"Ayah, Ibu, Azzam mau bicara," ucap Azzam sembari mengetuk pintu kamar kedua orang tuanya.
Tak lama terdengar suara pintu dibuka.
"Mau bicara apa, Zam. Kita mesti tidur. Akad nikahmu pagi, loh!"
"Yah, sebentar. Azzam mau nanya, apa benar ini gadis yang hendak Ayah jodohkan dengan Azzam?" tanya Azzam sembari menyerahkan selembar kertas yang menunjukkan hasil pencariannya, prihal wajah gadis itu.
Pak Karso melihat dengan seksama kertas itu. Kemudian beliau pun tersenyum.
"Iyo, iki areke, ayu to?"
"Astaghfirullah hal azim, Yah! Yang bener aja. Ayah tahu nggak? Ni cewek mana ada sholehah-sholehahnya, barbar nggak tahu aturan iya. Astaghfirullah... Nggak, Azzam nggak mau sama dia!" tolak Azzam, kesal.
"Eh eh, sini, Ayah kasih tahu." Pak Karso menarik tangan sang putra dan mengajak putra tampannya itu menjauh dari kamarnya. Karena ia tak mau, apa yang hendak mereka bicarakan, didengar oleh wanita yang ada di kamar tersebut.
"Ada apaan sih, Yah? Azzam nggak mau tau, pokoknya ogah kalo ama ni cewek!" ucap Azzam emosi.
"Eh, jangan gitu. Sini, Ayah mau ngajak kamu berbagi rahasia!" jawab Pak Karso, santai sembari merangkul pundak sang putra.
"Rahasia? Rahasia apaan?" Azzam menatap penasaran.
"Apa kamu tahu, ayah sama ibumu dulu juga dijodohkan?" tanya Pak Karso.
"Tidak."
"Ayah sama ibu dulu juga begitu, kami musuhan. Ibumu itu suka sekali bikin kerusuhan. Suka marahin ayah nggak jelas. Dulu, ayah juga nolak pas mau dijodohin sama wanita galak itu. Tapi, makin ke sini, Ayah malah makin suka. Laki-laki di dalam rumah tangga itu, penguasa. Mereka para wanita nggak bakalan bisa berkutik selama kita pandai memakai ini," ucap Pak Karso sembari menunjuk kepalanya.
Azzam yang cerdas, tentu saja langsung bisa menangkap apa yang ayahnya sampaikan.
"Apakah ini sebuah misi untuk menghancurkan musuh, Yah?" tanya Azzam.
"Yoi, gimana?" tanya Pak Karso sembari melirik Azzam yang mulai bisa memakai akalnya.
"Oke, keren kan? Lanjut dong?" Tambah Pak Karso, bercanda.
"Oke, siapa takut? Kapan lagi aku bisa menidas wanita seumur hidupnya," jawab Azzam semangat.
Ya Azzam sangat bersemangat. Seakan dia lupa bahwa ini hanyalah akal-akalan sang ayah agar dia mau melangkah dengan gadis pilihannya. Pak Karso tersenyum senang dan berharap dalam hati bahwa ini adalah yang terbaik untuk sang putra.
"Sekarang tidurlah, siapkan dirimu untuk misi ini!" ucap Pak Karso.
"Oke yah!" Azzam tersenyum.
"Tapi tunggu!"
"Apa lagi, Yah?"
"Ingat, meskipun pernikahan ini kamu memiliki misi untuk membalas dendam pada dia, tetap saja dia adalah belahan jiwamu. Sebagai suami kamu harus tetap melindunginya dari apapun. Memberinya nafkah lahir dan batin, harus tunai. Harus tetap mencintainya, menyayanginya, menerima bagaimanapun dia. Selalu menemani dalam suka maupun duka. Sebab kalau kamu menyakitinya di luar batas, itu sama artinya dengan kamu mematahkan tulang rusukmu sendiri. Azzam paham maksud, Ayah?" tambah Pak Karso.
"Paham, Yah! Apapun yang terjadi, selama gadis ini masih jadi istriku, Azzam janji akan menjaganya sebaik mungkin. Seperti seorang suami pada umumnya," jawab Azzam. Mulai bisa menerima nasihat dari salah satu pahlawan dalam hidupnya ini.
"Bagus, Zam. Ayah percaya, kamu pasti bisa menjadi imam yang baik untuk makmumu. Apa lagi gadis ini juga Ayah lihat nggak banyak tingkah. Dia sholehah kok, Ayah yakin," ucap Pak Karso lagi.
"Azzam nggak yakin, Yah. Kan Azzam nggak terlalu kenal. Tapi kalo ayah sama ibu yakin dia gadis baik, Insya Allah, Azzam akan bersikap baik, Yah. Setidaknya dia sudah berjasa membantu kita menjaga nama baik keluarga," ucap Azzam.
Pak Karso tersenyum mendengar tutur lembut sang anak.
"Terima kasih, Zam, kalo kamu bisa memahami apa yang ibu sama ayah pikirkan. Ayah percaya kalo kamu pasti bisa mengerti ini. Ayah minta maaf karena tidak bisa mempersatukan kamu dengan gadis yang kamu cintai. Tapi, Ayah percaya bahwa gadis yang ayah pilih untukmu ini, pasti bisa kamu cintai, yang penting kamu ikhlas dulu Zam," ucap Pak Karso lagi.
Azzam tersenyum dan menganggukkan kepala. Namun, ia tetap berusaha menerima apa yang sudah orang tua pilihkan untuknya.
***
Di sisi lain, di kediaman Fatim.
Gadis cantik yang selalu menutup auratnya dengan baik ini, belum bisa memejamkan mata. Meskipun malam semakin larut. Suasana pun semakin hening. Di dalam keheningan itu, Fatim kembali mengingat kejadian di mana ia dan gengnya melabrak dosen muda yang selalu mencekik leher mereka ketika memberi tugas itu.
Meskipun pemicu masalah tersebut bukanlah masalah pribadinya sendiri, tetapi saat itu, yang bersemangat mengeluarkan unek-unek untuk pemuda tampan itu adalah dirinya.
"Ya Allah ya Tuhanku.... bagaimana ini? Kenapa bisa dia yang harus jadi suamiku. Kenapa aku nggak nanya dulu? Kenapa nggak periksa dulu? Harusnya aku nanya siapa pria itu? Kenapa tadi aku nggak nolak saja? Aduh Fatim ... bodoh ... bodoh ... bodoh. Kamu bodoh Fatim. Gimana kalo dia menerima pernikahan ini hanya untuk menindasmu? Gimana kalo pria itu masih memendam dendam padamu? Gimana Fatim? Gimana?" Fatim mengentak-hentak kakinya kesal.
Gelisah, tak tenang, kesal sendiri dengan kebodohannya. Itulah yang Fatim rasakan saat ini.
Lalu untuk menenangkan dirinya sendiri, Fatim duduk kembali di pembaringan. Bayangan wajah Azzam ketika ia marahi langsung terlintas di pelupuk matanya. Tak lama, bayangan itupun menghadirkan penyesalan.
Bagaimana tidak? Ia sudah terlanjur menggebu memarahi dosen muda itu, di depan banyak orang, nyatanya yang salah adalah sahabatnya. Salah mengerjakan tugas. Sehingga Azzam pun tak memberi nilai untuk Chika, yang saat itu memang bermasalah dengan Azzam.
"Matilah sekarang aku, Mak! Aku bakalan masuk ke kandang singa. Pria dingin nan angkuh itu .... Agghhhh ... menyebalkan sekali. Kenapa jodohku harus dia? Kenapa Ya Allah? Kenapa?"
Fatim semakin frustasi.
Di menit berikutnya terdengar suara ribut-ribut di ruang tamunya. Fatim pun penasaran dan ternyata yang datang adalah kru wedding organizer tempatnya bekerja.
Fatim langsung berlari menghampiri mereka, memeluk satu persatu para sahabatnya. Lalu Ia pun meminta maaf pada mereka atas candaan yang sempat ia lontarkan.
"Maafkan aku teman, aku sungguh nggak nyangka, kalo candaanku jadi kenyataan," ucap Fatim memelas.
"Kita semua juga keget, Fat. Kok bisa ya, padahal kita semua tadi juga becanda. Eh, emang kamu kenal ama doi atau orang tua kalian, mungkin?" ucap salah satu teman Fatim.
"Kalo kenal dekat sih nggak, tapi pernah ketemu. Soal orang tua, mereka temenan kata emak," jawab Fatim jujur.
Tak ingin menyulut kabar yang kurang sedap, akhirnya Fatim pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi yang sebenarnya.
"Owalah, yo wis Fat lek gitu, jodohmu wis. Terima aja. Awali dengan Bissmilah, Insya Allah bakal Alhamdulillah, yang penting kamu ikhlas,ya. Sip pokoknya," saut Yunita, salah satu tim mereka.
"Tapi masalahnya bukan itu geng?" Fatim menyembunyikan wajahnya di antara sela-sela kaki yang ia tekuk.
"Lalu?" Mereka berlima menatap Fatim penuh tanya.
"Aku pernah adu mulut sama dia!"
"Ha?" Semua sahabat Fatim menatap bingung
"Pasal?" tanya Klara.
"Soal Chika hari itu, aku pernah kan cerita sama kamu, kalo siang itu aku habis ngomelin Dosen Muda. Ya itu dia orangnya," Jawab Fatim jujur.
Spontan, semua orang yang ada di ruang tamu rumah tersebut pun tertawa, bahkan sampai ada yang mengeluarkan air mata. Sedangkan Fatim hanya tersenyum malu. Namun begitu, ia tetap merasa takut menghadapi calon suaminya tersebut. Ketakutan demi ketakutan pun menghantuinya. Tak dipungkiri bahwa prasangka buruk tentang hubungan ini juga menyelinap di dada gadis ayu itu.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
eeeuuuh ... Fatim juga emang bikin garagara ...
segala sesuatu itu selidiki duluuuuu ... jangan maen hantam aja demi persahabtan ...
akhirnya nyesel sendiri kaaan ... ??
malu sendiri kaaaan ????
2023-04-25
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
nah kaaan ...
Azzam marah ke mantan, jadinya pelampiasan nya ke Fatim..
kalo Fatim sampe terdzolimi ... pak Karso juga menanggung dosa nya ...
Azzam .... jangan jadi suami durhaka, kamuh !!!!
2023-04-25
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
ini pak Karso koq malah ngajarin yg gak bagus yah sama Azzam.
kenapa pake kata "penguasa" pak ????????
suami itu mengayomi lhoh pak .... bukan cuma pake "kepala" tapi juga pake "hati"..
parah nih pak Karso ... musti di getok bakiak dulu biar bener ngasih nasehat ke Azzam ..
2023-04-25
0