"Hana kamu di panggil ke ruangan bu Linda" ujar Dea.
"Sekarang ?".
"Tahun depan Hana".
Hana berjalan menuju ruangan bu Linda, ada rasa takut dan was - was saat ingin mengetuk ruangan tersebut. bu Linda yang merupakan atasan Hana di kenal sebagai orang yang galak dan juga dingin terhadap bawahannya.
"Permisi bu" ucap Hana saat memasuki ruangan bu Linda.
"Silahkan duduk Hana" baru bicara beberapa kata saja sudah terlihat aura bu Linda yang sedang tidak baik - baik saja.
"Lihat laporan ini, apakah ini semua yang kamu kerjakan ?" tanya bu Linda tegas membuat bulu kunduk Hana menjadi merinding, bahkan tiba - tiba tubuh Hana menjadi gemetar.
"Iya bu, Itu laporan saya yang kerjakan" ujar Hana seraya menunduk, ia tak sanggup jika harus menatap wajah bu Linda yang dingin sedingin es.
"Sudah ku duga" ketus bu Linda seraya menyenderkan badannya di kursi kebanggaannya. "Ini sudah ada beberapa yang saya tandai itu artinya aku tidak fokus dalam bekerja, silahkan ambil dan kerjakan kembali dan harus selesai hari ini, jika tidak selesai makan kamu harus lembur, paham !!".
Hana menganggukan kepala tanda mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh atasanya, lalu Hana menggambil berkas tersebut dan kembali ke ruangannya.
"Kenapa Han ?" tanya Gina.
"Biasalah, ada beberapa yang salah, aku akui beberapa hari ke belakang aku tidak terlalu fokus dalam bekerja" ujar Hana yang masih fokus menatap layar komputer.
"Ada masalah, cerita dong ke kita barang kali kita bisa bantu" ujar Gina.
"Aku baik - baik saja kok, tenang saja".
Hana bekerja dengan cepat namun tetap saja laporannya belum juga selesai, hingga akhirnya Hana di haruskan lembur.
{Mas, jangan dulu jemput yah, aku harus lembur karena ada kerjaan yang harus aku selesaikan hari ini juga, nanti jika sudah waktunya pulang akan aku kabari lagi}.
Hana mengirim pesan chat pada suaminya, karena sore ini Bima berjanji kan menjemputnya.
"Han kita duluan yah" ujar Dea dan Gina.
"Oke" jawab Hana dengan pandangan yang masih fokus pada layar komputer.
Sementara Bima sedang terjebak dalam kemacetan, beberapa kali Bima mendengus kesal karena mobil yang di tumpanginya harus terhenti.
"Hana pasti sudah menunggu ini, tahu begini mending bawa motor saja" gerutu Bima seraya memukul setir mobil.
ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk, Bima segera mengambil benda pipinya dan melihat siapa yang mengirim pesan.
"Kenapa gak dari tadi sihh ngomongnya kalau begini mundur gak bisa maju maju gak bisa" lagi - lagi Bima menggerutu saat membaca pesan dari Hana jika hari ini Hana lembur kerja.
perlahan - lahan kemacetan mulai terurai Bima bisa melajukan kembali mobilnya walaupun dalam kecepatan yang sedang.
"Huh mana puteran jauh banget lagi".
Tiba - tiba Bima membelokan mobilnya menuju sebuah cafe, rencananya ia akan menunggu Hana di sana, jika harus oulang kerumah malas bolak - baliknya.
Ketika Bima turun dari mobil, tak jauh dari mobilnya yang terparkir ada sebuah kerumunan.
"Itu rame - rame ada apa mbak ?" tanya Bima pada seseorang yang lewat di hadapanya.
"Katanya itu korban jambret, selain menjambret pelaku juga melecehkan katanya" jelas seseorang tersebut.
Karena rasa penasaran, akhirnya Bima mendekat ke arah kerumunan, terdengar seorang sedang menangis histeris dan di tenangkan oleh beberapa orang. Bima menyelinap memasuki kerumunan agar bisa melihat dengan korban jambret tersebut.
Bima terdiam saat melihat perempuan yang sedang duduk dengan tangis histeris yang memilukan, perlahan Bima mendekat ke arah perempuan tersebut.
"Elisa" lirih Bima.
"Bapak kenal dengan orang ini ?" tanya salah seorang yang sedang menenangkan Elisa.
"Dia teman istri saya". jawab Bima. "Apa yang sebenarnya terjadi ?" tanya Bima yang penasaran.
"Perempuan ini di jambret oleh dua orang, Perempuan ini berusaha mempertahankan tas miliknya, namum salah satu pelaku jambret malah melemas dada si mbak ini selain itu pelaku Jambret juga menari baju si mbak sampai robek".
Setelah mendengar penjelasan tentang kejadiannya, tiba - tiba Bima merasa terenyuh dan kasian terhadap Elisa, apa lagi mendengar tangisnya yang begitu memilukan.
"Elisa . . ini aku Bima" ujar Bima ketika berada di samping Elisa.
Elisa menatap Bima, lalu memeluknya dan kembali menumpahkan tangis yang sangat memilukan, membuat Bima tak tega mendengarnya.
"Jangan menangis lagi, aku ada di sini untuk melindungi kamu" ujar Bima.
Perlahan tangis Elisa pun mereda. orang - orang yang berkerumun pun perlahan pergi, hanya menyisakan Bima dan Elisa.
"Kita ke mobil aku saja yuk, biar aku antar kamu pulang". Elisa hanya menganggukan kepalanya.
Sebelum pergi, Bima memberikan jaketnya pada Elisa untuk menutupi tubuhnya, baju bagian dada Elisa robek karena ulah jambret tersebut.
"Kamu tunggu di sini, aku mau beli minuman dulu" ujar Bima saat Elisa sudah duduk di dalam mobil.
Tak berselang lama Bima kembali dengan membawa minuman vanila latte kesukaan Elisa.
"Minum dulu, setelah itu kamu jelaskan kenapa kamu bisa jadi korban jambret" ujar Bima seraya menyerahkan minuman tersebut, Elisa pun langsung menerimanya.
"Tadi aku habis nongkrong bareng teman - teman di cafe ini, aku mau pulang minta di jemput namun supir ku sedang ada kerjaan yang tidak bisa di tinggal, mau pesan taksi online ponsel ku mati, akhirnya aku putuskan untuk mencari taksi di pinggir jalan, namun tiba - tiba ada dua orang pemuda yang menghampiri, mereka bertanya sedang apa aku di sana, aku jelaskan jika sedang menunggu taksi lewat, katanya di sama jarang taksi lewat akhirnya mereka menyarakan aku untuk berjalan ke depan, namu saat di tempat yang agak sepi tiba - tiba salah seorang mengambil paksa tas, aku kaget dan sebisa mungkin mempertahankan tas milik ku, namun pelaku yang satu lagi malah memegang dada ku dan menarik baju ku, karena aku ingin menutup dada ku yang terbuka maka mereka dengan mudah mengambil tas dan langsung lari begitu saja".
"Memangnya ketika kejadian tidak ada orang ?".
"Ada tapi mereka takut karena para pelaku membawa senjata tajam".
"Kamu ingat ciri - ciri pelakunya ?" Elisa menggeleng. "Yang terpenting kamu baik - baik saja, Uang bisa di cari" lanjut Bima.
"Tapi mereka telah menyentuh barang ku" lirih Elisa, air matanya kembali menganak sungai di pipi putih dan mulus Elisa.
"Sekarang aku akan antar kamu pulang yah" Elisa hanya menganggukan kepalanya.
Matahari sudah tenggelam dan di gantikan oleh sang bulan, Bima baru saja tiba di rumah kedua orang tua Elisa, segera ia membuka kaca mobil memberi tahu agar security yang berjaga segera membuka pintu gerbang.
"Bangun. . kita sudah sampai". Bima menggoyangkan sedikit tubuh Elisa yang terlelap tidur di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments