Bab 15

Di kediaman keluarga besar Dirgantara.

"Kamu masih kerja hari ini, Berlian?" tanya Daniel kepada putri kesayangannya yang sedang asik memilih menu sarapannya.

"Ya, Dad. Apa Daddy tidak lihat seragam yang aku kenakan saat ini?" sahut Berlian dengan santainya.

Daniel geleng-geleng kepala, sementara Dania hanya bisa tersenyum melihatnya.

"Di mana Gala? Tumben dia terlambat, biasanya jam segini anak itu sudah siap di depan meja makan," ucap Daniel kemudian sambil melirik kursi Galaxy yang masih kosong.

"Entahlah, aku belum melihatnya, Mas," sahut Dania yang juga tampak bingung karena tidak biasanya anak lelakinya itu terlambat.

"Loh, bukannya setiap pagi kamu selalu menemani anak itu?" sambung Daniel.

"Ish, apa Mas sudah lupa. Mas sendiri 'kan yang minta agar aku berhenti menemani Galaxy?" Dania tampak protes.

Daniel tersenyum kecut sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Benar juga, ya."

"Ish, Daddy! Belum juga tua," sela Berlian sambil memicingkan matanya menatap Daniel.

"Heh, Daddy 'kan lupa!" protes Daniel.

Tidak berselang lama, Galaxy pun hadir di ruangan itu. Penampilan lelaki itu masih sama seperti biasanya, tampak kerena dengan setelan jas mahal yang melekat erat di tubuh kekarnya.

Aroma parfum maskulin menyeruak ke seluruh ruangan dan tanpa melihat ke arahnya pun, semua orang sudah tahu bahwa Galaxy sudah berada di sana.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Galaxy sembari menghampiri Dania kemudian melabuhkan ciuman hangatnya di kedua pipi mommy-nya itu.

"Pagi, Sayang," balas Dania.

Tak lupa, Galaxy juga menghampiri sang daddy kemudian memberi salam kepadanya. Setelah selesai menyapa kedua orang tuanya, ia pun segera duduk di kursi dan siap memulai sarapan bersama mereka.

"Kak, hari ini aku numpang sama Kakak, ya," ucap Berlian kemudian.

"Ke mana?" tanya Gala sambil memilih menu sarapannya.

"Ya, ke tempat kerja lah! Ke mana lagi! Apa Kakak tidak lihat penampilanku yang kece badai dengan seragam ini?" sahut Berlian dengan sangat percaya diri.

Galaxy melirik ke arah Berlian untuk beberapa detik, kemudian ia pun tertawa pelan. "Masih betah bekerja di sana, Berlian?"

"Ya, iyalah! Kenapa tidak?" sahut Berlian dengan mantap.

"Tidak apa-apa. Semoga harimu menyenangkan," sambung Galaxy.

Gadis itu mencebikkan bibirnya. "Selalu saja begitu."

"Heh, sudah-sudah! Kenapa sih kalian ini tidak pernah terlihat akur, sama seperti anak lain?" kesal Dania sembari melirik Galaxy dan Berlian secara bergantian.

"Kakak tuh, Mom. Suka cari masalah sama aku," jawab Berlian sambil menekuk wajahnya.

"Heleh, siapa?!" protes Galaxy.

***

Sementara itu di tempat lain.

"Ayah ...." Jordi menghampiri sang Ayah yang siap berangkat kerja.

Lelaki paruh baya itu memperhatikan Jordi yang kini berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk.

"Ada apa, Jordi? Kenapa wajahmu tampak murung begitu?" tanya Pak Amir dengan alis yang saling bertaut.

"Ayah, maafkan aku! Maafkan aku!" Jordi menangkupkan tangannya dan mengiba kepada lelaki paruh baya itu dengan wajah memelas.

"Minta maaf untuk apa, Jordi? Sebenarnya kamu ini kenapa?" tanya Pak Amir yang semakin heran.

"Ayah, tadi malam aku sempat berseteru dengan seorang laki-laki di sebuah kafe. Kami sempat bergelut dan tanpa aku ketahui ternyata dia adalah Tuan Galaxy Putra Dirgantara. Dia meminta Ayah menemuinya pagi ini di ruangannya," tutur Jordi dengan wajah sendu menatap sang Ayah.

"Apa!" pekik Pak Amir. "Dasar bodoh!" umpat lelaki paruh baya itu sembari melayangkan sebuah tamparan ke wajah Jordi.

Plakk!

Akh!

Jordi meringis kesakitan sambil mengelus pipinya yang memerah karena baru saja terkena tamparan dari sang Ayah.

"Kenapa kamu sampai berkelahi dengan Tuan Galaxy, Jordi! Apa kamu memang sengaja biar Ayah di pecat dari perusahaannya. Iya?!" kesal Pak Amir yang tidak habis pikir kenapa Jordi bisa melakukan hal bodoh itu.

"Maafkan aku, Ayah. Aku benar-benar tidak tahu bahwa ternyata dia adalah Tuan Galaxy," lirih Jordi lagi.

Pak Amir memperhatikan wajah Jordi dengan seksama. Ia melihat beberapa luka lebam di wajah anak lelakinya itu. Ia yakin tanda biru tersebut adalah hasil pergulatannya dengan Galaxy, anak pertama Tuan Daniel Dirgantara.

Pak Amir menggelengkan kepalanya sambil mendengus kesal. "Aku harap Tuan Galaxy tidak berniat memecatku. Jika itu benar terjadi, maka kamu akan tahu akibatnya!" ancam Pak Amir.

"Ta-tapi, Ayah! Aku bisa ikut denganmu dan meminta maaf kepada Tuan Galaxy. Aku mohon!"

"Tidak! Yang ada kamu hanya akan membuat masalah baru!" kesal Pak Amir.

Tanpa mempedulikan Jordi yang masih mengiba kepadanya, Pak Amir segera masuk ke dalam mobil dengan wajah yang tampak cemas.

Huft! Pak Amir membuang napas berat.

"Semoga Tuan Galaxy tidak memecatku," gumamnya pelan.

Pak Amir pun segera melajukan mobil tersebut meninggalkan Jordi yang masih terdiam di halaman depan rumahnya.

...***...

Terpopuler

Comments

Atik Marwati

Atik Marwati

tak kirain sombong itu punya perusahaan sendiri ternyata bawahannya gala

2023-09-17

0

Eka ELissa

Eka ELissa

smoga gala maafin klakuan bjat mu jordi...

2022-08-10

5

Nurak Manies

Nurak Manies

😊😊😊🥰🥰🥰

2022-08-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!