Hari berikutnya Gagah memilih pulang ke rumah. Namun, tetap saja hanya sebuah amarah yang selalu menyambut kedatangannya, bukan sebuah sapaan hangat yang mampu membuatnya ingin tinggal berlama-lama.
“Kamu dari mana, hah? Tidur dengan wanita murahan itu lagi!” sembur Meta ketika melihat Gagah baru saja masuk kamar. “Apa kamu pikir aku tidak tahu dengan yang kamu lakukan di belakangku?” Meta kembali membentak, bicara dengan nada suara yang begitu tinggi.
“Apa kamu tidak bisa membiarkan aku tenang sebentar saja?” tanya Gagah sambil menarik kasar dasinya. “Jika pun kamu tahu, lalu apa maumu?”
Meta membuang napas dengan mulut, dia seolah sedang mengejek suaminya karena bertingkah tak bersalah, meski sudah ketahuan berselingkuh di belakangnya. Gagah terlihat begitu tenang, hal itu malah membuat Meta semakin geram.
“Kamu sudah ketahuan berselingkuh! tapi tidak mencoba mengelak atau membela diri. Kamu dan wanita itu sama-sama tak tahu diri!” bentak Meta, bahkan menarik lengan Gagah agar mau berhadapan dengannya saat pria itu hendak berjalan ke ruang ganti.
Gagah begitu geram mendengar semua bentakkan Meta, belum lagi istrinya itu sangat bersikap kasar. Meta selalu saja mendahulukan ego dan tak pernah memikirkan orang lain.
“Lalu bagaimana denganmu? Apa tindakanmu kemarin benar? Apa kamu pikir jika ada yang melihatmu tidak akan menghancurkan reputasimu sendiri?” Gagah melawan ucapan Meta. Ditatapnya Meta tak kalah tajam, berharap wanita itu bisa menurunkan sedikit emosi ketika berbicara dengannya.
Meta sangat terkejut mendengar ucapan Gagah, secara sadar pria itu mengakui jika berselingkuh dan semalam bersama sang selingkuhan, mungkin saja gadis yang dulu dia tahu bekerja sebagai tukang bersih-bersih di panti sudah mengadu kepada Gagah atas perbuatannya kemarin. Meta tidak tahu jika Roni lah sudah mengadukannya sebelum Ariel bercerita.
“Apa perbuatanku salah, hah? Aku hanya mencoba mempertahankan apa yang menjadi hakku! Kamu itu suamiku, sudah seharusnya aku marah jika ada wanita lain yang menggodamu!” Meta mencoba membela diri.
Gagah semakin geram karena Meta tak merasa bersalah sedikit pun karena telah menganiaya Ariel, bahkan terkesan jika semua tindakan yang dilakukannya benar.
“Ingat! Ingat ucapanku!” Meta bicara sambil menunjuk wajah Gagah, tatapannya menampakkan kemarahan yang berapi-api.
“Jika sampai perselingkuhanmu tersebar ke publik, lantas reputasimu jadi buruk, maka aku tidak akan tinggal diam! Catat itu! aku tidak akan pernah tinggal diam!” ancam Meta dengan mata berkilat, wajahnya begitu bengis, seolah tak sadar jika yang diajaknya bicara adalah sang suami.
Gagah tak menyangka Meta akan sampai bicara dan mengancam sambil menunjuk wajahnya, sungguh pria itu merasa harga dirinya benar-benar dijatuhkan oleh Meta. Istrinya itu sepertinya memang takkan pernah menganggap dia sebagai suami dan kepala keluarga yang pantas dihormati di rumah itu.
Saat Gagah ingin kembali membalas ancaman Meta, suara ketukan pintu kamar terdengar, pembantu rumahnya bahkan berani membuka dan tampak berdiri di ambang pintu dengan wajah panik. Gagah dan Meta menatap pembantu mereka itu dengan dahi berkerut.
“Itu … maaf Pak, Bu. Mas Azka panas dan kejang.” Pembantu rumah Gagah bicara sambil menunjuk ke arah kamar Azka, wajahnya sangat panik dan ketakutan, bahkan dia meremas celemek yang melekat di tubuh.
“Apa?” Gagah dan Meta terkejut bersamaan.
Keduanya dan sang pembantu langsung berlari ke kamar Azka, mereka melihat bocah itu kejang di atas tempat tidur.
“Azka!” teriak Meta panik sambil mendekat ke arah ranjang putranya bersama Gagah.
Tanpa pikir panjang, Gagah langsung menggendong Azka dan berjalan cepat keluar dari kamar. Dia begitu panik dan takut, bahkan suaranya memanggil Roni untuk menyiapkan mobil terdengar begitu menggelegar.
“Roni! Siapkan mobil! Kita ke rumah sakit!”
Meta menangis melihat putranya seperti itu, dia berjalan di samping Gagah dengan sesekali menatap Azka yang berada di gendongan sang suami.
“Ya Pak!” Roni membalas panggilan Gagah, lantas menyalakan mesin dan membawa mobil hingga ke depan teras rumah.
Meta masuk terlebih dahulu, lantas Gagah meletakkan tubuh Azka ke pangkuan istrinya itu sebelum kemudian ikut masuk dan meminta Roni untuk segera membawa mereka ke rumah sakit.
Meta mengusap wajah Azka, bisa dirasakannya kulit putranya yang begitu panas. Roni sendiri melajukan mobil dengan kecepatan lumayan tinggi karena melihat kondisi Azka yang kurang baik.
***
Saat sampai di rumah sakit, Azka pun langsung mendapat pertolongan. Hingga akhirnya kini bocah itu dirawat untuk observasi lebih lanjut.
Meta duduk terdiam menatap sang putra, matanya merah dan wajahnya basah karena menangis sejak membawa anak itu dari rumah hingga mendapatkan penanganan medis.
Gagah sendiri berdiri di sisi yang berlawanan dengan Meta. Dia juga terus menatap Azka yang sedang tidur, tapi mengabaikan Meta meski istrinya itu begitu sedih.
“Aku ibu yang buruk untuk Azka, aku menyesal karena selama ini kurang memberinya perhatian.” Meta tiba-tiba mengungkap rasa bersalahnya, memecah keheningan yang sudah tercipta sejak Azka dipindah ke ruangan itu.
Gagah menghela napas berat, dirinya pun merasakan hal yang sama. Hanya saja Gagah kurang perhatian karena dirinya dituntut melakukan banyak pekerjaan.
“Kita orangtua yang buruk untuknya,” ucap Meta lagi, lantas menyeka air mata yang menetes.
“Kita buruk karena kamu selalu mendominasi.”
Meski Gagah merasa bersalah karena kurang perhatian pada Azka, tapi dirinya juga kesal kepada Meta yang telah menganiaya Ariel. Hingga dirinya melimpahkan kesalahan yang terjadi kepada sang istri.
Meta terkejut mendengar ucapan Gagah, dia menatap pria itu dengan rasa tak percaya karena Gagah seolah ingin mengajaknya bertengkar meski tahu kondisi saat ini.
“Apa kamu harus membahasnya sekarang? Semua yang aku lakukan juga demi keluarga kita! Jangan mengajakku bertengkar sekarang!” Meta kesal karena Gagah tak menenangkan perasaannya yang sedang kalut dan sedih, tapi malah menambah beban dengan ucapan pria itu yang jelas memojokkan.
Gagah tersenyum miring dan membuang napas dengan mulut. “Demi keluarga? Itu hanya demi dirimu,” gumam Gagah dalam hati. Dia memalingkan wajah karena tak ingin melihat Meta yang membuatnya semakin kesal.
Meski mereka kini sama-sama mencemaskan kondisi Azka, tapi Gagah masih kesal karena Meta yang telah membuat Ariel terluka. Gagah takkan pernah memaafkan Meta karena perbuatan wanita itu.
Meta memilih diam, meski rasanya ingin marah tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mengajak Gagah berdebat, mengingat putranya sedang dalam kondisi tidak baik.
Keduanya akhirnya sama-sama diam, menanti sampai Azka sadar. Tak ada kedekatan atau kekompakan dalam mengurus anak sakit di antara keduanya, hanya ada keheningan yang tercipta di ruangan itu. Mereka masih bertahan dengan ego masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nila Lutfiyah
anak selalu jadi korban
2022-10-31
2
SEPTi
cerai aja kenapa si
2022-09-23
2
ᎥᎥͷ ᎥͷɗᏒⅈᎯͷⅈ💜E𝆯⃟🚀HIAT
kalo sudah seperti ini tetap anaklah yg jadi korbannya atas rumah tangga yg tak harmonis 😔😔😔
2022-09-03
2