Bab 9

"Aduh, May. Kenapa tiba-tiba tubuhku lemas begini, ya?" ucap Melody kepada Maya yang masih sibuk merias diri di depan cermin riasnya.

"Kamu kenapa, Mel. Kamu tidak sedang sakit, 'kan?"

Maya bangkit dari tempat duduk kemudian menghampiri Melody yang tampak memucat. Ia meletakkan tangannya ke kening gadis itu dengan alis yang berkerut.

"Sepertinya kamu baik-baik saja, Mel. Suhu badanmu pun sepertinya masih normal," lanjut Maya.

"Iya, aku juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba badanku terasa lemas begini."

Melody duduk di salah satu kursi plastik yang ada di ruangan tersebut. Ia mencoba menenangkan dirinya yang tiba-tiba merasa seperti tertekan tanpa adanya sebab yang jelas.

Maya menghampiri Melody kemudian berdiri di samping gadis itu sambil mengelus punggungnya dengan lembut.

"Ehm, sebaiknya kamu minum dulu. Siapa tahu setelah ini kamu akan merasa baikkan," ucap Maya sembari meraih botol minuman miliknya kemudian menyerahkannya kepada Melody.

"Terima kasih, Maya." Melody meraih minuman tersebut kemudian menenggaknya.

"Hei, Ladies! Sebentar lagi acara akan dimulai, sebaiknya kalian segera bersiap!" titah Om Heri, gitaris sekaligus pemimpin anggota musik di cafe tersebut.

"Ok, Om! Kami sudah siap, kok. Benar 'kan, Mel?" Maya melirik Melody yang masih mencoba menenangkan dirinya.

"Ya, Om," sambung Melody sambil tersenyum kepada Om Heri.

Lelaki itu mengacungkan jempolnya kepada Melody dan Maya kemudian segera pergi dari ruangan itu.

"Ayo, Mel. Sebaiknya kita segera ke luar. Takutnya Om Heri marah kalau kita terlambat. Apa lagi malam ini 'kan malam spesial boss-nya kita."

Maya meraih tangan Melody kemudian mengajaknya menuju tempat acara. Melody menurut saja dan mengikuti sahabatnya itu hingga mereka pun tiba di sana.

Melody memilih duduk di belakang panggung menunggu perintah dari Om Heri. Sementara Maya malah asik mengintip dan memperhatikan para pengunjung yang sudah mulai memadati ruangan tersebut.

Di antara banyaknya pengunjung yang sudah mulai berdatangan, tiba-tiba mata Maya tertuju pada sosok tampan nan rupawan yang kini tengah bicara dengan boss-nya, pemilik Cafe Dut's tersebut.

"Owalahhh! Itu toh sahabat Tuan Aaron. Ya ampun, tampan sekali dia!" gumam Maya tiba-tiba, dengan tatapan yang masih fokus pada lelaki tampan itu.

Melody melirik Maya untuk beberapa detik dan setelah itu ia kembali memalingkan wajahnya. Melody sama sekali tidak tertarik kepada sahabat boss-nya tersebut.

"Melody, kamu harus lihat ini. Harus!"

Maya bergegas menghampiri Melody kemudian meraih tangan gadis itu. Ia ingin Melody mengikutinya dan mengintip dari balik panggung, sama seperti yang ia lakukan barusan.

"Apaan sih, Maya!" protes Melody.

"Ayo, ikuti aku. Aku jamin kamu tidak akan menyesal melihat ciptaan Tuhan yang satu ini! Pokoknya perfect," ucap Maya, mencoba meyakinkan Melody.

Walaupun sebenarnya Melody tidak berniat dengan tawaran Maya, tetapi ia tetap mengikuti permintaan sahabatnya itu. Melody mengintip dari balik panggung dan memperhatikan seluruh pengunjung di kafe tersebut.

"Mana?" tanya Melody heran karena tak ada satu pun pengunjung yang dapat mencuri perhatiannya.

"Itu, Mel! Arah jam tiga!" Maya mengarahkan kepala Melody ke tempat di mana lelaki tampan itu tengah asik berbincang bersama pemilik kafe tersebut.

Melody pun melihat ke arah lelaki itu. Namun, sayangnya lelaki yang dikatakan tampan oleh Maya tersebut sekarang dalam posisi membelakangi Melody. Yang dapat dilihat gadis itu hanya punggung lelaki tersebut.

"Ya, kamu benar, Maya. Punggung lelaki itu memang terlihat berbeda dari pengunjung lainnya. Selain karena jaket denimnya bermerk, punggung lelaki itu juga terlalu lebar," celetuk Melody sambil memasang wajah malas.

"Hah, serius?!" Maya kembali mengintip dan sekarang ia tahu kenapa Melody mengatakan hal itu.

Maya tertawa pelan kemudian kembali berucap. "Tunggu sampai dia berbalik dan jangan sampai kamu pingsan hanya gara-gara melihat ketampanan lelaki itu."

"Malas!"

Melody kembali ke tempat duduknya. Sementara Maya menekuk wajahnya karena Melody benar-benar tidak tertarik untuk mengetahui seberapa tampan sahabat boss-nya itu.

"Ya, sudah! Aku tidak akan pernah menolong kamu jika nanti kamu pingsan setelah melihat ketampanan lelaki itu, ya!"

Melody tertawa renyah. "Mana pernah aku pingsan hanya gara-gara melihat wajah tampan seorang laki-laki. Yang benar saja! Yang ada aku jatuh pingsan setelah melihat para rentenir datang dengan wajah beringas mereka untuk menagih hutang padaku."

Maya mencebikkan bibirnya kesal menatap sahabatnya itu. "Ok lah kalau begitu."

...***...

Terpopuler

Comments

Nurak Manies

Nurak Manies

emg pingsan kyknya si melody 😁😁

2022-08-05

4

Sunarty Narty

Sunarty Narty

hey nanti beneran pingsan g y

2022-08-05

3

M Irwan

M Irwan

lama banget nunggu up datetanya..😁

2022-08-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!