Berapa menit yang lalu Gagah sedang bersama beberapa pendukungnya di sebuah acara makan siang, mereka berbincang dan membahas rencana Gagah jika menang dalam pemilihan wali kota.
Namun, saat hendak menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh pendukungnya. Ponsel Gagah berdering dan melihat nama Roni terpampang di sana.
“Saya permisi sebentar,” ucap Gagah meminta izin untuk mengangkat panggilan itu. Ia pun berjalan sedikit menjauh ke arah jendela, lantas menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan dari Roni.
“Halo, ada apa?” tanya Gagah begitu panggilan itu dijawab. Hingga dia mengerutkan dahi mendengar suara panik Roni.
“Gawat apanya?” tanyanya lagi, kini Gagah juga ikut panik. Dia mendengarkan apa yang disampaikan oleh Roni hingga bola matanya membulat sempurna.
“Apa?” Suara Gagah meledak mendengar cerita Roni, hingga tanpa sadar keterkejutannya itu membuat pendukungnya menatap ke arahnya bingung.
Gagah mengakhiri panggilan, tanpa berpikir lagi dia lantas berpamitan pada orang-orang yang ada di sana, dia memberi alasan jika ada hal penting yang terjadi. Gagah seharusnya mencari muka untuk menambah dukungan, tapi mendengar Ariel yang didatangi Meta bahkan mendapatkan penganiayaan, membuatnya tak lagi peduli dan seolah mengabaikan segalanya.
***
Gagah tak peduli dan tak sabar menunggu Roni menjemputnya, dia memilih meminjam mobil salah satu tim suksesnya. Pria itu melajukan mobil secepat mungkin menuju apartemen Ariel, begitu sampai Gagah langsung berlari keluar meski pintu lift belum sepenuhnya terbuka.
Pria itu masuk dan mendapati Ariel sedang duduk di sofa sambil memeluk kedua kaki. Gadis itu memang duduk di sana sejak Meta dan Roni pergi. Ariel termenung sambil memeluk kedua kakinya yang ditekuk lalu menumpukan dagunya pada lutut. Dia menangis tapi air mata itu bukanlah sandiwara, dia benar-benar sedih karena harus mengalami kejadian ini. Meratapi diri karena harus sampai sejauh ini hanya untuk balas dendam.
Namun, meski begitu Ariel pun berjanji jika kesedihannya harus dibayar tunai oleh Meta. Keinginan untuk menghancurkan wanita itu kini semakin besar merongrong dadanya.
“Riel,” panggil Gagah karena Ariel seolah tak menyadari kedatangannya.
Ariel menoleh, melihat Gagah di sana dan memandang sendu ke arahnya, membuat gadis itu semakin menangis. Ariel tergugu dengan linangan air mata yang membasahi pipi.
Gagah terkejut melihat istri mudanya menangis sampai seperti itu, hingga mendekat dengan cepat dan langsung duduk di sebelahnya. Gagah merengkuh tubuh Ariel yang bergetar karena rasa takut ke dalam pelukan. Ariel menyandarkan kepala di dada Gagah, merasakan hangat pelukan pria itu. Dan entah kenapa hatinya tiba-tiba merasa lega.
“Apa Meta yang melakukan ini?” tanya Gagah, satu tangan mengusap lembut punggung sang istri untuk menenangkan.
Ariel tak mengeluarkan suara, dia hanya menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan Gagah. Ariel sesenggukan, dia memang menangis tapi masih ditahan dan saat Gagah datang entah kenapa dia ingin menumpahkan semuanya.
Gagah geram mengetahui perbuatan Meta yang seperti ini, apalagi wanita itu sudah membuat wajah Ariel sampai lebam dan memar. Saat Ariel sedikit tenang, Gagah mengambil es dari lemari pendingin, kemudian menggunakan washlap untuk mengompres lebam di wajah gadis itu agar tidak semakin membengkak.
“Apa kamu hanya diam saja saat dia memukulmu?” tanya Gagah dengan tangan sibuk mengompres pipi sang istri siri.
“Iya Mas,” jawab Ariel dengan mata terpejam, merasakan dingin menyentuh pipinya yang terasa panas. “Memangnya aku bisa apa? Bukankah aku akan terlihat semakin buruk jika membalasnya? Aku ini wanita rendahan yang sudah menggoda suami orang, Mas. Bagaimana bisa aku melawan yang akan membuatku semakin terlihat buruk di mata orang lain.”
Ariel sengaja menyebut dirinya sendiri seperti itu, tentu saja tujuannya untuk mengadu kepada Gagah soal Meta yang mengatainya rendahan.
“Siapa yang bilang kamu rendahan, hem...?” tanya Gagah. Tangannya sampai berhenti bergerak mengompres pipi.
Ariel pura-pura diam, mengatupkan bibir seolah tak berani bicara lagi. Dia hanya menunggu Gagah menyebutkan sendiri nama Meta.
“Apa Meta yang mengatakan itu?” tanya Gagah menebak sepert yang Ariel harapkan.
Rencana gadis itu berhasil, dia tak perlu mengadu karena Gagah sendiri lah yang menuduh istrinya. Ariel lantas mengangguk lemah, bersikap seolah benar-benar paling tersakiti untuk semakin mengambil simpati sang suami.
Gagah begitu geram, semakin membenci Meta karena sikap dan ucapan istrinya yang begitu menyakiti hati.
“Kamu tenang saja! setelah pemilihan berakhir, aku akan benar-benar mengakhiri hubungan kami,” ucap Gagah mencoba menenangkan perasaan Ariel, tangannya kembali mengompres wajah gadis itu. “Aku juga sudah muak hidup dengannya, setiap hari hanya diatur dan terus ditekan, diminta melakukan sesuatu yang dia kehendaki dan bukan kehendakku,” imbuhnya yang geram.
Ariel menatap Gagah dengan mata sendu, padahal di dalam hatinya dia merasa begitu puas karena bisa memprovokasi pria itu. Apalagi Gagah tampak tak memedulikan sama sekali anak dan istrinya. Ariel jemawa bahwa rencana balas dendamnya akan semakin terbuka lebar.
“Kamu percaya dan mau menunggu, ‘kan?” tanya Gagah yang takut jika Ariel pergi karena perbuatan Meta.
Ariel menganggukkan kepala manja, lantas memeluk pria itu dengan mesra.
“Aku selalu percaya pada Mas Gagah. Aku akan menunggu Mas sampai benar-benar berpisah dengan wanita itu,” jawab Ariel dengan senyum seringai yang tak bisa dilihat oleh Gagah dalam posisinya sekarang.
Gagah senang mendengar jawaban Ariel, hingga mengusap lembut rambut gadis itu sebelum mendaratkan kecupan di pucuk kepala.
Kedua bola mata Ariel menyorot tajam, sikap Gagah sekarang ini semakin membuatnya ingin menjerat pria itu, agar tak ada kesempatan bagi Meta untuk membawa Gagah kembali ke dalam pelukannya.
***
Malam pun tiba, Meta terlihat gelisah di dalam kamar.Dia tampak berjalan mondar-mandir sejak tadi, sesekali berhenti dan menengok ke arah pintu, sayangnya dia harus kecewa karena orang yang ditunggu tak kunjung datang.
Ya, siapa lagi kalau bukan Gagah, tentu saja Meta ingin marah karena pria itu terbukti memiliki simpanan wanita yang lebih muda dan tentunya lebih cantik dari dirinya.
“Sial! Apa dia ke sana? Apa dia ke rumah wanita rendahan itu?”
Meta benar-benar gelisah, hatinya bergemuruh membayangkan Gagah di sana sedang berduaan dengan Ariel.
“Tidak bisa! Aku tidak boleh membiarkan ini!” Meta meremas rambutnya, benar-benar stres dengan hal yang dihadapinya sekarang.
Meta ingin datang lagi dan melabrak Ariel. Namun, dia juga masih memikirkan reputasi dan nama baik. Jika dirinya datang ke sana, lantas ada Gagah dan mereka bertengkar di sana, bukankah itu akan menarik perhatian banyak orang, bisa jadi orang-orang itu akan menjadikan pertengkaran mereka sebagai bahan gosip, kemudian nama baik Gagah akan menjadi buruk dan pastinya masyarakat akan tak menyukai serta tak mau memilih Gagah sebagai wali kota, jika kelakuan suaminya yang berselingkuh terbongkar ke publik.
“Tidak! Aku pun tidak bisa membiarkan pemilihan ini gagal!” Meta mencoba menepis pikiran negatif di kepala.
“Sialan!” Meta mengamuk seperti orang gila, semakin murka kepada Gagah karena pria itu tak pulang dan malah bersama selingkuhannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nila Lutfiyah
si gagah asik dgn si Ariel meeettt
2022-10-31
2
Siti Rohaemy
si meta mulai streeeezzzz...🤣🤣🤣👍👍
2022-10-31
1
dewi
lanjuuuut
2022-10-04
2