Sesuai permintaan sang mama, Bara berada di sebuah restoran menunggu wanita yang mamanya pilihkan untuknya. Ini pertama kali ibunya begitu ngotot ingin menjodohkannya. Sebelumnya, ibunya selalu diam, tidak mengomentari apapun yang Bara lakukan. Bahkan, saat Bara jujur mengatakan tidak ingin menikah lagi setelah dicampakan istrinya sendiri, ibunya hanya menguatkan dan mengatakan akan terus mendukungnya. Mereka aman membantu Bara membesarkan Kenzo dengan baik.
Beberapa tahun berlalu, akhirnya cuitan keinginan agar Bara menikah lagi mulai muncul. Bukan hanya dari sang ibu, tetapi juga ayah dan adiknya meminta ia untuk menikah lagi. Akan tetapi, ia berharap Bara tidak sembarangan memilih wanita. Dia harus memilih wanita yang setidaknya setara dengannya. Pengalaman memiliki menantu seperti Silvia membuat keluarga jadi selektif. Cantik dan terkenal tak menjamin hatinya baik.
"Selamat siang," sapa seorang wanita dengan nada lembut.
Sejenak Bara mematung saat melihat wanita yang menghampirinya. Ia tidak menyangka wanita yang akan dikenalkan oleh ibunya adalah Thea, teman SMA sekaligus juga teman Silvia. Wanita yang dulunya berpenampilan tomboy itu kini tampak feminim dalam balutan busana kerja dan make up tebalnya yang menawan.
"Hai, Bar. Kaget kan, ketemu aku ...," ucap Thea seraya duduk kursi depan Bara. Ia tersenyum puas merasa berhasil telah membuat Bara terkejut dengan kehadirannya.
Bara tersenyum canggung. Ibu dan adiknya tidak mengatakan secara jelas siapa wanita yang ingin mereka kenalkan. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi seperti ini," ucap Bara.
"Ya, aku juga kaget mendengar kabar kamu sudah lama pisah dengan Silvia. Semua orang tahu kalau kalian sudah jadi pasangan serasi sejak SMA."
"Kamu apa kabar? Katanya belum lama pulang dari luar negeri."
"Kabarku baik. Aku memang terpaksa pulang ke tanah air karena permintaan ayahku. Katanya aku disuruh ikut mengurus perusahaan. Ya sudah, akhirnya aku pulang!"
Sekali lagi Bara memperhatikan penampilan Thea yang jauh berbeda dengan dulu. Dia seperti orang baru yang tidak Bara kenal. "Aku pikir kamu akan jadi pemain basket profesional," ledek Bara.
"Hahaha ... kenapa, Bar? Kangen aku timpuk bola basket lagi?"
Thea menertawakan hal lucu zaman dulu. Waktu SMA, Thea terkenal jago basket. Ia sering ribut dengan anak lelaki saking beraninya. Salah satu anak yang pernah diajak ribut adalah Bara. Lelaki yang jadi idola di sekolah justru sangat Thea benci karena menurutnya sok. Apalagi lelaki itu pacaran dengan Silvia yang juga terkenal centil di sekolah. Kalau menurut orang-orang mereka pasangan yang serasi, menurut Thea mereka pasangan paling menjengkelkan yang sok populer.
Obrolan mereka terhenti sejenak saat seorang pelayan membawakan makanan pesanan Bara. Ia memang sengaja memesan lebih dulu agar saat tamunya datang makanan sudah siap dihidangkan. Restoran tempat mereka bertemu terkenal dengan steak yang enak, perlu antre untuk bisa memakannya. Beruntung Bara telah lebih dulu memesan sehingga mereka bisa ngobrol sambil makan.
"Aku dengar kamu kuliah sampai S3 di luar negeri?" tanya Bara.
"Ya, begitulah! Apalagi yang bisa dilakukan seorang pengangguran selain sekolah sampai tinggi. Aku juga bingung mau apa kalau tidak sekolah." Thea tampak menikmati makanannya. Sepertinya steak di tempat itu sesuai dengan selera lidahnya. "Setinggi apapun gelarku, masih kalah denganmu yang sudah sukses punya peeusahaan sendiri. Aku salut!"
Bara hanya tersenyum mendengar pujian dari Thea. "Perusahaan ayahmu masih jauh lebih besar daripada perusahaanku. Apalagi sekarang yang memegangnya adalah lulusan S3. Aku yakin perusahaanmu akan semakin berkembang."
"Aku harap juga begitu." Thea mangguk-mangguk.
"Bagaimana kamu bertemu dengan mama dan adikku?" tanya Bara penasaran.
"Em, nggak sengaja juga waktu di pesta pembukaan hotel baru salah satu rekan bisnis papa. Papa yang mengenalkan pada ayah, ibu, dan adikmu. Aku kan jadi ingat, cowok sombong waktu SMA."
"Sombong? Kapan aku sombong?" Bara mengerutkan dahi. Ia merasa tidak peenah bertingkah di SMA. Bahkan, Thea merupakan wanita yang cukup menyebalkan untuknya. Selain menjadi musuh Silvia, dia juga suka mencari gara-gara dengannya.
"Ck! Tidak sadar diri. Siapa dulu yang koar-koar mau menutup klab basket cewek karena tidak pernah dapat juara?" Rasa kesal Thea akan peristiwa zaman dulu kembali muncul. Kalau mengingatnya, ia masih sakit hati. Makanya sengaja menerima tawaran perjodohan dari Ibu Ratih agar bisa bertemu dengan Bara. Dia ingin menertawakan lelaki itu yang akhirnya bercerai dengan wanita tersombong pada masanya, Silvia.
"Itu memang kenyataannya, kan? Untuk apa sekolah menganggarkan dana kalau anggota klab hanya main-main, tidak pernah serius. Biaya ikut kompetisi mahal-mahal, tapi tidak pernah jadi juara!" Bara ikut mendebat Thea. Dia juga punya dendam tersendiri kepada wanita itu.
"Sebenarnya alasanmu bukan itu, kan? Aku tahu kok, kamu mengusik klab ku karena Silvia bermusuhan denganku. Kamu tidak terima kan, aku pernah menamparnya?"
Bara terdiam. Apa yang dikatakan oleh Thea memang menjadi salah satu alasan ia membenci wanita itu. Thea selalu menyudutkan Silvia, seolah berusaha merusak imej pacarnya di mata teman-teman. Thea sampai berani melempari Bara dengan bola basket sampai dia pingsan karena melabraknya. Bara tidak terima ucapan Thea yang mengatakan Silvia merebut pacar salah satu teman Thea. Jelas-jelas Silvia merupakan pacarnya dan Silvia tipe wanita yang setia. Kalau Silvia tidak setia, tidak mungkin juga Bara menikahinya.
"Kamu harus meminta maaf dengan kelakuanmu yang dulu," ucap Bara.
Thea terkekeh. "Aku? Minta maaf? Memangnya aku punya salah apa? Hatusnya kamu dan Silvia yang minta maaf padaku." Ia menganggap Bara lucu. Sampai sekarang masih seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.
"Kamu masih sama seperti yang dulu. Ngeyel padahal salah!" Bara memandang remeh Thea.
"Kamu juga sama bodohnya dengan dulu. Bahkan, setelah nyata-nyata dicampakan, kamu masih menganggap Silvia orang baik? Apa matamu sudah buta?" Thea kembali menertawakan Bara.
"Kamu tidak usah menjatuhkan orang lain. Itu tidak akan membuatmu menjadi terlihat baik."
"Menjatuhkan? Sepertinya kamu harus lebih mengenal istrimu. Aku tidak akan memusuhinya kalau dia tidak mencari gara-gara lebih dulu."
"Mencari gara-gara? Untuk apa Silvia mencari gara-gara? Kamu jangan mengada-ada!" Bara meninggikan nada bicaranya. Ia seakan tidak rela wanita yang pernah menjadi istrinya itu dihina oleh Thea.
"Silvia itu dulu ada hubungan dengan Rangga, pacar temanku. Padahal dia juga sudah jadi pacarmu, tapi tega-teganya masih mendekati pacar orang. Bahkan, aku dengar sampai ia kuliah juga masih dekat dengan Rangga. Jangan-jangan kamu juga tidak tahu tentang itu," sindir Thea.
"Silvia tidak pernah seperti itu. Jangan memfitnah dia lagi. Aku tidak suka." Wajah Bara sudah berubah murah.
Thea hanya tersenyum dengan respon Bara. "Coba cari tahu kalau mungkin Silvia meninggalkanmu demi Rangga. Jangan terlalu percaya diri Silvia sepenuhnya mencintaimu."
Flash Back off
"Sedang apa, Bar?"
Suara panggilan dari Zack membuyarkan lamunannya. Lelaki itu tahu password kamar hotelnya sampai bisa masuk seenaknya ke dalam kamarnya.
*****
Sambil menunggu update selanjutnya, bisa mampir ke sini 😘
Judul: CEO Dingin Kau Milikku
Author: Aveeiiii
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Endang Priya
definisi cinta buta ada dalam diri bara.
2022-10-28
0
☠︎︎Kᵝ⃟ᴸ Anin⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜
susah kalo masih terpatri sama sosok mantan, sesakit apapun yg di rasa krena di tinggalkan kalo masih nyimpen rasa ya gak bkalan denger omongan orang lain tentang hal buruknya 👉👈
2022-09-22
2
kejora
typo ini kq mlh jadi Bayu😁
2022-09-20
0