Anak berusia lima tahun itu memperhatikan mamanya yang sedang sibuk di dapur seperti membuat sesuatu.
"Mama buat apa? Kala bantu boleh?" Wanita yang sedang di ajak bicara langsung menoleh dengan senyuman.
"Eh anak Mama udah bangun? Lapar ya sayang?" sambut Salsa langsung mematikan kompor dan menghampiri Angkara di meja makan. Ia ikut duduk di samping sang putra.
Lama Salsa memandangi wajah tampah putranya, setiap Ia melihat Angkara, maka ia akan teringat pada suaminya. Suaminya yang selalu memberinkannya cinta dan kasih sayang tanpa ada kata cukup.
"Mata mama pecah-pacah kok gitu, mata Mama sakit?" tanya Angkara langsung mengelus pipi sang Mama.
Salsa mengeleng seraya tersenyum, mengengam tangan Angkara yang kini berada di pipinya. "Mama nggak papa sayang. Ayo mandi sore dulu, bentar lagi Oma sama Opa datang jemput Kara."
"Yey jalan-jalan sama Oma cantik," girang Angkara seraya mengoyangkan pinggulnya lucu. "Mama nggak lupa kan sama hari ulang tahun Kala? Aku mau hadiahnya Papa, titik!"
"Kara ...."
"Sore cucunya Oma." Suara yang terdengar di ambang pintu dapur membuat kalimat Salsa berhenti. Wanita itu tersenyum dan menghampiri mama Mertuanya.
"Kara belum siap, Mi," ujar Salsa.
"Gampang itu, biar Kara sama Mami aja. Lanjut aja buat kuenya." Tari menepuk pundak menantunya dan beralih pada cucu satu-satunya itu.
"Hayo sayang ikut Oma, kita belanja sepuasnya."
"Hole belanja mainan yang banyak ya Oma?"
"Iya dong, kan hari ini harinya Kara. Bentar malam bakal ada pesta di rumah Nenek, pestanya besaaaarrr banget." Tari membentuk tangannya seperti lingkaran agar Kara bahagia di hari ulang tahunnya.
"Mami itu Kara nggak ganti baju dulu?" tanya Salsa mengikuti langkah mertunya ke teras depan.
"Nggak perlu, lagian langsung ke salon. Malam nanti cucu Oma akan menjadi panggeran."
Salsa hanya tertawa menanggapi keantusiasan Mertuanya, Suaminya memang tiada tapi hati orang tua Azka tak pernah berubah padanya.
"Dadah Mama sayang." Angkara melambaikan tangan dalam gendongan Ans Opanya.
"Cium Mama dulu dong," perintah Ans.
Cup
"Hati-hati Pi, Mi."
Sepeninggalan Mertuanya, Salsa kembali berkutat di dapur, untuk membuatkan kue ulang tahun untuk sang putra. Bukan karena tidak mampu membeli, tetapi ia ingin kue ulang tahun Kara spesial dari tangannya sendiri.
Jika ingin membeli, toko kue saja bisa di beli orang tua Azka untuk cucunya.
Tak terasa air mata Salsa menetes seraya menghias kue tar untuk malam nanti di rumah Mamanya.
"Selamat ulang tahun sayangnya Salsa. Kebetulan ya ulang tahun kamu sama kayak ulang tahun anak kita," guman Salsa seakan Azka ada di hadapannya.
Setelah kue yang ia buat jadi, barulah ibu tunggal itu segera bersiap-siap menuju rumah Mamanya di mana pesta ulang tahun akan
berlangsung.
***
Pesta berlangsung sangat meriah walau yang hadir orang-orang terdekat saja. Sahabat-sahabat Salsa dan Azka semuanya datang turut merayakan. Pesta berakhir jam 12 malam dan sang empunya hari telah tertidur dua jam yang lalu.
"Yah Kala tidul, padahal Anala mau izin pulang," ujar gadis kecil dalam gendongan Diton Daddynya.
Dito salah satu sahabat Azka suaminya.
"Hehehe, maaf ya Karanya emang gitu."
"Ish Kala Kebo," ejek Arga teman Angkara.
Semua orang bubar, Salsa mengendong putranya ke kamar dan membaringkan di tepat tidur. Ia tidak langsung menyusul Angkara ke alam mimpi. Wanita itu malah duduk di meja rias dengan kue tar sedikit kecil juga foto seorang pria tengah ternyum manis.
"Selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun," gumam Salsa dengan air mata tak terbendung. "Tiup lilinnya ... tiup lilinnya sekarang juga ... sekarang juga ...."
"Besok aku bakal nemuin kamu," gumam Salsa.
***
Pagi harinya, Wanita itu bangun seperti biasanya, untuk menyiapkan sarapan untuk sang putra.
"Anak Mama tampan banget," gumam Salsa mengecup kening putranya yang masih terlelap setelahnya mengambil ponsel.
Matanya terbelalak sempurna saat semua pesan yang selama ini ia kirimkan pada nomor suaminya centang dua. Baru saja berkedip, centang dua abu-abu itu berubah menjadi biru pertanda pesannya baru saja di baca.
"Nggak, nggak mungkin aku pasti halu." Salsa mengeleng tak ingin percaya. Ia berlari keluar dari kamar untuk mencari Mamanya, ingin memperlihatkan ponselnya pada wanita paruh baya itu. Ingin memastikan bahwa ia hanya berhalusinasi.
"Mama!" teriak Salsa seraya menuruni satu persatu anak tangga.
"Mama di dapur nak!" sahut Reni.
Langkah wanita berambut sebahu itu harus berhenti karena keberadaan seseorang di ruang tamu yang sedang menunduk.
Siapa laki-laki itu? Kenapa ada dirumah Mamanya? Dan kenapa laki-laki itu seperti mirip dengan seseorang. Mulut Salsa terbuka saat laki-laki yang tengah duduk di sofa ruang tamu mendongakkan kepalanya.
"Nggak mungkin, aku pasti halusinasi!"
...****************...
Ritual setelah membaca, kuy tebar kembang yang banyak biar wangi. Jangan lupa juga tekan tombol vote, like, fav dan ramaikan kolom komentar💃💃💃💃💃💃🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
si dito ?? nama anknya dito anala.. itu mah mirip nama alana ya😁😁
2022-09-16
0
Dinda Almeira
mulai suka
2022-09-15
0
shakila
crita awal mula salsa sama azka gk ada yaa
2022-08-15
1