Sore harinya Meta tampak duduk di belakang kemudi mobil yang berhenti di seberang jalan tempat Gagah bekerja. Dia terlihat sangat cemas dan takut jika dugaannya benar tentang Gagah yang berselingkuh. Meta tentunya tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi, dirinya harus mencari tahu dan melihat dengan matanya sendiri akan kebenaran hal ini. Wanita itu memantau dari jauh untuk memastikan. Dia berniat membuntuti Gagah saat suaminya itu keluar dari gedung.
Setengah jam kemudian saat mobil Gagah terlihat keluar melewati gerbang, Meta dengan sigap menyalakan mesin dan membuntuti mobil yang dikemudikan oleh Roni. Wanita itu mengambil jarak agak jauh agar tidak disadari oleh Gagah.
“Kamu ingin main-main di belakangku, jangan harap kamu bisa!” Meta begitu geram mengingat barang apa yang diberikan Roni padanya. Satu stel dalaman wanita yang membuat dia berujung berdebat dengan Gagah, dan membuatnya sangat yakin jika suaminya berselingkuh.
Meta terus membuntuti mobil Gagah, menjaga jarak tak terlalu dekat agar tidak ketahuan. Namun, siapa sangka ternyata Roni mengetahui keberadaan mobil Meta yang membuntuti mobil sang majikan.
“Sial! bahaya jika sampai Meta tahu kalau aku sering mengantar Gagah ke apartemen tanpa memberinya info. Bisa-bisa semua rencana yang sudah disusun Ariel akan berantakan,” gumam Roni sambil melirik kaca spion kanan, di mana sekelebat tampak mobil Meta yang membuntuti.
“Pak, kita sepertinya tak bisa melakukan apa yang kita rencanakan,” ucap Roni dengan mata sesekali mengawasi spion. Rencana yang dimaksud Roni adalah menukar mobil, berganti baju dan pergi ke apartemen Ariel.
“Kenapa?” tanya Gagah heran.
“Bu Meta sedang mengikuti kita, Pak.” Roni menjawab dengan masih terus waspada. “Sepertinya Bu Meta curiga pada Anda.”
Gagah terkejut mendengar jawaban Roni, dia hendak menoleh untuk melihat apakah yang disampaikan asistennya itu benar, tapi Roni lebih dulu mencegahnya dengan cepat.
“Jangan menoleh, Pak. Atau Bu Meta akan curiga jika melihat Anda menengok ke belakang,” ucap Roni
Gagah mengangguk paham, dia membuang muka ke arah jendela hingga tiba-tiba memiliki ide untuk mengelabui istrinya itu.
“Kita pergi ke Mall saja, biarkan kecurigaannya tak terbukti dan dia merasa bodoh sendiri!” perintah Gagah dengan senyum seringai di wajah.
Roni mengangguk lantas mengarahkan mobil menuju Mall terdekat di sana.
Sementara itu di dalam mobil, Meta mengerutkan dahi saat melihat mobil yang ditumpangi suaminya tiba-tiba saja berbelok.
“Mau ke mana mereka?” Meta bertanya-tanya dan tetap memacu mobilnya mengikuti, dia tidak akan melepaskan Gagah, wanita itu berniat memergoki dan mengamuk jika sampai benar Gagah menemui wanita lain.
Selang beberapa menit, mobil Gagah masuk ke area parkir Mall, begitu juga dengan mobil Meta. Wanita itu masih mengawasi Gagah yang turun dari mobil, dia memperhatikan dengan seksama ke mana suaminya itu pergi.
Setelah memastikan Gagah berjalan masuk ke Mall bersama Roni. Meta pun keluar dengan memakai kacamata hitam dan masker, agar keberadaannya tidak diketahui oleh orang lain.
Meta membuntuti Gagah, hingga melihat Gagah yang sedang dikerumuni oleh pendukungnya saat melihat pria itu datang ke Mall. Meta melihat dengan jelas suaminya bersikap ramah dan terus mengumbar senyum, dia ikut senang karena Gagah tak mengabaikan pendukungnya.
“Pak Gagah ke Mall mau ngapain, nih?” tanya salah satu pendukung.
Gagah terus mengulas senyum, ekor matanya bisa melihat Meta yang bersembunyi di belakang pendukungnya yang sedang berkerumun.
“Tentu saja untuk belanja,” jawab Gagah terus mempertahankan lengkungan manis di bibir meski wajahnya terasa kaku. “Aku ingin membelikan hadiah untuk istriku, jadi menyempatkan datang ke sini untuk membeli secara langsung,” imbuh Gagah yang tentu saja hanya melakukan pencitraan, serta meyakinkan jika pengintaian yang dilakukan Meta hanya akan sia-sia belaka.
“Wah … Anda ternyata sangat romantis dan perhatian ke istri Anda. Jadi pengen diperhatikan juga,” celetuk salah satu pendukung wanita.
Gagah hanya mengulas senyum, dia terus memberikan tanggapan pada setiap ucapan atau pertanyaan yang terlontar dari orang-orang yang mendukungnya.
Meta sendiri hanya bisa terus mengawasi dan memperhatikan, dia memastikan apakah suaminya benar-benar akan membelikannya hadiah, atau hanya sebuah alasan agar pendukungnya tidak curiga akan kedatangannya tanpa pengamanan ke Mall.
“Saya permisi dulu karena harus membelikan sesuatu untuk istri saya. Takutnya dia menanti saya di rumah, karena saya tak kunjung pulang,” ucap Gagah berpamitan, dia lantas berjalan pergi bersama Roni.
“Apa dia masih mengikuti?” tanya Gagah berbisik saat berjalan bersama asistennya itu.
“Masih, Pak,” jawab Roni, tapi tentu saja tak menoleh karena takut jika Meta melihat.
Gagah berdeham, lantas mengajak Roni masuk ke salah satu toko perhiasan di Mall itu. Gagah membeli dua buah cincin berlian, satu untuk Meta sebagai alibi agar istrinya tidak curiga, sedangkan satunya lagi untuk Ariel dan dia titipkan ke Roni.
Meta masih mengawasi dari jauh, hingga begitu senang saat melihat Gagah memegang kotak persegi berisi cincin berlian.
“Apa benar itu untukku?” Meta bertanya-tanya dalam hati.
Saat melihat Gagah keluar dari toko, Meta pun buru-buru pergi dan meninggalkan Mall terlebih dahulu. Jangan sampai Gagah mengetahui jika dirinya membuntuti, lantas tak menemukannya di rumah saat pria itu pulang. Kini yang bisa dilakukan Meta hanyalah menunggu, apakah benar cincin yang dibeli Gagah itu untuknya.
***
Meta sudah sampai di rumah sebelum Gagah. Kini dia berpura-pura duduk di ruang tamu sambil membaca majalah, menunggu apakah pria itu pulang atau pergi ke tempat lain dan memberikan cincin yang dibeli di mall tadi untuk wanita lain. Jika sampai itu terjadi, maka Meta akan memiliki alasan untuk menekan dan mengancam Gagah lewat apa yang dia lihat.
Sayangnya, Gagah bukan pria bodoh. Dia tidak mungkin pergi menemui Ariel di sore itu setelah mendapati Meta curiga. Gagah pun pulang ke rumah, demi meyakinkan Meta kalau kecurigaannya tidak lah benar.
Begitu mendengar derap suara langkah masuk ke rumah, Meta menoleh dan melihat Gagah datang dengan sedikit senyum di wajah. Wanita itu benar-benar merasa lega, karena dugaannya akan perselingkuhan Gagah tidak terbukti. Namun, Meta berpura-pura tak peduli, apalagi keduanya baru bertengkar pagi tadi. Wanita itu memalingkan wajah, lantas kembali menatap majalah yang ada dipangkuan.
Gagah pun mengeluarkan cincin berlian yang dibelinya, lantas berdiri di belakang Meta dan setengah membungkuk menunjukkan cincin itu di hadapan Meta.
“Bagaimana menurutmu? Apa ini akan cantik di jarimu?” tanya Gagah.
Meta berpura-pura terkejut, menatap cincin yang memang sangat indah itu, dia lalu menoleh Gagah yang berdiri di belakangnya.
“Apa kamu sedang merayuku?” tanya Meta sok jual mahal, meski matanya berbinar bahagia.
Gagah hanya tersenyum menanggapi pertanyaan sang istri, dia berjalan memutari sofa dan duduk di samping Meta.
“Anggap saja begitu,” jawab Gagah. Diraihnya tangan Meta, lantas memakaikan cincin yang dia beli ke jari manis wanita itu. “Anggap sebagai tanda maaf karena pagi tadi mengajakmu bertengkar,” ucap Gagah yang tentunya penuh dusta.
Meta sangat senang mendapat perhatian dari Gagah, ditatapnya cincin yang sudah tersemat manis di jarinya itu lekat. Namun, Meta tetap merasa aneh, sudah lama sepertinya Gagah tak pernah mengajaknya bercinta, atau sekedar memberi perhatian pada putra mereka - Azka. Mungkinkah Gagah begitu karena hanya tertekan dan lelah akibat pemilihan yang akan dilaksanakan, ataukah ada hal lain lagi yang benar-benar tak diketahui olehnya.
"Mas malam ini nggak lembur lagi 'kan?" tanya Meta dengan nada suara mendayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nila Lutfiyah
hayooo... si meta mau minta apaan
2022-10-30
2
Aleena's Mommy🥰🥰
Gagah: Lembur dunk...
bantu aku ya....
2022-09-14
2
Nur Denis
mau ngapain si lampir pake tanya² lembur apa nggak, kepo deh😅
2022-09-05
3