Tak Terima

Azzam menatap nanar pada layar ponsel miliknya. Foto sesi prewedding yang dan sang kekasih gelar beberapa minggu yang lalu tampak begitu manis dan bahagia.

Namun, semuanya sirna karena sebuah keserakahan.

Ayah sang gadis datang dari rantau. Lalu membawa seorang pria yang katanya jauh lebih mapan dan kaya dibanding calon suami putrinya.

Rasa tidak terima karena tidak diikut sertakan dalam acara lamaran sekaligus persetujuan atas acara pernikahan sang putri, membuat pria ini marah. Karena dari awal, sang ayah ingin menjodohkan sang putri dengan pria yang ia kenal itu.

Seakan seluruh keputusan ada di tangannya, sang mempelai sekaligus seluruh keluarga besar tak berkutik.

Mereka pun memilih untuk menyetujui permintaan pria paruh baya itu. Dengan membatalkan pernikahan yang telah diatur sedemikian rupa.

Azzam meremas foto yang telah dibingkai rapi itu. Pria tampan ini marah, lalu merobek penuh emosi foto-foto yang telah sukses memberinya luka.

Mendengar sang putra mulai tak bisa mengendalikan diri, Pak Karso dan Bu Fatma yang baru turun dari mobil langsung berlari menuju kamar di mana pemuda tampan itu berada.

"Zam... Istighfar, Le, istighfar! Tenang ,Le, tenang!" pinta Pak Karso sambil mengelus punggung sang putra. Sedangkan Bu Fatma segera mengambilkan air minum untuk membantu Azzam tenang.

"Gimana Azzam bisa tenang, Yah. Mereka bukan hanya menginjak harga diriku. Mereka menginjak harga diri keluargaku, orang tuaku!" jawab Azzam penuh emosi.

"Ayah tahu, sudah-sudah kamu nggak usah pikirkan itu dulu. Tenangkan dirimu. Calon pengantin harus tenang. Supaya ijab qobul nya besok sukses," ucap Pak Karso.

Azzam mengangkat wajahnya. Heran dengan pernyataan sang ayah. "Maksud Ayah?"

"Jadi begini ya, Le. Ibu percaya, bahwa jodoh maut dan rezeki itu Allah yang ngatur. Jadi percayalah, kalo dia bukan gadis yang baik untukmu. Ikhlaskan ya, Le. Allah pasti akan ganti yang lebih baik untukmu," jawab sang Ibu mencoba membantu menyampaikan maksud ucapan sang suami.

"Masalahnya bukan itu, Bu. Kalo soal itu Azzam juga tahu, tapi bagaimana bisa mereka membatalkan pernikahan, sehari sebelum akad. Kalo toh mau, harusnya jauh-jauh hari. Agar kita tidak malu dengan tetangga, dengan teman-temanku, dengan kerabat-kerabat kita, Bu." Azzam menundukkan kepala, menahan kesedihan yang saat ini menggerogoti jiwanya.

"Jangan cemaskan itu! Kamu akan tetap menikah. Ibu sama Ayahmu sudah mempersiapkan calon istri yang lebih baik untukmu. Lebih cantik dan pastinya tidak matre. Insya Allah sholehah. Seperti apa yang kamu mau," balas Bu Fatma sembari tersenyum riang.

Tak ayal, Azzam pun tercengang. Bagaimana bisa? Hanya dengan hitungan jam, kedua orang tuanya sudah mendapatkan calon pendamping untuknya.

"Bu, jangan aneh-aneh, deh. Bagaimana mungkin? Lagian mana ada gadis yang mau nikah dadakan kalo bukan demi uang juga," bantah Azzam.

"Heee.... Ada, emang ayah ibumu ini pernah bohong. Tadi aja dia langsung bilang mau kok, pas kita tawarin, iya kan Yah. Dia juga nggak minta mahar banyak-banyak, apa lagi yang aneh-aneh. Pokoknya, menurut Ibu, gadis ini anak baik. Dia sangat ceria, cantik, sopan, dia juga udah bapak sama ibu kenal dari kecil. Bahkan dia juga, murit Ibu dulu di TPQ. Ibu yang ngajar malahan. Iya kan yah. Dia ini anak almarhum temen, ayahmu juga. Percayalah! Ayah sama Ibu nggak akan salah pilih. Sebenarnya kami sudah punya niat untuk menjodohkanmu dengannya dari dulu. Hanya saja kamu sudah punya pilihan. Tapi sekarang, Insya Allah ini yang terbaik untukmu dan dia," ucap Bu Fatma, yakin .

Azzam kembali menatap penuh tanya pada kedua orang tuanya. Baginya, ini hanya sebuah lelucon belaka.

"Pernikahan bukan mainan, Bu. Kenapa segampang ini ayah sama ibu ngambil keputusan. Nggak lucu ah, masak Azzam di suruh nikah sama perempuan yang nggak Azzam kenal," jawab Azzam, cemberut, sedikit tak suka.

"Eh... Siapa bilang Azzam nggak kenal. Udah dibilang Azzam kenal kok. Dia salah satu mahasiswa di kampus kamu juga. Tapi nggak tahu ya, murid kamu atau bukan." Ibu Fatma tersenyum. Sedangkan Azzam hanya menatap bingung.

"Kamu nggak pengen tahu siapa dia?" tanya Pak Karso.

"Emang siapa, Yah?" tanya Azzam.

"Ni namanya, kamu apalin. Biar besok ijab qobul nya lancar. Nggak ketuker sama yang ono," ucap Pak Karso sembari menyerahkan secarik kertas untuknya.

"Siti Nurhana Fatimah binti Rusli Ahmad? Siapa itu, Azzam nggak kenal tu. Nggak pernah baca nama itu juga. Kayaknya ini bukan mahasiswa Azzam deh, Yah!" Jawab Azzam bingung. Karena mahasiswa yang ia ajar, sepertinya memang tidak ada nama itu.

Pak Karso dan Ibu Fatma saling menatap. Seolah saling memberi kode. Bahwa memberi tahu Azzam besok, sepertinya akan lebih menyenangkan.

"Ayah nggak tahu, ayah juga nggak ngerti . Tapi dia bilang masih kuliah di tempat kamu ngajar. Kan yang ngerti dunia perkuliahan kan kamu. Ayah tahunya cuma kasih makan lele sama gurami. Dah, pokoknya itu nama yang mesti Azzam apalin, soal wajah si gadis Azzam percayakan sama ayah, sama Ibu. Cantik pokok'e ya, Bu!" jawab Pak Karso, sedikit bercanda.

"Mana bisa begitu, Yah?"

"Bisa!"

Ibu Fatma hanya tersenyum melihat kedua pria kesayangannya ini berdebat manja.

"Ahhhh... baiklah, Bu. Sebaiknya kita lihat persiapan yang lain, yang penting besok putra kita nggak batal nikah. Udah ada calon ini. Azzam juga udah tahu namanya, nggak pusing lagi kita, Bu, " ucap Pak Karso, semangat. Tak lupa, Pak Karso juga melirik Azzam. Masih penasaran dengan ekpresi Azzam tentang calon istrinya.

"Azzam beneran nggak kenal ni cewek, Yah. Fotonya ada nggak?" tanya Azzam penasaran.

"Waduh! Foto ya.. Nggak ada Zam. Ahh udahlah, pokoknya percaya sama ibu. Dia sangat cantik," goda Bu Fatma.

"Lah piye sih, arep nikah nggak tahu wajah istrinya," ucap Azzam.

"Sudah Ibu bilang, kamu tahu Azzam. Hayo diingat-ingat. Orang dia aja tahu kamu kok!" jawab Ibu Fatma seraya menggandeng sang suami dan mengajaknya keluar meninggalkan Azzam yang masih bertanya-tanya.

"Salah satu mahasiwa di kamusku? Cantik, baik, sholehah. Hah ... Siapa dia?" Azzam terlihat berpikir keras.

Penasaran, Azzam pun langsung mencari laptopnya. Berbekal nama yang udah ia kantongi, pemuda tampan ini langsung mencari tahu bagaimana rupa gadis yang hendak dinikahkan dengannya.

Lima menit berlalu, akhirnya layar laptop miliknya langsung menunjukkan foto yang cocok dengan nama tersebut.

Betapa tercengangnya Azzam. Gadis yang hendak ia nikahi ternyata gadis yang pernah membuatnya malu di depan umum, beberapa minggu yang lalu.

"Dia .... Ya Allah Ya Tuhanku? Yang bener aja ibu sama ayah ni. Cewek begini dibilang cantik, sholehah. Barbar baru benar!" ucap Azzam kesal.

Tak terima dengan pilihan kedua orang tuanya, pemuda tampan ini pun langsung mendatangi kamar di mana kedua orang tuanya berada. Tentu saja ingin memastikan, apakah benar, gadis yang hendak dinikahkan dengannya ini adalah gadis barbar itu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sabilnur Alif

Sabilnur Alif

🤣🤣🤣perut quu beneran sakit..blm apa"udh ketawa sendirian kaya orgil jd nya aquu🤦🤦padahal baru ajj mulai baca

2023-02-25

0

YuWie

YuWie

barbar tapi kan apikan..tur orak matre

2022-12-05

0

Yunita aristya

Yunita aristya

nyimak

2022-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!