Bab 12 : Pertengkaran

Hari itu, Gagah dan Meta pergi ke rumah Pradana atas permintaan sang mertua. Sebenarnya Gagah sangat malas bertemu ayahanda istrinya, tapi tetap saja dia harus datang ke sana karena merasa perlu menebus sesuatu. Ya, Gagah merasa pernikahannya dengan Meta adalah sebuah kesalahan sejak mereka mempermasalahkan bahwa dia bukan anak kandung Wiryawan seperti yang Pradana gadang.

Gagah dan Meta datang saat pagi hari, mereka sarapan bersama Pradana dengan suasana dingin mencekam. Pradana memberikan tatapan tak senang. Pria tua itu makan tanpa bicara, bahkan tak mengatakan apa yang sebenarnya membuat pria itu mengundang Gagah datang ke rumah mewahnya.

Gagah sudah merasakan firasat buruk, tapi dia tetap berusaha bersikap biasa, pria itu makan sambil terus mengabaikan atmosfer yang terasa dingin menusuk hingga ke tulang.

Meta sendiri terlihat sangat kesal sejak Gagah pulang pagi ini untuk menjemputnya, hal itu dikarenakan Roni yang sudah memberikan paper bag berisi baju dalaman wanita atas permintaan Ariel. Meta pun mencoba menahan amarah karena tak ingin bertengkar dulu sebelum bertemu dengan ayahnya.

Saat semuanya sedang makan dengan tenang, tiba-tiba Pradana meletakkan alat makan dengan kasar ke atas piring, menciptakan suara yang nyaring di ruangan itu. Tentu saja hal yang dilakukannya membuat Gagah dan yang lain terkejut, lantas menatap pria itu bersamaan.

Pradana mendengkus kasar, sungguh fakta yang sudah dia ketahui membuatnya sangat kecewa dan kesal saat dipikirkan.

“Aku tidak menyangka kamu tidak jujur sejak awal!” bentak Pradana dengan suara menggelegar, bahkan sampai membuat Meta dan yang lain mengedikkan kedua bahu karena terkejut.

Gagah terdiam, tangannya menggenggam erat sendok dengan kepala tertunduk penuh rasa bersalah.

“Aku masih sangat kecewa saat tahu kamu bukanlah putra kandung Wiryawan! bagaimana bisa kamu dengan tenang menikahi putriku, hah!” Pradana semakin meradang, hal yang terus mengganggunya akhirnya diluapkan lagi dan lagi.

Gagah masih diam menunduk, lantas menarik napas panjang dan menghela perlahan, sebelum kemudian memberanikan diri menatap pada ayah mertuanya.

Meta sendiri memilih diam, karena tahu betul bagaimana sifat sang ayah jika sudah marah.

“Saya minta maaf jika sudah membuat kecewa,” ucap Gagah pada akhirnya. Dia pun tidak tahu bagaimana cara memperbaiki sesuatu yang sudah terlanjur terjadi.

Pradana melirik tajam pada Gagah yang berani meminta maaf, tapi baginya kata maaf itu tak berarti sama sekali. Dia membanting serbet ke meja, sebelum kemudian meninggalkan meja makan begitu saja.

Gagah menghela napas kasar, hal yang terjadi memang harus dihadapi. Sementara itu, Meta membersihkan mulut dengan serbet, lantas berdiri dan menatap suaminya yang masih duduk.

“Kita perlu bicara,” ucap Meta, lantas berjalan meninggalkan Gagah dari meja makan.

Gagah mendengkus kasar, kini apalagi yang harus dihadapinya. Mertua yang kecewa, kini istri yang memberikan tatapan dingin dan penuh curiga padanya. Gagah pun memilih ikut berdiri, lantas berjalan mengekor pada Meta yang sudah berjalan duluan.

Meta mengajak Gagah masuk ke kamar miliknya yang ada di rumah itu, di sana dia langsung mengunci pintu agar tak ada yang mendengar perbincangan mereka.

“Ada apa?” tanya Gagah setelah tangan Meta lepas dari kunci.

Wanita itu menoleh dan memberikan tatapan tajam, ada sebuah kilatan yang siap menyambar dari bola matanya. Kedua telapak tangan Meta mengepal di samping tubuh, menandakan jika dirinya benar-benar dalam kondisi amarah yang tertahan.

“Ada apa? Kamu masih bisa bertanya ada apa, hah?” Meta mulai meluapkan emosi. Sedangkan Gagah menaikkan satu sudut alisnya, mereka sudah terbiasa bertengkar, tapi kali ini Meta tampak berbeda.

“Katakan! Apa yang sebenarnya kamu lakukan di belakangku, hah?” Suara Meta semakin meninggi, bahkan urat lehernya sampai terlihat ketika membentak sang suami.

Gagah makin mengerutkan alis, hingga kemudian membuka suara. “Aku tidak tahu, apa yang kamu bicarakan.”

Meta semakin emosi dengan ucapan Gagah. Perkataan suaminya itu bagai sebuah sangkalan untuk membela diri.

“Kamu berselingkuh di belakangku, ‘kan! Katakan kalau itu benar!” Meta akhirnya mengeluarkan tuduhan itu. Dirinya emosi ketika Roni pulang dan memberikan paper bag berisi pakaian dalaman wanita, tentu saja hal itu langsung membuat pikiran Meta menebak jika pria di depannya ini sudah berselingkuh.

Namun, Meta juga tidak mengatakan kalau Roni yang memberikan bukti karena yang wanita itu tahu Roni berpihak padanya.

Gagah sangat terkejut dengan tuduhan Meta yang seratus persen benar, tapi tentunya pria itu takkan mau mengakui begitu saja.

“Aku tidak tahu maksud dari tuduhanmu. Jangan menuduh sembarangan!” elak Gagah, bicara sambil menatap Meta untuk meyakinkan.

“Hah!” Meta membuang napas menggunakan mulut, sekilas memalingkan wajah dari Gagah, sebelum kembali menatap pada suaminya itu.

“Kamu pikir bisa membohongiku? Instingku lebih kuat dari yang kamu kira!” Meta mencoba membuat alasan yang masuk akal akan tuduhannya, agar Gagah tak bertanya alasan dirinya menuduh. “Kamu sering pulang malam kadang pagi, bahkan tidak pulang sama sekali. Kamu pikir, apa bisa membohongiku dengan alasan lembur tak masuk akalmu itu!” sembur Meta.

Gagah mengepalkan telapak tangan di samping tubuh mendengar tuduhan Meta. Meski semua benar, lantas apakah salah dirinya berbuat seperti itu. Ini semua juga hasil dari tekanan yang didapat darinya, andai Meta lebih paham dan menerima dia apa adanya, Gagah tentu takkan sampai berbuat hal gila.

Gagah mencoba menyangkal dan memberikan alasan masuk akal, tapi Meta tak percaya dan terus menyudutkan Gagah. Hingga di kamar itu mereka bertengkar hebat, Meta terus mengeluarkan tuduhan-tuduhan yang masuk akal untuk membuat Gagah mengaku.

Gagah merasa geram dengan sikap Meta yang terus saja semena-mena terhadapnya, menganggap dirinya boneka yang bisa terus dikontrol dan perintah. Membuat Gagah akhirnya membentak dengan keras, untuk menunjukkan jika dirinya juga bisa bersikap tegas.

“Diam! Atau aku akan berbuat sesuatu yang akan membuatmu menyesal!” ancam Gagah dengan nada suara tinggi karena lelah disudutkan.

Meta membelalakkan mata ketika Gagah membentak dan mengancam, sebelum kemudian tersenyum miring seolah tak percaya jika pria ini bisa mengancamnya.

“Apa yang bisa kamu perbuat tanpa aku, hah? Menyesal? Apa kamu bisa?” Meta mencibir suaminya.

Gagah merasa harga dirinya semakin terinjak oleh sikap Meta, hingga akhirnya dia terpaksa mengeluarkan jurus terakhir untuk membuat istrinya itu bungkam.

“Jika sikapmu seperti ini terus, maka aku tidak akan segan mengundurkan diri dari pemilihan wali kota. Untuk apa aku pertahankan, bukankah ini impianmu, bukan impianku.”

Meta membulatkan bola mata lebar mendengar ancaman Gagah, hingga membuatnya diam seribua bahasa. Meta tidak bisa membiarkan Gagah mundur atau gagal sebelum pemilihan, dia takkan bisa menanggung rasa malu atas perjuangan yang sudah dilakukan.

“Jangan coba-coba mundur dari pemilihan, atau aku akan melakukan hal yang bisa membuatmu menyesal seumur hidup!” ancam Meta sambil menunjuk wajah Gagah. Dia menantang suaminya dengan tujuan untuk memukul mundur niatan Gagah berhenti dari pemilihan.

Terpopuler

Comments

Nila Lutfiyah

Nila Lutfiyah

kalau dalam rumah tangga istri lebih berkuasa. dan suami lemah mmg gak bahagia rumah tangga itu

2022-10-30

2

SEPTi

SEPTi

kenapa ga cerai aja si, kalo emang si bapak dan si anak ga suka ngapain de pertahanakan???

2022-09-23

3

⟁sahabi🌱🐛

⟁sahabi🌱🐛

yes gelud 😂🤣 ayoo ledakan semuanya boom 😂😂

2022-09-05

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Om Gagah
2 Bab 2 : Hidup Berubah
3 Bab 3 : Pencitraan
4 Bab 4 : Ujaran Kenikmatan
5 Bab 5 : Dari Mana?
6 Bab 6 : Simpanan
7 Bab 7 : Pandangan Masa Depan
8 Bab 8 : Wanita Malam?
9 Bab 9 : Sudah Menikah
10 Bab 10 : Tatapan Aneh
11 Bab 11 : Rencana Cemerlang
12 Bab 12 : Pertengkaran
13 Bab 13 : Dibully
14 Bab 14 : Meta Curiga
15 Bab 15 : Bermesraan Kembali
16 Bab 16 : Foto Punggung
17 Bab 17 : Menghajar Pelakor
18 Bab 18 : Bagaimana Melawan?
19 Bab 19 : Ego Yang Besar
20 Bab 20 : Akan Kurebut
21 Bab 21 : Lebam
22 Bab 22 : Membeli Kesombongan
23 Bab 23 : Kangen
24 Bab 24 : Setengah-Setengah
25 Bab 25 : Gadis Jujur
26 Bab 26 : Berubah Menjadi Berani
27 Bab 27 : Racun
28 Bab 28 : Tikus Putih
29 Bab 29 : Hasil Uji Coba
30 Bab 30 : Semakin Menjerat
31 Bab 31 : Menutupinya Dari Papa
32 Bab 32 : Menginginkan
33 Bab 33 : Memberontak
34 Bab 34 : Niatan Bercerai
35 Bab 35 : Talak
36 Bab 36 : Simpanan
37 Bab 37 : Gosip
38 Bab 38 : Marah
39 Bab 39 : Obat
40 Bab 40 : Gombal
41 Bab 41 : Tiga Kali Sehari
42 Bab 42 : Mata-Mata
43 Bab 43 : Dipecat
44 Bab 44 : Tentukan Pilihanmu
45 Bab 45 : Menjaga Nama Baik
46 Bab 46 : Status
47 Bab 47 : Takut Menambah Beban
48 Bab 48 : Dibawa Ke Suatu Tempat
49 Bab 49 : Mengangkat Sebagai Anak
50 Bab 50 : Berani Mengakui
51 Bab 51 : Mertua Vs Mantu
52 Bab 52 : Keputusan Pisah
53 Bab 53 : Jujur ke Bu Niken
54 Bab 54 : Meta Hilang Kendali
55 Bab 55 : Luka
56 Bab 56 : Gosip Perselingkuhan
57 Bab 57 : Klarifikasi
58 Bab 58 : Gugatan Cerai
59 Bab 59 : (Bukan) Anak Kandung
60 Bab 60 : Jatuh Cinta
61 Bab 61 : Tujuan Sebenarnya
62 Bab 62 : Menanyakannya Ke Puti
63 Bab 63 : Hamil
64 Bab 64 : Jujur
65 Bab 65 : Tutupi Saja Hal Itu
66 Bab 66 : Mual
67 Bab 67 : Menceritakan ke Claudia
68 Bab 68 : Tak Percaya
69 Bab 69 : Siap Menerima
70 Bab 70 : Ditinggalkan
71 Bab 71 : Meratap Sendiri
72 Bab 72 : Menyalahkan Diri
73 Bab 73 : Ingin Pergi
74 Bab 74 : Pergi
75 Bab 75 : Yang Terbaik
76 Bab 76 : Meski Menyembunyikan
77 Bab 77 : Mencari Ariel
78 Bab 78 : Dikejar Preman
79 Bab 79 : Menemukan Ariel
80 Bab 80 : Mengurus Homestay
81 Bab 81 : Pria Baik Hati
82 Bab 82 : Mikurame
83 Bab 83 : Pertanyaan Rehan
84 Bab 84 : Roni Ingkar Janji
85 Bab 85 : Dihujat Ibu-ibu
86 Bab 86 : Tawaran
87 Bab 87 : Jangan Pergi Lagi!
88 Bab 88 : Menikah Pura-pura
89 Bab 89 : Alasan
90 Bab 90 : Percaya Padaku!
91 Bab 91 : Periksa Kandungan
92 Bab 92 : Sudah Gila
93 Bab 93 : Rehan - Arumi
94 Bab 94 : Maksud Mas?
95 Bab 95 : Dengarkan Aku!
96 Bab 96 : Siapa Dia?
97 Bab 97 : Dia Benar Istriku
98 Bab 98 : Patah Hati
99 Bab 99 : Kebohongan Lagi
100 Bab 100 : Gila
101 Bab 101 : Melampiaskan Pada Anak
102 Bab 102 : Tersungkur
103 Bab 103 : Nyawa Ariel Terancam
104 Bab 104 : Kehilangan
105 Bab 105 : Menuntut
106 Bab 106 : Mengakui Semuanya
107 Bab 107 : Apa Aku Benar?
108 Bab 108 : Sudah Membaik
109 Bab 109 : Sisa Waktu
110 Bab 110 : Terima Kasih (TAMAT)
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1 : Om Gagah
2
Bab 2 : Hidup Berubah
3
Bab 3 : Pencitraan
4
Bab 4 : Ujaran Kenikmatan
5
Bab 5 : Dari Mana?
6
Bab 6 : Simpanan
7
Bab 7 : Pandangan Masa Depan
8
Bab 8 : Wanita Malam?
9
Bab 9 : Sudah Menikah
10
Bab 10 : Tatapan Aneh
11
Bab 11 : Rencana Cemerlang
12
Bab 12 : Pertengkaran
13
Bab 13 : Dibully
14
Bab 14 : Meta Curiga
15
Bab 15 : Bermesraan Kembali
16
Bab 16 : Foto Punggung
17
Bab 17 : Menghajar Pelakor
18
Bab 18 : Bagaimana Melawan?
19
Bab 19 : Ego Yang Besar
20
Bab 20 : Akan Kurebut
21
Bab 21 : Lebam
22
Bab 22 : Membeli Kesombongan
23
Bab 23 : Kangen
24
Bab 24 : Setengah-Setengah
25
Bab 25 : Gadis Jujur
26
Bab 26 : Berubah Menjadi Berani
27
Bab 27 : Racun
28
Bab 28 : Tikus Putih
29
Bab 29 : Hasil Uji Coba
30
Bab 30 : Semakin Menjerat
31
Bab 31 : Menutupinya Dari Papa
32
Bab 32 : Menginginkan
33
Bab 33 : Memberontak
34
Bab 34 : Niatan Bercerai
35
Bab 35 : Talak
36
Bab 36 : Simpanan
37
Bab 37 : Gosip
38
Bab 38 : Marah
39
Bab 39 : Obat
40
Bab 40 : Gombal
41
Bab 41 : Tiga Kali Sehari
42
Bab 42 : Mata-Mata
43
Bab 43 : Dipecat
44
Bab 44 : Tentukan Pilihanmu
45
Bab 45 : Menjaga Nama Baik
46
Bab 46 : Status
47
Bab 47 : Takut Menambah Beban
48
Bab 48 : Dibawa Ke Suatu Tempat
49
Bab 49 : Mengangkat Sebagai Anak
50
Bab 50 : Berani Mengakui
51
Bab 51 : Mertua Vs Mantu
52
Bab 52 : Keputusan Pisah
53
Bab 53 : Jujur ke Bu Niken
54
Bab 54 : Meta Hilang Kendali
55
Bab 55 : Luka
56
Bab 56 : Gosip Perselingkuhan
57
Bab 57 : Klarifikasi
58
Bab 58 : Gugatan Cerai
59
Bab 59 : (Bukan) Anak Kandung
60
Bab 60 : Jatuh Cinta
61
Bab 61 : Tujuan Sebenarnya
62
Bab 62 : Menanyakannya Ke Puti
63
Bab 63 : Hamil
64
Bab 64 : Jujur
65
Bab 65 : Tutupi Saja Hal Itu
66
Bab 66 : Mual
67
Bab 67 : Menceritakan ke Claudia
68
Bab 68 : Tak Percaya
69
Bab 69 : Siap Menerima
70
Bab 70 : Ditinggalkan
71
Bab 71 : Meratap Sendiri
72
Bab 72 : Menyalahkan Diri
73
Bab 73 : Ingin Pergi
74
Bab 74 : Pergi
75
Bab 75 : Yang Terbaik
76
Bab 76 : Meski Menyembunyikan
77
Bab 77 : Mencari Ariel
78
Bab 78 : Dikejar Preman
79
Bab 79 : Menemukan Ariel
80
Bab 80 : Mengurus Homestay
81
Bab 81 : Pria Baik Hati
82
Bab 82 : Mikurame
83
Bab 83 : Pertanyaan Rehan
84
Bab 84 : Roni Ingkar Janji
85
Bab 85 : Dihujat Ibu-ibu
86
Bab 86 : Tawaran
87
Bab 87 : Jangan Pergi Lagi!
88
Bab 88 : Menikah Pura-pura
89
Bab 89 : Alasan
90
Bab 90 : Percaya Padaku!
91
Bab 91 : Periksa Kandungan
92
Bab 92 : Sudah Gila
93
Bab 93 : Rehan - Arumi
94
Bab 94 : Maksud Mas?
95
Bab 95 : Dengarkan Aku!
96
Bab 96 : Siapa Dia?
97
Bab 97 : Dia Benar Istriku
98
Bab 98 : Patah Hati
99
Bab 99 : Kebohongan Lagi
100
Bab 100 : Gila
101
Bab 101 : Melampiaskan Pada Anak
102
Bab 102 : Tersungkur
103
Bab 103 : Nyawa Ariel Terancam
104
Bab 104 : Kehilangan
105
Bab 105 : Menuntut
106
Bab 106 : Mengakui Semuanya
107
Bab 107 : Apa Aku Benar?
108
Bab 108 : Sudah Membaik
109
Bab 109 : Sisa Waktu
110
Bab 110 : Terima Kasih (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!