Happy Reading 🌹🌹
Terdengar suara deringbtelfin menggema memenuhi kamar Gabriel, terlihat Gabriel mematikan sambungan telfon tanpa melihat siapa gerangan yang mengusik tidur nyenyaknya.
Hingga akhirnya Gabriel menyerah dan membuka paksa kedua matanya meskipun hanya sedikit.
Tertera nomor Sky yang berada di layar Hp, Briel memejamkan mata dan membuang nafasnya kasar.
"Ck, sudah aku duga. Pasti manusia kutub itu tidak akan membiarkanku hidup tenang." Gerutu Gabriel dengan malas menempelkan hp di telinganya.
"Halo, kak." Ucap seorang gadis di sebrang telfon.
Gabriel sudah tidak asing lagi debganbsuara tersebut, tidak lain dan tidak bukan adalah istri dari pria kutub itu.
"Ada apa, Put?" Tanya Gabriel yang kembali memejamkan mata dengan tidur posisi miring tanpa memegang hp miliknya.
"Em, begini... apa Kakak bisa menjemput kami di panti? Jika masih lelah kirimkan saja sopir saja ke panti kak." Ucap Putri panjang di sebrang telfon.
Gabriel tersenyum lebar tanpa menampilkan derrtan gigi putihnya, tetapi senyum itu langsung surut dikala orang yang paling membuatnya jengkel bersuara.
"Cepat datang kesini dan bawakan aku baju ganti." Ucap Sky yang langsung menutup sambungan telfonnya secara sepihak tanpa menunggu jawaban Gabriel.
Gabriel mengambil hp terlihat layar sudah mati, dengan kesal Briel melemparkannya ke sisi ranjang sebelah kiri.
"Aku sumpahi kamu akan terus kena omel para wanita." Umpat Briel yang langsung bangun dengan malas.
Terlihat Briel tidak semangat dapat dilihat dari cara berjalan pria kaku tersebut menyeret langkah kakinya dengan malasmalas menuju kamar mandi.
Dengan kecepatan cahaya, akhirnya Briel telah selesai dan siap untuk menjemput Sky beserta istrinya Putri.
Tanpa makan maupun minum, Briel segera berlari keluar dari unit apartemennya dan berjalan cepat menuju lift yang akan mengantarkannya ke basement.
Kini Gabriel sudah berada di jalan raya menuju arah luar kota, terlihat dirinya mengenakan kacamata hitam guna melindungi mata indahnya dari sinar matahari.
Terlihat lampu lalu lintas menyala merah, sehingga Gabriel dan para pengendara lainnya harus berhenti guna memberikannruang bagi pengendara dari arah lainnya.
Sesekali Briel bersiul-siul didalam mobil hingga siulan itu terhenti.
Tatapan Briel terkunci pada sosok gadis yang dia kenal dan pernah bertemu meskipun baru satu kali. Terlihat gadis itu memberikan kotak bekal kepada seorang pengemis dari dalam mobilnya.
"Si pendek." Gumam Gabriel.
Gabriel terus memandang ke arah gadis tersebut, terlihat senyumnya yang sangat tulus kepada orang lain. Wajah gadis itu terlihat seperti berlian karena terkena sinar matahari yang membuatnya nampak lebih glowing.
"Aku harus mencari tahu tentang dia." Gumam Briel dengan tekat bulatnya.
Pemandangan indah Gabriel harus terputus ketika mobil di belakangnya membunyikan klakson saling bergantian, ternyata lampu lalu lintas sudah menyala hijau.
Dengan segera Briel menjalankan mobilnya, ternyata mobil keduanya melaju disatu arah. Briel mencoba mensejajarkan mobilnya dengan gadis pendek itu.
Hingga akhirnya keduanya sampai di persimpangan jalan, Briel mengambil jalur sebelah kanan sedangkan mobil gadis pendek tersebut mengambil jalur sebelah kiri.
Gadis pendek itu adalah Rose.
"Sayang, ayo kita kemakan Bunda." Ucap Nugroho yang melihat Rose tengah memakan rotinya.
Rose tidak langsung menjawab, melainkan lehihat jam yang melingkar indah di pergelangan tangannya.
"Rose ada kuliah, Ayah." Jawab Rose sedih.
"Ijin dulu saja, apa kamu lupa ini tanggal berapa?" Tanya Nugroho pelan.
Rose menaikkan sebelah alisnya dengan cepat tangannya membuka hp dan mengecek kalender.
Terlihat raut wajah Rose berubah menjadi sendu, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.
"Tunggu Rose ganti baju dulu Ayah." Dengan segera Rose meninggalkan meja makan dan berlari ke lantai dua menuju kamarnya.
Nugroho hanya menghela nafas, mata tuanya hanya dapat menatap nanar ke arah Rose yang sudah menghilang dari pandangannya.
Hari ini, tepat tiga tahun kepergian mendiang istrinya. Tiga tahun yang lalu sang istri menghembuskan nafas terakhirnya, saat itu Rose tidak mendapatkan moment terakhir dengan sang istri karena Rose baru saja masuk di kelas satu SMA.
"Ayah, ayo kita berangkat sekarang." Ucap Rose yang sudah berdiri di depan Nugroho.
"O.. oh ayo." Jawab Nugroho terbata.
Keduanya berjalan beriringan meninggalkan ruang makan tanpa ada pembicaraan.
"Non.. ini bekalnya. Tadi Nona belum sempat sarapan jadi bibi buatkan roti seperti biasanya." Jawab Bi Asih kepada anak majikannya.
Rose menerima kotak bekal itu dengan tersenyum tipis, "Terima kasih bi." Ucapnya pelan.
Bi Asih mengangguk, Rose dan Nugroho kembali berjalan hingga masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan mereka ke pemakaman keluarga.
Bi Asih menyeka air mata yang ada di sudut, Bi Asih sudah bekerja lama dengan keluarga Amanda sejak mendiang Ibunya dan kini digantikan dirinya.
"Nyonya, semoga Non Rose di berikan kebahagiaan." Gumam Bi Asih yang kemudian pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.
Selama di perjalanan hanya keheningan yang ada disana, bahkan Mang Asep yang biasanya menyetel dangdut koplo hari ini tidak memutarnya.
Hingga akhirnya mobil yang di kendarai Mang Asep berhenti karena lampu merah, pandangan Rose masih di lemparkan di luar mobil.
Rose menegakkan duduknya dan membuka kaca mobilnya, tangannya melambai kepada seseorang.
"Kamu memanggil siapa Rose?" Tanya Ayah Nugroho yang sejak tadi hanya diam.
"Anak-anak itu." Tunjuk Rose kepada dua pengemis.
"Ada apa kak?" Tanya salah satu dari mereka.
"Ini untuk kalian, dan ini di simpan sebagai pegangan jangan sampai hilang." Ucap Rose yang menyerahkan kotak bekalnya dan beberapa uang pecahan limapuluh ribuan.
"Tidak usah kak." Tolak mereka karena terlalu baik.
"Cepat..cepat ambil, lampu sebentar lagi hijau. Do'akan Bunda kakak ya." Ucap Rose di kalimat akhir.
Kedua anak jalanan tersebut saling berpandangan dan mengangguk menatap Rose kembali.
"Terima kasih Kak, semoga Bunda dan keluarga Kakak selalu sehat." Ucap keduanya.
Akhirnya kedua anak tersebut berlalu meninggalkan mobil Rose tanpa mereka tahu do'a apa yang di inginkan oleh gadis itu.
Mata Rose berkaca-kaca, tetapi dia berkedip-kedip cepat agar tidak menangis dan kepalanya dia tengadahkan ke atas agar air matanya tidak tumpah.
Hingga mobil pandangan Rose teralihan ke sebuah mobil yang di umpat oleh beberapa pengendara di belakangnya karena tidak segera jalan.
Rose kembali menutup jendela mobilnya dan membersihkan air mata yang hampir tumpah.
Ayah Nugroho hanya dapat mengelus surai pirang Rose dengan lembut, dalam hatinya dia juga sedih karena Rose masih sangat muda ketika di tinggalkan oleh istrinya.
Mang Asep sudah bergetar bibirnya karena sedih melihat majikan mudanya menangis, "hiks.. hiks.. hiks.." akhirnya suara Mang Asep pecah.
"Loh, Mang Asep kenapa?" Tanya Rose yang mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Mang Asep sedih Non." Jawab Mang Asep dengan sesenggukan.
"Sabar Mang, sabar... besok cari kekasih yang lain lagi. Mati satu tumbuh seribu Mang." Ucap Rose dengan menepuk pundak Mang Asep.
"Hah?" Mang Asep berkedip cepat otaknya berpikir kenapa sampai kekasih.
...**...
PROMOSI NOVEL
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Rapa Rasha
tetep lanjut
2022-12-15
0
Itha Honkjy
sedih jdix,😭😭😭
2022-09-29
0
Roroazzahra
sedihnya jadi keinget waktu ditinggal ayah berpulang ke Rahmatullah 😥😭
2022-09-19
0