Zack merebahkan dirinya di atas ranjang membiarkan seorang wanita yang sedang memberikannya pijatan. Ia benar-benar hilang selera karena wanita yang diinginkannya harus diganti dengan wanita lain. Seharusnya malam ini Retha yang menemaninya di kamar hotel.
Tubuhnya akan mendapatkan sentuhan hangat dan lembut darinya. Wajah polosnya masih tidak bisa ia hilangkan dari ingatannya. Zack benar-benar menginginkan Retha meskipun hanya sekali.
Masih jelas dalam ingatannya saat ia datang berkunjung ke tempat Tante Sukma. Ia suka datang ke sana karena wanita-wanitanya sangat terjaga, rutin dilakukan pemeriksaan agar tidak terjangkit penyakit berbahaya. Meskipun Zack suka jajan, ia masih pilih-pilih yang sekiranya aman. Tamu yang berkunjung ke rumah Tante Sukma juga harus bersedia dites kesehatannya. Ia juga tidak ingin anak-anaknya tertular penyakit yang dibawa pelanggannya. Makanya, tarif wanita di sana bisa dikatakan lumayan tinggi jika dibandingkan dengan tempat lain.
Sebelum kembali ke hotel, Zack sempat menemui pacarnya, Emili. Mereka juga sempat bermain satu ronde di hotel lain karena Emili harus kembali syuting. Seandainya Emeli tidak sibuk, ia pasti sudah menyuruh pacarnya untuk menginap di kamarnya.
Zack begitu buru-buru kembali ke kamar hotel, berharap menemukan Retha ada di dalam kamarnya. Saat ia kembali, ternyata kamarnya masih kosong. Ia sampai menanyakan tentang Retha pada penanggung jawabnya, katanya Retha sudah masuk kamar. Ternyata Retha masuk ke kamar yang salah, kamar milik Zack.
Ia merutuki kebodohannya sendiri. Yang memilihkan kamar Bara berhadap-hadapan dengan kamarnya, menyeting kode yang sama adalah dirinya. Wajar saja Retha salah masuk kamar karena kamar Bara juga bisa dibuka dengan kode kamar Zack.
"Tuan, apa pijatan saya enak?" tanya seorang wanita yang tengah duduk di punggung Zack sembari memberikan pijitan lembut. Namanya Gladis, wanita yang disuruh menggantikan Retha untuk melayaninya.
"Lakukan saja terus seperti itu. Beri sedikit tenaa agar pijatannya terasa," pinta Zack.
Wanita yang menaiki tubunya sudah tidak mengenakan apa-apa. Dengan kelakuan nakalnya sesekali ia menggunakan dua bukit kembarnya untuk memijit area punggung Zack Tangannya yang begitu nakal mampu mencari titik-titik sensitif dalam tubuh Zack yang mampu membangkitkan n4fsunya. Meskipun bara tidak terlalu tertarik dengan wanita itu, namun insting alaminya tetap bangun. Ia terpancing juga sampai miliknya ikut bereaksi.
"Kenapa Tuan banyak diam? Apakah Tuan tidak menyukai saya?" tanya Gladis. Wankta itu bukan tipe yang gampang menyerah. Ia tetap berusaha untuk membuat Zack tertarik padanya.
"Sepertinya Tuan sangat menginginkan Retha yang datang di sini," sindir Gladis. "Tuan boleh menganggap saya Retha kalau itu membuat Anda merasa lebih baik. Saya tidak keberatan sama sekali," rayunya.
Zack hanya menyunggingkan senyum. "Menurutmu, Retha orang seperti apa?" tanyanya ingin tahu.
Gladis tetap melanjutkan pijatannya di area pundak. Sesekali tangannya memijit are leher hingga ke telinga. "Retha ... menurut saya dia wanita yang tidak menarik. Dia anak baru, pasti tidak memiliki pengalaman apapun untuk menyenangkan seorang lelaki, Tuan."
"Hahaha ... terkadang kesenangan seorang lelaki justru dengan melihat kepolosan seorang wanita, Gladis. Apalagi kalau bisa mengajari gadis polos itu untuk melakukan hal-hal yang nakal. Itu lebih menarik dari pada bermain bersama wanita yang sudah berpengalaman."
"Kalau itu kemauan Tuan, saya bisa menjadi wanita yang pura-pura polos, Tuan."
"Hahaha ... kamu tidak perlu melakukan hal itu. Aku juga senang bermain denganmu, Gladis."
Zack membalikkan tubuhnya. Matanya langsung dimanjakan oleh sosok bidadari dengan pahatan tubuh yang indah. Minyak pijat yang membanjiri area tubuhnya membuat wanita itu terlihat semakin menggoda. Apalagi melihat senyum nakalnya, membuat Zack tidak sabar untuk memagut bibir tebalnya yang s3ksi.
Dibalik kekesalan atas keinginan yang tak terpenuhi, Zack masih bern4fsu melampiaskan hasrat tak tersampaikan pada wanita yang saat ini ada di bawahnya. Ia membayangkan betapa indahnya bisa menikmati malam ini dengan mengungkung seorang gadis polos di bawahnya. Ia ingin mendengarkan suara d3sah4nnya yang merdu saat ia merengkuh tubuhnya.
*
*
*
Edis membuka mata. Ia melirik keadaan sekitar memastikan teman-teman satu kamarmya telah tertidur lelap. Setelah situasi dirasa aman, perlahan ia turun dari atas ranjang, mengendap-endap keluar kamar. Tak lupa ia mengawasi kondisi lorong asramanya yang telah tampak sepi karena malam semakin larut.
Edis meneruskan jalannya menuruni tangga menuju lantai bawah. Di area halaman asrama juga tampak sepi. Ia segera berlari ke arah pagar asrama bagian belakang yang terbuat dari pagar besi tinggi.
"Edis ...," panggil Pak Agus dari arah luar pagar. Hampir setiap malam ia berdiri di sana menunggu putrinya keluar. Gara-gara Retha, kini Agus harus rela tinggal terpisah dengan putri bungsunya.
"Ayah ...." Edis langsung mencium tangan ayahnya.
Selama ini, Edis menyembunyikan pertemuannya dengan sang ayah dari kakaknya. Ia tahu kakaknya pasti akan marah jika mengetahui dirinya masih menemui sang ayah yang suka membuat masalah.
Edis masih menyayangi ayahnya terlepas apa yang selama ini sudah diperbuat terhadap keluarganya. Ia dan kakaknya selalu menderita karena ulahnya. Namun, rasa cinta seorang anak terhadap sang ayah tidak bisa dihilangkan. Ia bahkan kasihan melihat kehidupan ayahnya yang terlunta-lunta di jalanan.
"Ayah, ini sedikit uang dari Edis untuk beli makan. Jangan sampai ayah kurang makan dan jatuh sakit, ya ...," ucap Edis seraya memberikan uang yang sebenarnya jatah jajan untuknya dari sang kakak. Edis hampir tidak pernah jajan. Uang yang kakaknya berikan ia simpan, terkadang diberikan kepada sang ayah yang selalu terlihat kasihan.
"Apa uang jajanmu cukup? Bagaimana kalau kamu tidak bisa makan?" Agus merasa senang mendapat uang dari Edis. Di sisi lain, ia juga khawatir terhadap kondisi Edis.
"Ayah tenang saja. Aku di asrama makan sudah terjamin, aku tidak kekurangan makan di sini, ayah." Edis mengulaskan senyum seolah memperlihatkan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Terima kasih, Nak. Kamu selalu menjadi anak baik untuk ayah. Ayah jadi malu belum bisa membuat Edis bahagia seperti dulu lagi."
"Tidak apa-apa, Ayah. Melihat ayah yang sehat dan baik-baik saja sudah cukup membuat Edis senang. Edia harap Ayah bisa hidup dengan baik dan tidak membuat masalah lagi," ucap Edis.
"Kamu rajin belajar, ya! Supaya jadi anak pintar. Ayah juga akan bekerja keras untuk membahahiakanmu. Ayah yakin kita bertiga bisa hidup bahagia seperti dulu."
Edis mencoba percaya dengan kata-kata ayahnya. "Iya, Ayah. Edis yakin kita pasti bisa," ucapnya.
Edis mendekatkan wajahnya ke arah pagar agar sang ayah bisa mencium keningnya. "Edis kembali ke dalam tulu. Kalau ketahuan petugas jaga, Edis bisa dihukum," pamitnya.
"Iya, Nak. Masuklah! Ayah menyayangimu,"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Ica Snow Kim
EDIS SEMBUNYI² KETEMUAN DENGAN AYAHNYA, & MEMBERIKANNYA UANG 😡😡😡
2023-02-10
0
Benazier Jasmine
edis u itu sdh dibohongin ayahmu
2022-11-21
0
Andriyati
ya ampun edis,, kamu btw gak kakak kamu sampai rela jual diri buat biayain sekolah kamu, malah uang nya kamu sisi hingga buat bapak mu yg gak te diri itu
2022-09-22
3