Bab 14

"Huh akhirnya selesai juga" ujar Hana seraya merapihkan berkas - berkas yang berserakan di meja kerjanya.

{Mas Aku sudah selesai kerjanya, jemput sekarang yah}.

Sebelum menyerahkan berkas pada bu Linda, Hana terlebih dahulu mengirim pesan chat pada sang suami.

"Permisi bu, ini laporannya sudah saya perbaiki" ujar Hana seraya menyerahkan berkas laporan yang membuat dirinya harus lembur.

Bu Linda mengambil berkas tersebut, laku memeriksanya secara teliti, Hana harap - harap cemas takut ada kesalahan lagi.

"Bagus, ini baru benar" Hana pun bernafas lega. "Lain kali perhatikan lagi sebelum kamu menyerahkannya kepada saya agar tak mengerjakannya dua kali". ujar bu Linda dengan tatapan yang dingin.

"Baik bu, kalau begitu saya permisi pamit pulang".

Hana kembali ke ruangannya lalu mengambil tas miliknya dan segera menuju keluar kantor, ia yakin jika suaminya sudah menunggu di depan.

Tiba di depan pintu gerbang, Hana mengedarkan pandangannya ke setiap sudut jalan mencari keberadaan sang suami.

'Mungkin masih di jalan terjebak macet' batin Hana.

Di rogohnya benda pipih miliknya, ternyata pesan yang di kirimnya belum di baca sayang suami, Hana pun langsung menekan tombol telepon untuk menghubungi nomor suaminya, namun ternyata nomor sang suami tidak aktif.

Satu jam Hana menunggu sang suami, namun Bima belum juga menunjukan batang hidungnya, ada rasa khawatir karena nomor suaminya tak bisa di hubungi.

"Halo bu, Mas Bima ada di rumah ?" karena sudah lama menunggu akhirnya Hana menghubunhi mertuanya.

"Bima sejak sore pergi keluar pamitnya sih mau jemput kamu, lah kenapa sekarang kamu malah menanyakan keberadaan Bima, harusnya kan bisa bersama kamu".

"Hari ini Hana lembur, Hana juga telah mengirim pesan pada Mas Bina jika hari ini Hana lembur, namun kok sekarang nomor mas Bima gak aktif, Hana tadi kirim pesan pun tak di baca".

"Mungkin Bima sedang nongkrong dengan teman - temannya lalu ponselnya mati, lebih baik kamu cepat pulang naik ojek online saja, oh iya jangan lupa beli makanan untuk makan malam Mama sudah lapar".

Panggilan telepon pun terputus, namun ketika ingin memesan ojek online Hana sangat ragu bagaimana jika suaminya datang menjemputnya.

{Mas aku pulang naik ojek online, aku sudah menunggu kamu selama satu jam tapi kamu tak kunjung datang nomor kamu pun tidak aktif saat di hubungi} pesan yang Hana kirim untuk suaminya.

Tak berselang lama ojek online yang di pesan Hana pun tiba, di tengah perjalanan Hana meminta pada ojek online untuk berhenti di sebuah kedai yang menjual pecel ayam.

"Ini ongkosnya, kembaliannya ambil saja" ujar Hana.

"Terima kasih bu".

Hana segera masuk ke dalam rumah, ke datangannya langsung di sambut oleh sang mertua.

"Kamu belikan ibu makanan apa malam ini ?". tanya Bu Yuni.

"Hana membeli pecel ayam Mah".

"Huh pecel ayam, padahal ibu sedang ingin makan ayam bakar atau sate panggang".

"Kenapa tadi ibu gak bilang".

"Kamus aja tidak bertanya" ketus bu Yuni "Lain kali jika kamu pulang malam seperti ini, kamu harus memberi Mama uang biar Mama bisa beli makanan sendiri sesuai ke inginan Mama".

"Kan di rumah ada Mas Bima, kenapa ibu tidak minta saja uang sama Mas Bima".

"Suami mu kan pergi, mana tahu dia pergi akan selama ini, izinnya kan hanya menjemput kamu". ketus bu Yuni.

"Hmm jadi ini pecel ayamnya gak mau ?".

"Ya mau lah, orang sudah lapar banget" ujar Bu Yuni seraya meraih plastik yang ada di tangan Hana lalu membawanya ke dapur.

"Hana kan sekarang kamu itu sudah bekerja dan dapat gaji, nanti sekali - kali ajak Mama makan di restoran yah" lanjut Bu Yuni.

"Insya Allah nanti kalau sudah gajian" jawab Hanya seraya berlalu menuju kamarnya untuk membersihkan badanya.

Sementara Bima membantu memapah Elisa berjalan menuju ke dalam rumah, Asisten rumah tangga yang membuka pintu terkejut dengan kondisi Elisa.

"Non Elisa kenapa ?" ujar Asisten rumah tangga tersebut lalu membantu Elisa berjalan.

"Langsung di bawa ke kamarnya saja" ujar Asisten rumah tangga Elisa.

Bima menunggu di luar Kamar, sementara Elisa di bantu Asisten rumah tangganya yang bernama Bi Esih untuk mengganti pakaiannya. setelah selesai bi Esih mempersilahkan Bima masuk ke dalam kamar Elisa.

"Bi, orang tua Elisa ada ?" tanya Bima karena sejak tadi tak melihatnya.

"Bapak dan Ibu sedang keluar negri katanya ada urusan soal pekerjaanya, mereka berangkat dua jam yang lalu, mungkin sekarang mereka sedang di dalam pesawat" jelas bi Esih.

"Nak, sebenarnya apa yang terjadi dengan Non Elisa kenapa bajunya bisa sampai seperti itu ?" tanya Bi Esih dengan tatapan penuh selidik.

"Nanti Saya ceritakan apa yang terjadi, tapi sekarang yang minta tolong bibi untuk siapkan makanan dan minuman untuk Elisa".

"Baiklah".

Bi Esih berlalu menuju ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman untuk Elisa, sementara Bima langsung mendekat ke arah Elisa yang sedang termenung di atas tempat tidurnya.

"Bim sekarang aku kotor" lirih Elisa.

"Kamu tidak kotor kok".

"Tapi mereka telah menyentuh ku" Kini Elisa tak bisa membendung air matanya.

Bima terdiam, ia juga bingung harus bicara apa pada Elisa, sepertinya kejadian ini benar - benar mengguncang jiwanya.

"Aku kotor Bim, mungkin setelah ini tak ada yang mau bersama ku, mereka pasti jiji dengan aku yang sudah kotor".

Bima memeluk tubuh Elisa erat, berharap Elisa merasa lebih tenang dan menghentikan tangisannya.

"Bim apa kamu tidak jiji berada di dekat ku ?".

"Untuk apa aku jiji, kejadian itu bukan keinginan mu".

Bi Esih masuk dengan membawa sup jagung dan segelas teh hangat untuk Elisa. melihat Elisa memangis dalam pelukan Bima membuat Bi Esih menaruh curiga terhadap Bima.

"Non Elisa makan dulu yah" ujar bi Esih.

"Aku masih kenyang bi".

"Bi biar aku saja yang suapin Elisa" Bima mengambil semangkuk sup jagung yang di bawa bi Esih. "Kamu makan dulu yah, setelah itu kamu istirahat" Elisa pun langsung mengangguk patuh pada Bima.

Malam semakin larut, Elisa masih saja terus menangis meratapi apa yang telah terjadi menimpanya, membuat Bima ke bingungan.

"Nak Bima bisa ceritakan apa yang terjadi pada Nona Elisa ?!" pinta bi Esih.

"Nanti saya akan ceritakan jika Elisa sudah tidur".

"Tapi bibi khawatir kenapa Non Elisa sejak tadi terus menangis, bibi tak tega melihatnya".

"Bi bagaimana jika Elisa kita kasih obat tidur saja, mungkin ini cara terbaik agar dia bisa beristirahat".

"Kamu mau membuat Non Elisa dalam bahaya !!" seru bi Esih yang tak terima dengan ide Bima.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!