Hana dan Tiara tiba di apartemen milik Tiara, sejak Tiara mulai bekerja ia memutuskan untuk tinggal di apartemen yang ia dapatkan dari sang ayah sebagai hadiah ulang tahun ke dua puluh empat, dua tahun yang lalu.
"Sepertinya suami mu tak mengikuti kita" ujar Tiara.
"Mungkin mereka melanjutkan pacaran mereka" ujar Hana seraya merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Setelah membersihakan tubuhnya Hana memutuskan untuk beristirahat bahkan ia mematikan ponselnya agar Bima tak bisa menghubunginya, biarkan saja dia pusing sendiri mencari keberadaan Hana.
Matahari mulai tenggelam berganti dengan bulan, bu Yuni terus sesekali melihat ke arah pintu, sudah malam namun anak dan menantunya tak kunjung pulang, perutnya yang lapar karena tak ada makanan pun hanya di isi dengan makan roti dan cemilan yang ada.
"Kemana mereka, sepertinya mereka sengaja membuat ku kelaparan, apa lagi si Hana pergi sejak pagi sampai sekarang belum pulang istri macam apa itu" gerutu bu Yuni.
Tak berselang lama, terdengar suara mobil berhenti si depan rumah, bu Yuni yakin jika itu mobil milik Bima.
"Akhirnya kamu pulang juga nak, Mama kelaparan sejak tadi" ujar Bu Yuni.
"Jika Mama lapar ya makan saja duluan tak usah nunggu Bima datang, bukan biasanya seperti itu".
"Di rumah tidak ada makanan Bima, Istrimu hanya masak untuk makan siang saja" adu bu Yuni.
"Kenapa Mama gak suruh Hana masak lagi untuk makan malam".
"Gimana Mama mau suruh Hana sampai sekarang juga istri mu itu belum pulang, ahh memang itu si Hana perempuan tak tahu malu sudah kerjanya ngabisin duit suami, gak bisa hamil eh sekarang keluyuran tak jelas sampai lupa pulang" gerutu bu Yuni.
"Jadi Hana belum pulang ?!' bu Yuni pun menggelengkan kepalanya.
'Kemana perginya Hana, bukannya sejak tadi sore dia sudah pulang" gumam Bima, segera ia merogoh saku celananya mencari benda pipih. nomor Hana tak bisa di hubungi.
'Bodoh kamu Bima kenapa tadi malah kamu biarkan ia pergi, kenapa kamu tak mengejarnya, istri mu marah Bima karena kamu telah mengkhianatinya dan kenapa kamu tadi malah menuruti keinginan Elisa untuk menonton, ahh bodoh, bodoh, bodoh' Bima merutuki dirinya sendiri atas kebodohannya membiarkan istrinya pergi begitu saja.
"Hubungi istri mu itu suruh dia pulang !" titah bu Yuni.
"Nomor tidak atktif".
"Istri macam apa itu" ketus bu Yuni.
Malam semakin larut, namun tak ada tanda - tanda kepulangan Hana membuat Bima menjadi sangat khawatir apa lagi nomornya Hana sejak tadi tak bisa di hubungi.
"Istri mu belum pulang ?" Bima pun menggelengkan kepalanya. "Hana makin ke sini makin ngelunjak, kamu harus bisa lebih tegas lagi padanya" ujar Bu Yuni.
Bima hanya terdiam, lalu menatap ponselnya berharap Hana memberi kamarnya, lalu ia teringat pada sahabat Hana, Tiara namun Bima tak mengetahui nomor Tiara apalagi rumahnya.
"Istri macam apa itu jam segini belum pulang juga" ketus bu Yuni.
"Ini salah Bima".
"Maksud kamu apa ?".
"Tadi tak sengaja Hana melihat Bima sedang jalan dengan Elisa sahabat Hana. mungkin dia marah makanya mungkin malam ini dia tak pulang". jelas Yuda dengan raut wajah yang penuh penyesalan
"Kamu selingkuh ?!". bu Yuni terkejut dengan pengakuan putranya.
"Tadi Bima membiarkan Hana pergi begitu saja dengan Tiara, Bima malah kembali ke dalam Mall untuk menonton film bersama Elisa".
"Aduh Bima bodoh sekali kamu, kenapa kamu malah milih selingkuhan mu dari pada mengejar istri mu".
Bima terdiam, dia akuinya memang ia bodoh sekali karena membiarkan Hana pergi begitu saja, kalau sudah begini repot jadinya.
"Mungkin istri mu itu pulang bersama si Tiara, ini sudah malam lebih baik istirahat besok kamu harus kerja" ujar Bu Yuni.
Bina tak bisa tidur, hingga matahari terbit ia masih terjaga, ia sudah menghubungi teman kantornya jika ia tidak akan masuk kantor dengan alasan sakit.
"Bim bangun sudah siang, kamu tak berangkat kerja !" teriak bu Yuni seraya menggedor pintu kamar dengan sangat keras.
dengan rasa malas Bima bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu, suara sang ibu sangat mengganggu pendengarannya.
"Bima hari ini tidak masuk kantor bu" ujar Bima.
"Kenapa ?".
"Lagi malas".
"Ya sudah bagi ibu uang, ibu lapar mau beli sarapan, gara - gara si Hana tak pulang pagi - pagi gini ibu sudah kelaparan" gerutu bu Yuni.
Karena malas berdebat dengan sang ibu, Bima langsung memberikan satu lembar uang warna merah pada ibunya.
"Itu sekalian untuk makan siang" ujar Bima lalu kembali menutup pintu kamarnya.
Sementara Hana juga tak bisa memejamkan matanya, hatinya terlalu sakit, hancur dan kecewa menjadi satu.
"Mata lo bengkak pasti kamu menangis ya semalaman ?" cecar Tiara dan Hana hanya menganggukan kepalanya. "Kamu mau minta cerai ?".
"Aku gak tahu ti, aku bingung. jujur aku masih sangat mencintai suami ku, aku gak ingin menjadi janda aku belum siap dengan omongan orang - orang yang selalu memandang janda dengan sebelah mata, tapi jika aku memaafkan suami ku apa dia akan berjanji tidak akan melakukannya lagi ?".
"Menurut ku dalam pernikahan ada dua hal yang tak akan di maafkan perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga".
"Yang membuat ku tambah sakit kenapa harus dengan Elisa sahabat ku sendiri" Hana kembali menangis.
"Han lu gak mau pulang ?".
"Jika kamu mengizinkan aku akan tinggal beberapa hari di sini, setelah hati ku membaik aku akan pulang".
"Aku sih tidak keberatan malah senang karena ada teman, tapi bagaimana dengan suami mu ?".
"Aku ingin lihat perjuangannya untuk mencari keberadaan ku atau dia malah semakin leluasa berhubungan dengan Elisa karena tak ada aku".
"Ya sudah aku berangkat kerja dulu, jika asa sesuatu hubungi saja" ujar Tiara.
Waktu sudah menunjukan jam dua belas siang, namun belum ada tanda - tanda kepulangan Hana, pikiran Bima semakin kacau ia belum siap kehilangan istrinya.
"Sudah siang Hana belum pulang juga, apa dia benar - benar akan meninggalkan Bima".
"Ahh kamu sendiri yang bikin perkara, kenapa kamu gak susul saja ke rumah siapa itu temennya Hana".
"Aku tidak tahu alamat rumahnya".
Dua hari berlalu, Hana belum pulang juga membuat hidup Bima menjadi tak karuan, rumah sudah bagaikan kapal pecah, sisa makanan berserakan, piring kotor menumpuk di tempat cucian, tak ada sedikit pun niatan bu Yuni untuk merapihkan semuanya karena menurutnya itu tugasnya Hana.
"Mas sudahlah, mungkin istri itu ingin di ceraikan" hasut Elisa.
"Hana hanya kecewa dan marah namun aku yakin dia masih mencintai ku, ia tak akan menceraikan ku" tegas Bima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments