Happy Reading 🌹🌹
"Maaf aku lama, apa aku salah meja? Sepertinya tidak. Kalian berdua siapa?" Cecar Rose dengan pertanyaannya.
Hanya beberapa detik atensi keempat orang di meja tersebut terarah kepada Rose, hingga Sky kembali menatap tajam ke arah Dave karena menjawab pertanyaan yang ditujukan kepada Putri.
Sedangkan Gabriel asisten dari Sky, masih asik menatap wajah Rose tanpa berkedip.
Kini Rose duduk di kursi sebelah Putri yang kosong, sehingga membuat posisi Rose di ampit antara Dave dan Putri.
"Ekhm, Put siapa kedua pria tampan ini?" tanya Rose lagi dengan menyelipkannrambut panjangnya ke telinga dan tersipu malu.
"Ini adalah temanku Sky dan pria kaku seperti kanebo yang ada di sampingnya adalah Gabriel asistennya." Bukan Putri yang menjawab melainkan Dave.
Gabriel Gandratama adalah anak angkat dari Agung Gandratama dan istrinya Ambarsari Gandratama. Gabriel berusia 27 tahun sama dengan usia Sky sedangkan Dave di atas mereka satu tahun.
Gabriel yang biasa di sapa atau di panggil Briel oleh orang-orang terdekatnya, pria dengan wajah tampan nan rupawan, memiliki mata sipit, hidung mancung, rahang tegas, dan kulit putih. Tidak lupa tubuhnya yang menjulang tinggi dan atletis jika dia membuka pakaiannya akan membuat rahim para wanita hangat.
Gabriel sejak di angkat menjadi keluarga Gandratama, entah sejak kecil apakah sifatnya sedingin kutub utara dan matanya segersang gurun sahara.
Karena keluarga Gandratama belum pernah melihat Briel menangis, bahkan tawanya hampir tidak pernah terdengar hanya senyum simpul yang terkadang Briel perlihatkan.
Rose yang mendengar jawaban dari Dave melipat bibirnya kedalam, agar tawanya tidak lepas. Tetapi naas otak dan bibir Rose tidak singkron sehingga membuat kedua pundaknya bergetar menahan tawanya.
Sedangkan pria yang di juluki kanebo hanya mendelik kesal, jika saat ini suasana bosnya sedang baik mungkin Gabriel akan menjajal mulut Dave dengan serbet meja makan.
"Ah, jadi mereka teman Pak Dave. Pantas saja mereka sangat tampan." Ujar Rose setelah menetralkan tawanya.
Gabriel menghela nafasnya panjang, disatu sisi dia sangat kesal dengan Dave. Tetapi, di sisi lain pekerjaan Gabriel akan bertambah.
Kini Briel ikut duduk bergabung di meja yang terasa hawa peperangan tersebut. Posisi Briel berhadapan langsung dengan Rose.
"Pesanannya Tuan dan Nyonya." Suara pelayan memecahkan keheningan di meja tersebut.
Dengan gerakan sopan dan elegant para pelayan menyajikan makanan dan menuangkan minuman di gelas masing-masing.
"Silahkan dinikmati." Lanjut sang pelayan setelah selesai melayani meja Dave.
"Ada apa, Put?" Tanya Rose yang melihat temannya hanya memandangi makanan yang ada didepannya.
"Ah, tidak. Aku hanya merasa tidak memesan makanan ini." Jawab Putri pelan.
"Itu tadi aku yang memesankannya untukmu, kamu harus merasakan steik disini. Karena restoran ini terkenal dengan kelezatan steiknya." Ucap Dave cepat.
Rose mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, seakan dia membenarkan ucapan Dave tentang kelezatan steik di restoran yang tengah mereka kunjungi saat ini.
Hingga, perlakuan Dave membuat Rose membelalakkan matanya. Bahkan mungkin biji mata Rose akan keluar.
Terlihat Dave menukarkan piring miliknya dengan piring milik Putri, dimana daging steik Dave sudah terpotong kecil-kecil sehingga tidak perlu bersusah payah memotongnya lagi.
"So sweet sekali.. oh my! Benar-benar suami idaman."
"Eh, tunggu. Apa hubungan Pak Dave dengan Putri? Kenapa dia perhatian sekali, mereka seperti sepasang kekasih yang tengah backstreet. Tapi tidak mungkin.. ya tidak mungkin." Gumam Rose dalam hati.
Sedangkan Gabriel dari awal hanya sebagai penonton drama ikan terbang di hadapannya, lebih tepatnya sebagai penikmat tontonan tersebut.
"Apakah akan ada cinta segitiga. Aku berharap mereka tidak menyusahkanku kedepannya, dan tidak terjadi perang dunia keempat." Gumam Briel dalam hati.
Suasana meja tersebut tiba-tiba menjadi dingin dan panas, panas dingin lebih tepatnya. Rose dan Gabriel sama-sama saling menatap seakan tatapan Rose dan Gabriel saling berkomunikasi.
"Apa kamu merasakannya?"
"Ya."
Terdengar suara garpu dan pisau yang nyaring dari piring Sky, Rose dan Gabriel sama-sama melirik sumber suara tanpa ingin mengajukan pertanyaan.
Hingga tidak sengaja, tatapan Rose bersibobrok dengan mata tajam Sky yang membuat Rose langsung tersedak.
Terlebih melihat cara memotong pria tesebut, yang seakan memutilasi manusia. "Benar-benar menyeramkan." Jerit Rose dalam hati.
"Hati-hati Rose, minum dulu." Putri mengambilkan air putih yang tersedia di meja.
Rose mengambil gelas tersebut dengan tangan sedikit gemetar, karena merasa dirinya masih di tatap tajam oleh Sky.
"Terima kasih, Put." Ucap Rose dengan berdehem untuk menghilangkan rasa panas di tenggorokannya.
Putri mengangguk dan melanjutkan acara makannya, hingga tak berselang lama. Putri yang tersedak.
Entah karena apa, hanya mereka dan autor yang tahu.
"Pelan-pelan, Put." Ucap Rose dengan menepuk-nepuk pelan punggung Putri.
"Iya, terima kasih Rose." Jawab Putri pelan.
Sedangkan Gabriel menghela nafasnya panjang, sudah dapat dipastikan jika mulai sekarang dirinya akan lebih sibuk dengan persaingan Sky dan Dave.
Kini kelima orang tersebut berjalan keluar restoran.
"Put, aku tidak bisa pulang bersamamu dan Pak Dave. Karena aku sudah di jemput oleh sopirku." Ucap Rose dengan menunjuk salah satu mobil di area parkiran restoran tersebut.
"Baiklah tidak apa-apa. Aku juga akan segera pulang sendiri dengan menaiki bis, kamu hati-hati Rose pulangnya." Jawab Putri dengan memeluk tubuh Rose sebentar dan kemudian melepaskannya.
Rose mengangguk dan melenggang pergi dari hadapan keempat orang tersebut dengan melambaikan tangannya.
Putri membalas lambaian tangan Rose dengan tersenyum cerah seperti yang Rose lakukan.
Tanpa ketiga orang disana sadari, Gabriel mengamati Rose dengan intens. Terlihat senyum yang lebar dan cerah, rambut pirang yang bergelombang tertiup angin dan sinar matahari terlihat menyoroti tubuh mungilnya.
Hingga akhirnya kesadaran Gabriel kembali, karena mendengar perdebatan Sky dan Dave. Gabriel lebih memilih meninggalkan mereka dan menuju mobil Sky yang ada di parkiran.
Gabriel berjalan dengan langkah lebarnya, kedua tangannya masuk kedalam satu. Dengan wajah datar dan mata tajamnya tetap membuat Briel sangat tampan.
Mobil yang di kendarai Gabriel melaju hingga tepat ada dihadapan ketiga orang yang masih sibuk berdebat, hingga akhirnya Putri dipaksa masuk oleh Sky di dalam mobil.
Gabriel menjalankan mobilnya meninggalkan Dave seorang diri di depan restoran tersebut, bahkan selama perjalanan masih mendengarkan perdebatan receh antara Sky dan Putri.
Kini, mobil yang di kendarai Gabriel berhenti di sebuah panti asuhan yang berada di pinggiran kota.
"Tuan, apakah perlu saya bangunkan Nona Putri?" Tanya Briel yang melihat istri bosnya tertidur pulas melalui kaca spion tengah.
"Jangan memandangnya Briel, biarkan saja. Jangan dibangunkan." Jawab Sky tanpa melihat ke arah Gabriel karena masih sibuk dengan ratusan email yang masuk.
"Baik, Tuan." Ucap Briel yang segera saja dirinya keluar dari dalam mobil.
"Dasar pecemburu, bilang saja jika sudah bucin. Kenapa masih jual mahal. Cih, aku tidak akan pernah menjadi Sky jika memiliki kekasih." Gerutu Gabriel dengan membukakan pintu untuk Sky.
...**...
Apa kamu yakin tidak akan bucin seperti Sky, Gabriel?? 🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Oohhh ternyata Sky sdh menikah dgn Putri...kirain mrk msh pacaran ( Sky memaksakan utk berpacaran dgn Putri) 😁
2023-03-20
0
Rapa Rasha
lanjut
2022-12-15
0
Arin
wah visual Kya gni mah jdi bkin smngt baca....😍
2022-10-12
0