Happy Reading 🌹🌹
Dave berjalan meninggalkan ruangannya menuju ke toilet guna menuntaskan sesuatu.
Cukup lama Dave berada didalam toilet, dan berjalan kearah parkiran karena mendapatkan telfon dari asistennya masalah pekerjaan.
Namun, langkah laki Dave terhenti karena melihat keributan di kantin.
Parkiran kampus dimana Dave mengampu akan melewati area kantin, Dave menyipitkan matanya. Terlihat gadis pujaan hatinya tengah berdebat dengan seorang gadis yang tidak Dave kenal.
Dave masih menyaksikan dari kejauhan tanpa berniat mendekat, terlihat gadis pujaan hatinya berlari dengan menangis.
Tatapan Dave menggelap ke arah gadis yang sudah membuat pujaan hatinya menangis, seketika jiwa psikopatnya terpancing. Tetapi Dave tidak ingin gegabah, dia akan menyelidiki terlebih dahulu.
Dave menyunggingkan senyum smiriknya, karena teman gadis pujaannya menginjak kaki dan mengumpat Bintang.
"Benar-benar, gadis yang menarik. Seharusnya kamu patahkan lehernya." Gumam Dave pelan kemudian dia melangkahkan kakinya untuk menuju kearah mobilnya.
Sesampainya didalam mobil, Dave tidak langsung menyalakan mesin mobilnya. Tetapi Dave menelfon sang asisten untuk menyelidiki seorang gadis yang baru saja membuat Putri menangis.
"Segera berikan laporannya kepadaku." Ucap Dave di sebrang telfon.
"Baik, Tuan." Jawab Ben asisten Dave.
Setelah selesai menelfon asistennya, Dave segera menyalakan mesin mobil untuk pergi ke perusahaan.
Laju mobil Dave harus terhenti, karena melihat dia orang gadis tengah berpelukan di bahu jalan. Dave hanya menatap keduanya dari dalam mobil dengan jari mengetuk-ngetuk di kemudinya.
"Heishh, kenapa wanita lama sekali jika menyelesaikan sesuatu." Gerutu Dave yang tidak sabar.
Karena Dave bosan menunggu keduanya, Dave melajukan mobilnya lagi dan berhenti tepat di samping Rose dan Putri.
Karena kedua gadis tersebut masih larut dalam dunia mereka, membuat Dave membunyikan klaksok cukup keras.
Tangan Dave menekan tombol otomatis untuk menurunkan kaca mobil bagian depan.
"Ayo masuk!" Ucap Dave dari dalam mobil.
Rose mencengkram kuat lengan Putri karena sangat senang, seakan Rose mendapatkan lotre hari ini.
Mendengar penolakan Putri membuat Rose menoleh dan menatap tajam kearah temannya.
Putri seakan tahu arti tatapan Rose, "Yang sopan, dia itu dosen." Ucap Putri mengultimatum temannya.
Dave yang tidak suka mendapatkan penolakan dari gadis pujaan hatinya, menggunakan cara licik dengan mengancam.
"Ayo cepat masuk atau kalian akan saya beri nilai F untuk mata kuliah yang saya ampu." Ancam Dave pada keduanya.
Segera Putri membuka pintu penumpang dan menyeret lengan Rose untuk segera masuk.
Rose tersenyum lebar, mereka duduk dengan tenang dan rapi di bangku belakang.
"Apa kalian sudah makan?" Tanya Dave yang sudah mulai menjalankan mobilnya.
"Sudah."
"Belum."
Jawab Rose dan Putri bersamaan. Mereka langsung saling menatap, Rose menatap Putri dengan penuh harap.
Menampilkan mimik wajah seperti anak kucing dengan melebarkan matanya.
Putri menarik nafas panjang dan mengeluarkan secara perlahan, "Belum Pak, apa Pak Dave ingin makan siang bersama kami?" Tanya Putri dengan melirik ke arah Rose.
"Boleh, jika kamu memaksa." Jawab Dave datar.
Rose yang mendengarkan jawaban Dave hanya menganggapnya biasa, karena Roae sudah terlanjur senang dan semangat karena makan siang bersama Dave meskipun bertiga.
Tetapi tidak dengan Putri, dia mendengus kesal bahkan sampai terperangah mendengar jawaban dari Dave.
Mobil yang di kendarai Dave berhenti di sebuah restoran merah, terlihat dari gedung dengan arsitektur klasik dan para pengunjung yang mengenakan pakaian terbaik mereka.
"Ada apa Put?" Tanya Rose yang mendengar permintaan temannya untuk pindah tempat makan.
Dave yang melihat Putri dari kaca spion tengah paham kekhawatiran Putri, "Saya yang akan mentraktir kalian, sudah ayo turun. Saya sudah sangat lapar." Potong Dave cepat, langsung saja Dave keluar dari dalam mobil tanpa menunggu jawaban dari kedua gadis tersebut.
Rose dan Putri turun dari mobil dan segera mengikuti langkah lebar Dave yang sudah lebih dulu meninggalkan mereka berdua.
Rose segera mengambil tempat duduk yang paling dekat dengan Dave.
Mereka bertiga sudah duduk dengan buku menu di tangan masing-masing. Rose seakan sangat sibuk memilih makanannya.
Rose menoleh ke arah Putri, melihat wajah temannya pias membuat mulut Rose gatal ingin bertanya.
Tetapi Rose urungkan karena Dave sudah lebih dulu melemparkan pertanyaan kepada Putri.
Mendengar jawaban dari Putri membuat Rose mencoba menenangkan kekhawatirannya.
"Sudahlah Put, tidak perlu kita risaukan harga makanan di restoran ini. Semua makanan yang akan kita pesan dibayar oleh Pak Dave. Iyakan Pak?" Tanya Rose dengan menatao ke arah Dave dengan menampilkan senyum terbaiknya.
"Jangankan makanan, se-isi dunia ini jika diminta oleh pujaan hatiku tentu akan aku berikan." Gumam Dave dalam hati.
Dave hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa menatap lawan bicaranya.
Rose mencebikkan bibirnya kesal, karena tebar pesonanya gagal.
Ketiganya segera memeaan makanan dan minuman, Rose merasa perutnya perih dengan segera dia berdiri dari duduknya.
"Put, aku ke toilet dulu ya." Pamit Rose kepada Putri dengan mengambil tas selempangnya.
Putri hanya menganggukkan kepalanya saja, setelah kepergian Rose. Putri dan Dave terlihat bercengkrama terkait mata kuliah drama.
Rose segera masuk ke dalam bilik kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya.
"Ah.. lega sekali. Tidak lucu jika aku kentut di sana. Semua ini karena bakso yang aku makan tadi." Gumam Rose yang kini sudah membuka pintu bilik kamar mandi.
Segera Rose berjalan menuju wastafel dan menerus tas selempangnya di bagian wastafel yang kering.
Jemari mungilnya terulur menyalakan kran untuk mencuci tangannya dan merapihan tampilannya.
"Oh my... oh my... lihatlah betapa kacaunya wajahmu saat ini Rose. Jangankan laki-laki, cicak saja melihatmu akan muntah." Ucap Rose penuh dengan kadar kelebaian maksimal.
Dengan segera Rose mengeluarkan alat tempurnya, bedanya dan juga lipstick yang sesuai untuk gadis seusianya.
Meskipun Rose tidak feminim, tetapi Rose tetap memperhatikan penampilannya.
Cukup lama Rose berada di dalam kamar mandi, Rose melangkah keluar untuk kembali ke mejanya.
"Pasti mereka menungguku lama." Gumam Rose dengan berjalan.
Langkah Rose terhenti dan menyipitkan matanya karena melihat dia pria asing yang tidak Rose kenal sudah duduk bergabung dengan Dave dan Putri.
"Siapa mereka, mungkin temannya Pak Dave jika dilihat dari cara mereka berpakaian."
Rose kembali melangkahkan kakinya mendekat ke meja, hingga membuyarkan keempat orang yang tengah berdebat.
"Maaf aku lama, apa aku salah meja? Sepertinya tidak. Kalian berdua siapa?" Cecar Rose dengan pertanyaannya.
Hanya beberapa detik atensi keempat orang di meja tersebut terarah kepada Rose, hingga Sky kembali menatap tajam ke arah Dave karena menjawab pertanyaan yang ditujukan kepada Putri.
Sedangkan Gabriel asisten dari Sky, masih asik menatap wajah Rose tanpa berkedip.
...**...
Kim Soo Hyun aka Gabriel
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Kisah ini menceritakan tentang masa2 sebelum Putri dan Sky menikah ya Thor..?Dan tokoh utama di sini Rose dan Gabriel asistennya Sky?
2023-03-20
0
tea aza
wah..gabrielny keren banget Thor...💜💜
2022-12-18
0
Rapa Rasha
mantep kak lanjut
2022-12-15
0