menusuk.
"Apakah itu benar nimas? Itu tidak mungkin, kan?." Bayangkari Sermana Aji sangat tidak percaya itu.
"Ya Allah? Apa yang harus aku jawab?." Dalam hati Putri Agniasari Ariani sangat bimbang.
"Katakan padaku jika itu bohong nimas, aku datang ke sini karena ingin bertemu denganmu." Hatinya terasa sakit?. "Setelah mengetahui tentang jati dirimu? Aku langsung bergegas dayang ke sini, aku ingin mempersunting dirimu nimas." Dadanya terasa sangat sesak.
"Maaf tuan bayangkari, sepertinya saya memang tidak bisa menerima tuan, karena kami telah berjanji akan selalu bersama." Putri Agniasari Ariani mengatakan isi hatinya?.
"Oh? Rasanya sangat sia-sia sekali aku datang ke sini." Ingin rasanya ia menangis saat itu juga, ia tidak menduga ini akan terjadi?.
"Maaf saja tuan, sepertinya tuan datang di saat yang tidak tepat."
Tidak ada tanggapan dari Bayangkari Sermana Aji, hatinya terlanjur hancur setelah mengetahui?. Jika orang yang sangat ingin ia persunting?. Ternyata telah memiliki suami?.
"Maafkan, kami terpaksa berbohong." Dalam hati Putri Agniasari Ariani dan Raden Rajaswa Pranwa merasa bersalah, namun hubungan keduanya tidak akan terganggu sedikitpun. Lantas apa yang akan dilakukan Bayangkari Sermana Aji?. Simak dengan baik kisahnya.
...***...
Putri Andhini Andita saat ini sedang menyamar, dan ia mengamati mereka semua. Para bangsawan yang katanya saat ini sedang dalam pelarian?. Entah itu benar atau tidak, namun mereka meminta izin pada Prabu Asmalaraya Arya Ardhana untuk tinggal sementara waktu di kerajaan Suka Damai. Putri Andhini Andita saat itu yang menemukan mereka, kebetulan ia sedang bosan saat itu, hngga sang Putri berjalan-jalan mengitari kerajaan Suka Damai.
Kembali ke masa itu.
Putri Andhini Andita telah sampai di desa Damai Setia. Ia hanya ingin melihat keadaan negeri ini. Negeri yang kini dipimpin oleh adiknya Prabu Asmalaraya Arya Ardhana.
"Kau tidak pergi mengembara lagi andhini andita?." Sukma Dewi Suarabumi sepertinya masih bersama Putri Andhini Andita.
"Hamba rasa tidak." Jawabannya dengan lbut. "Sepertinya mengabdi pada negeri sendiri? Juga termasuk pengembaraan, sama seperti rayi prabu yang selalu bersembunyi dibalik topengnya demi kedamaian negeri ini." Putri Andhini Andita hanya tersenyum kecil. Saat ini ia berusaha membaur dengan rakyat biasa. Berpakaian layaknya orang biasa, meskipun kulitnya yang putih itu memang mencolok, tapi ia sebisa mungkin tidak menunjukkan siapa dirinya saat ini.
"Jadi kau ingin melihat inti dari kerajaan yang telah dijaga oleh mendiang gusti prabu bahuwirya jayantaka byakta ini dengan menggabungkan kekuatan kami?." Sukma Dewi Suarabumi hanya ingin memastikannya.
"Ya, hamba berniat seperti itu, tapi apakah boleh, hamba ingin mendengar cerita? Bagaimana Gusti Putri bisa dimasukkan ke dalam pedang panggilan jiwa oleh mendiang eyang Prabu?." Perasaan penasaran sedang membuncah di dalam dirinya. Rasanya ia ingin mengetahui semuanya.
Namun, saat itu ia melihat ada banyak orang yang berlarian karena ketakutan. Mereka ketakutan karena ada sekelompok orang yang ingin menyerang mereka?. Apakah memang seperti itu yang terjadi?.
"Sepertinya tidak untuk saat ini andhini andita, kau memiliki masalah yang harus kau tangani." Sukma Dewi Suarabumi merasakan hal tidak baik sedang terjadi.
Putri Andhini Andita langsung melihat apa yang terjadi, ia melihat ada beberapa orang yang mengejar warga desa Damai Setia. Putri Andhini Andita terpaksa menggunakan tenaga dalamnya untuk menghentikan mereka.
Duakh!!!
Kedua orang itu terjajar karena menerima serangan dari Putri Andhini Andita. Mereka segera bangkit, sementara itu warga desa telah melarikan diri mencari tempat yang aman.
"Kurang ajar! Siapa kau?! Berani sekali kau menyerang kami!." Laki-laki bertubuh kekar itu membentak Putri Andhini Andita dengan suara yang cukup keras.
Tapi ia terlihat meringis kesakitan, serangan yang ia terima tadi sepertinya cukup menyakitkan baginya.
"Kalian yang siapa?! Berani sekali kalian menyerang penduduk desa damai setia. Apa yang kalian lakukan di desa ini?." Tatapan mata itu sangat tajam, serta hatinya yang bergemuruh menahan amarah.
"Mereka telah berani memasuki kawasan tempat persembunyian pangeran kami, meskipun ini desa damai setia, tapi kami saat ini sedang melarikan diri."
"Bisa jadi mereka memberikan informasi itu pada orang lain, dan itu akan membahayakan pangeran kami!."
"Sungguh tidak sopan sama sekali." Amarahnya keluar begitu saja mendengarkan apa yang mereka katakan padanya. "Kalian lah yang tidak sopan masuk ke wilayah orang lain, dan malah membuat kerusuhan." Putri Andhini Andita mengeluarkan pedang panggilan jiwa, membuat keduanya terkejut. "Aku akan mengusir kalian, kalian kalian bersikap kurang ajar!." Hawa pedang itu seperti mengikuti kemarahan yang dirasakan oleh Putri Andhini Andita.
"Pedang itu bukan pedang biasa, sepertinya wanita ini bukan wanita biasa." Dalam hati laki-laki berbadan kekar itu merasakan hawa yang sangat kuat dari pedang itu.
"Sepertinya kita harus mengalah. Jangan sampai kita terluka hanya karena melawan wanita itu." Busuk temannya. Ia dapat merasakan kekuatan tenaga dalam yang luar biasa dari putri Andhini Andita.
"Baiklah, maafkan kami, kami yang salah, kami minta maaf."
"Tapi kami mohon izin untuk bersembunyi di wilayah ini untuk sementara waktu."
Putri Andhini Andita mencoba menangkan amarahnya. "Kalau begitu temui gusti prabu asmalaraya arya ardhana, ini adalah wilayah kekuasaannya, mungkin kalian akan diberi perlindungan oleh beliau." Ia memberi darah pada keduanya.
"Terima kasih atas saran baiknya nini."
"Kami akan segera menemui gusti prabu yang menguasai kerajaan ini." Tampaknya mereka bukan orang jahat?. Entahlah, belum mengetahui bagaimana mereka yang sebenarnya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah mereka orang baik, atau ada maksud lain yang tersembunyi?. Simak ceritanya, mohon dukungannya ya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
AGhanteng
Iseng2 cek karyanya author, pilih2 mn yg menarik, bc sinopsisnya.
Eh ada kisah putri andhini..
Langsung ya saya unduh sebyk2nya dan ramein kolom komentarnya.
2022-07-26
1