Siang itu setelah kuliah Ariel dan Claudia berjalan ke kantin untuk makan, awalnya tak ada hal aneh yang dirasakan Ariel, hingga ekor matanya menangkap para mahasiswa kembali menatap jijik padanya serta mulai terlihat berbisik saat dia memasuki kantin. Tentu saja Ariel masih tidak tahu jika ada gosip buruk yang menyebar di kampus tentang dirinya, gadis itu pun memilih bersikap biasa.
“Hei! Apa kamu tidak malu berangkat ke kampus?” Seorang mahasiswi bertubuh tinggi menghadang langkah Ariel, ada dua mahasiswi lain juga yang turut menghadang.
Ariel mengerutkan dahi, menatap ketiga teman sekampusnya itu dengan perasaan aneh.
“Malu? Kenapa malu? Aku di sini untuk menimba ilmu, bukan untuk hal yang memalukan,” ujar Ariel, sorot matanya mengawasi gerak-gerik ketiga gadis yang ada di hadapannya dengan berani.
Claudia sendiri memilih berdiri di belakang Ariel, dia yang cupu tidak suka perkelahian juga tak ingin terlibat masalah.
“Masih tanya! Kamu tuh nggak pantas ya kuliah di sini! memalukan!” Gadis yang berdiri tepat di hadapan Ariel mendorong bahu hingga membuat Ariel sedikit melangkah mundur.
Ariel terkejut karena gadis di depannya bersikap kasar. Dia sangat malas menanggapi ucapan itu - yang menurutnya hanya akan memakan waktu dan tenaga jika diladeni.
“Aku tidak tahu apa yang kamu maksud dan tidak tahu apa yang kamu inginkan. Aku tidak punya masalah denganmu, jadi berhenti membuat masalah denganku!” Ariel hendak melangkah pergi mengabaikan, tapi lagi-lagi dicegah hingga langkahnya terhenti.
“Sombong sekali kamu, dasar wanita malam!” cibir gadis yang menghadang langkah Ariel, menatap jijik dengan wajah penuh ejekan.
Semua telinga yang mendengar sebutan wanita malam tentunya langsung menatap ke arah Ariel bersamaan, mengintimidasi seolah hal itu benar.
Ariel sangat terkejut dituduh sebagai wanita malam, bagaimana bisa teman sekampusnya itu berucap demikian tanpa bukti.
“Jaga mulut kamu, ya! Jangan sembarang menuduh!” Ariel tampaknya mulai terpancing emosi, kesal karena para gadis itu menuduhnya.
“Halah! Jangan sok suci! Semua orang juga sudah tahu perbuatan yang kamu lakukan! Mengaku saja itu jauh lebih bagus, lalu hengkang dari kampus ini agar tidak memengaruhi citra kampus!” Gadis itu lagi-lagi mencibir dan menghina Ariel.
“Sudahlah, ngomong sama gadis seperti dia nggak ada guna, seharusnya langsung seperti ini!” Gadis lain mengangkat gelas berisi es teh, bersiap menyiramkannya ke wajah Ariel.
Ariel pun terperangah melihat apa yang akan dilakukan oleh gadis itu padanya, hingga tiba-tiba seseorang berdiri tepat di hadapannya, menghalau air es teh yang hampir mengguyur dirinya.
Edgar—pemuda terpopuler di kampus yang banyak diincar para gadis kini berdiri di hadapan Ariel. Pemuda itu rela menerima guyuran air es dari gadis gila yang membully Ariel. Pemuda itu ternyata diam-diam menyukai Ariel, hingga ketika melihat gadis itu dibully dia langsung pasang badan untuk melindungi.
Semua mahasiwa yang menyaksikan hal itu tentu terkejut, kenapa pemuda populer seperti Edgar mau membela Ariel.
Sementara itu, Ariel hanya bisa menatap punggung Edgar yang berdiri di hadapannya, tak menyangka jika di sana masih ada yang mau membelanya, sedangkan sejak tadi saja semua mahasiswa yang ada di sana hanya menatap dan ikut memandang jijik padanya. Claudia juga bersyukur, karena ternyata ada yang mau membantu.
“Ed-Edgar, kenapa kamu--” Gadis yang menyiram es teh begitu terkejut dan syok karena salah sasaran.
“Pergi dari sini! Kalian bisanya hanya membully!” bentak Edgar dengan rambut, wajah, dan pakaian yang basah.
Para gadis itu melirik Ariel yang berdiri di belakang Edgar, sebelum kemudian pergi karena tak ingin membuat masalah dengan pemuda itu.
Edgar membalikkan badan setelah memastikan para gadis itu pergi, hingga menatap Ariel yang tampaknya masih syok.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Edgar.
Bukannya menjawab pertanyaan Edgar, Ariel langsung membuka tas dan mengeluarkan tisu. Dia merasa bersalah juga berterima kasih karena Edgar sudah menolong hingga menghalu air es itu untuknya.
“Kenapa kamu melakukan ini? kamu jadi basah,” ucap Ariel sambil mengeringkan wajah dan kaus Edgar dengan tisu. Dia merasa harus melakukannya karena telah dibantu.
Edgar pun tersenyum tipis mendengar ucapan dan perhatian dari gadis itu. Dia hanya diam saja membiarkan Ariel mengeringkan wajah dan kausnya yang terkena air es teh.
“Ada apa sebenarnya? Kenapa mereka menuduhmu sebagai wanita malam?” tanya Edgar ketika Ariel sudah selesai membersihkan. Gadis itu pun terdiam sejenak, kemudian tersenyum getir menatap Edgar.
“Bukankah sudah biasa jika di dunia ini pasti akan ada yang membenci kita? bahkan mereka takkan segan menuduh dan memfitnah." Jawaban Ariel masuk akal, setidaknya hal ini tidak akan membuat Edgar bertanya lebih banyak.
Pemuda itu terlihat berpikir, merasa benar juga yang diucapkan oleh Ariel. Jika seseorang sudah benci, maka sebuah fitnah pun akan dibenarkan. Mungkin inilah yang sedang terjadi pada Ariel, di mana gadis itu difitnah hanya karena banyak yang tidak menyukainya.
***
Kini Ariel sedang berada di toilet kampus setelah membantu mengeringkan pakaian Edgar. Dia sedang mencuci tangan dan menatap bayangan dirinya dari pantulan cermin. Ariel tengah berpikir kenapa teman sekampusnya mulai memandangnya berbeda, bahkan sampai membully.
“Ada apa sebenarnya? kenapa mereka mengataiku wanita malam? ” Ariel tentu saja bertanya-tanya karena belum tahu soal fitnah yang disebar oleh Mika.
Saat Ariel masih sibuk mencuci tangan sambil memikirkan perubahan sikap teman-teman terhadapnya, ponselnya yang berada di tas pun berdering, gadis itu buru-buru mematikan keran air dan mengeringkan tangan dengan tisu, sebelum mengambil benda pipihnya itu.
Nama Roni terpampang di sana dan Ariel buru-buru menjawab. Dia berharap Omnya itu menghubungi untuk menyampaikan berita bagus.
“Halo, Om.” Ariel langsung bicara saat ponselnya menempel di telinga.
“Riel, aku sudah melakukan apa yang kamu minta. Memberikan paper bag itu pada Meta tanpa sepengetahuan Pak Gagah.” Suara Roni terdengar dari seberang panggilan.
Ariel mengembangkan senyum, dia lega akhirnya bisa mulai menjalankan rencana menghancurkan Meta.
“Lalu, bagaimana reaksinya?” tanya Ariel antusias, seringai jahat muncul di wajah gadis itu.
“Terkejut, apalagi saat melihat isi paper bag itu,” jawab Roni, hingga terdengar suara tawa dari seberang panggilan.
Ariel tersenyum miring, dia merasa senang saat membayangkan wajah Meta yang merah padam ketika memikirkan kemungkinan Gagah sudah berselingkuh.
“Lalu bagaimana lagi?” tanya Ariel tak bisa membendung rasa penasarannya, dia sudah berharap akan terjadi pertengkaran hebat antara Gagah dan Meta.
“Apalagi kalau bukan bertengkar? Aku yakin mereka bertengkar di rumah Pak Pradana, itu terlihat jelas dari Pak Gagah yang keluar dengan wajah merah padam. Aku sudah pernah bercerita, Meta sangat susah dan hampir tidak bisa mengontrol emosi saat kesal, wanita itu bisa bertengkar dan marah-marah tak tahu tempat,” jawab Roni, suaranya terdengar bersemangat.
Ariel tersenyum senang, kini dirinya sudah berada satu langkah untuk membuat Meta merasakan apa itu rasa sakit.
"Malam ini Mas Gagah pasti tidur lagi di apartemen," ucap Ariel sambil memulas smirk di bibir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nila Lutfiyah
edgar q padamu
2022-10-30
2
dewi
cieee... siapa ini saingannya mas gagah?....
2022-10-03
3
࿇ωΐຮε࿐🅟🅖 ✈️
Gar, oi Edgar
kasiannya kamu nak, cintamu bakal tak berbalas, kamu hanya akan menjadi tameng buat Ariel, tapi tak akan bisa jadi pahlawan utk hatinya
kamu hanya hadir SBG cameo utk kehidupan wanita yg kamu sukai, Krn hatinya tlh memilih hati lain utk dia cintai
unch unch unch
sinisinisiniii aku pukpuuukkkk 🤗🤗
2022-09-10
5