Kembali ke Melody dan Maya yang saat ini sudah berada di depan kediaman Mak Sum. Melody menatap Maya dengan wajah bimbang sebelum ia memutuskan untuk mengetuk pintu rumah berukuran kecil yang ada di ujung salah satu desa.
"Bagaimana?"
"Sudah! Ketuk saja," sahut Maya dengan gemas.
Melody menarik napas dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. Setelah itu ia pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu tersebut.
Tok ... tok ... tok!
"Masuklah, Nak." Terdengar suara wanita tua dari dalam rumah.
Perlahan Melody mendorong pintu yang terbuat dari kayu tersebut kemudian meminta izin sebelum ia memasuki rumah itu.
"Saya masuk, ya, Mak."
"Masuklah. Kamu temannya Nak Maya, 'kan?"
Terdengar lagi suara tanpa wujud tersebut. Melody mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sempit itu, tetapi tak kunjung menemui keberadaan sang pemilik rumah.
"Sudahlah, jangan dipikirkan. Sebaiknya kita duduk saja di sini dan tunggu Mak Sum nya keluar."
Maya menarik pelan tangan Melody kemudian mengajaknya untuk duduk di lantai ruangan itu. Walaupun kecil, tetapi rumah Mak Sum terlihat bersih dan rapi.
"Kami duduk, ya, Mak," ucap Maya.
"Ya, ya, duduklah dulu. Sebentar lagi Mak akan keluar," jawab Mak Sum dari dalam kamarnya.
Setelah beberapa saat, akhirnya wanita paruh baya itu keluar sambil melemparkan senyuman hangatnya kepada Melody dan Maya yang sudah menunggunya dengan sabar di ruangan tersebut.
"Mak, sebenarnya maksud saya ke sini untuk—"
Melody segera membuka suaranya setelah Mak Sum duduk di hadapannya. Namun, belum habis ia bicara, wanita paruh baya itu tiba-tiba memotong ucapannya.
"Mak sudah tahu. Ini soal nasib sialmu, 'kan?" sela Mak Sum.
Melody kembali melirik Maya untuk beberapa saat sebelum ia menatap Mak Sum lagi sambil menganggukkan kepalanya. "Ya, Mak. Bagaimana Mak tahu soal itu?"
Melody tampak bingung karena ternyata wanita paruh baya itu sudah mengetahui maksud kedatangannya ke tempat itu. Padahal ia sama sekali tidak pernah bicara sebelumnya kepada Mak Sum.
"Ish, kamu ini, Mel. Mak Sum itu 'kan sakti! Tentu saja dia tahu apa maksud kedatanganmu ke sini," ucap Maya sambil berbisik pelan di samping Melody.
Sementara Mak Sum tidak menjawab pertanyaan dari Melody. Ia hanya tersenyum pelan sambil menatap lekat kedua bola mata indah milik gadis itu.
"Mak, apa yang harus saya lakukan agar kesialan itu menghilang? Saya tidak bisa menghindar dari lelaki itu, Mak. Entah kenapa dia selalu saja ada di sekeliling saya," tutur Melody.
Mak Sum tertawa pelan. Pelan, tetapi terdengar begitu menakutkan di telinga Melody yang belum terbiasa mendengar cekikikan wanita paruh baya itu. Sementara Maya tampak adem ayem, tak tampak sedikit ketakutan pun di wajahnya.
Kik kik kik kik ....
"Kalau dari penglihatan Mak, lelaki itu memang akan selalu menjadi bayang-bayangmu, Nak Melody. Dan menurut Mak, sebaiknya Nak Melody mandi buang sial saja sama Mak," jawab Mak Sum.
"Mandi buang sial?" Melody melirik Maya.
Maya mengangguk pelan kemudian berbisik lagi. "Ya, sebaiknya turuti saja apa kata Mak Sum."
"Begitu, ya?" Melody masih ragu.
"Ya!" Maya mencoba meyakinkan.
"Ba-baiklah. Saya setuju, Mak." Melody pun mengangguk, tanda ia menyetujui saran dari Mak Sum tersebut.
"Sekarang ikuti Mak," titah Mak Sum sembari bangkit dari tempat itu kemudian berjalan menelusuri ruangan dalam rumah sempitnya itu.
Melody dan Maya pun segera mengikuti Mak Sum dari belakang dan akhirnya mereka tiba di kamar mandi Mak Sum yang berukuran 2x3 meter tersebut.
"Gantilah pakaianmu kemudian duduk di sini biar Mak mandiin kamu," titah Mak Sum lagi.
Melody menurut saja. Mak Sum memberikan sarung untuk menutupi tubuh polos Melody kemudian duduk tepat di hadapan wanita paruh baya itu. Sementara Maya memilih menunggu di depan pintu kamar mandi yang terbuka.
Mak Sum komat-kamit membaca mantra sambil menenteng sebuah gayung berisi air bersih. Entah mantra apa yang dibaca oleh wanita paruh baya itu, mereka pun tidak tahu. Setelah selesai membaca mantra, Mak Sum meniup air yang ada di dalam gayung kemudian menyemburkannya ke kepala dan tubuh Melody.
Brrrrr!
Melody seketika merinding karena air itu berasa sangat dingin. Tidak cukup hanya di situ, Mak Sum juga menciptakan air ke seluruh tubuh Melody dengan menggunakan beberapa lembar daun pandan sambil bergumam.
"Hai setan-setan pembawa sial yang ada di tubuh gadis ini, pergilah! Pergilah!" ucap Mak Sum.
"Hah, setan-setan? Berarti setan di tubuhku ini banyak dong?!" gumam Melody dengan bibir bergetar karena kedinginan.
Sementara Maya hanya tersenyum melihat Melody yang tampak kedinginan dengan bibir membiru.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
🌹🪴eiv🪴🌹
pergilah kau setan 😈
2023-01-24
1
Eka ELissa
melo...itu bukn sial tau tapi kbtulan
truu nanti juga tu galak jtuh hati dgn kmu gdis pmbawa sial...ktya😁😄
2022-08-24
3
Nurak Manies
🤣🤣😂😂😂😂
2022-08-15
3