Setelah membelikan pakaian untuk Gagah dan memastikan pria itu pulang ke rumah Meta. Ariel pergi ke panti asuhan Cahaya Pertiwi hendak menemui Abil lagi. Melihat Ariel datang dengan beberapa kantung belanjaan di tangan kanan dan kiri, bocah itu langsung berlari untuk menyambut sang kakak.
Ariel sedikit tersentak saat Abil memeluknya, tapi sedetik kemudian membalas pelukan sang adik dengan senyum lebar di wajah.
“Aku senang kakak datang terus,” ucap Abil masih memeluk sang kakak, lantas mendongak dengan senyum lebar untuk melihat wajah Ariel.
“Iya, maaf karena membuatmu menunggu,” balas Ariel membalas senyum Abil.
Abil melepas pelukan, kemudian melirik barang bawaan sang kakak.
“Kakak bawa apa?” tanya Abil dengan tatapan penuh rasa penasaran.
Ariel langsung menengok ke kanan dan kiri di mana kedua tangannya penuh barang belanjaan. Dia menatap Abil kemudian tersenyum lebar.
“Ini semua buat kamu, Kakak bawakan makanan kesukaan kamu juga beberapa barang kebutuhanmu,” jawab Ariel seraya menyodorkan beberapa kantung pada Abil, karena yakin jika tangan sang adik takkan bisa jika membawa semuanya.
Abil berteriak kegirangan, lantas berlari masuk ke panti karena hendak melihat apa saja yang dibawakan kakaknya.
Niken ternyata sejak tadi mengawasi, begitu melihat Abil yang sudah lepas dari sang kakak, wanita itu pun kemudian memanggil dan mengajak masuk.
Ternyata Ariel juga membawakan beberapa barang untuk kebutuhan anak panti lain, sebagai tanda terima kasih karena Niken memperbolehkan dan mau menjaga Abil.
“Bagaimana kuliahmu?” tanya Niken saat meletakkan barang pemberian Ariel ke meja dapur.
“Lancar,” jawab Ariel dengan seulas senyum.
Niken juga membalas senyum gadis itu, sebelum kemudian menatap barang-barang yang dibawa tadi. Sangat banyak, membuat Niken penasaran dari mana Ariel mendapatkan uang untuk membeli semua itu.
“Sekarang kamu kuliah sambil kerja di mana?” tanya Niken. Wanita itu sebenarnya curiga karena Ariel datang membawa banyak barang, di mana uang yang digunakan untuk membeli pastilah tidak sedikit.
Bukan tanpa alasan Niken bertanya seperti itu, beberapa bulan lalu Ariel masih bekerja jadi tukang bersih-bersih panti dan menerima gaji yang tak seberapa. Bahkan Ariel sempat meminjam uang untuk pendaftaran kuliah kepadanya.
Ariel mengatupkan bibir saat mendengar pertanyaan Niken, memang kedatangannya membawa banyak barang akhirnya memunculkan kecurigaan dari wanita yang banyak membantunya itu. Ariel mengalihkan pandangan, takut dengan tatapan Niken serta sedang memikirkan alasan dan jawaban yang pas untuk pertanyaan sahabat mendiang ibunya itu.
Niken semakin menatap Ariel penuh dengan rasa curiga, pasalnya gadis itu malah diam dan mengalihkan tatapan seolah menghindar. Sebagai orang yang tahu akan kepedihan dan kesusahan hidup Ariel, tentu saja Niken kini merasa simpati dan khawatir pada gadis itu.
“Riel, katakan padaku. Uang yang kamu pakai ini halal, ‘kan?” tanya Niken menyelidik, bahkan menyentuh lengan Ariel karena gadis itu memalingkan wajah darinya.
Ariel menoleh Niken, kemudian mencoba menjawab pertanyaan wanita itu kali ini. “Halal kok.”
“Tapi kenapa kamu diam saja pas aku tanya? Kamu tidak melakukan pekerjaan yang aneh-aneh, ‘kan?” tanya Niken lagi seolah tak puas dengan jawaban Ariel.
Sebagai orang yang merasa kasihan dengan nasib keluarga Ariel, Niken hanya takut jika gadis itu terjebak di jalan yang salah, apalagi jika sampai Ariel menjadi kupu-kupu malam hanya untuk bisa menghidupi dirinya dan sang adik.
Ariel pun menggeleng cepat menjawab pertanyaan Niken, dengan tujuan menepis pikiran buruk wanita itu kepadanya.
“Aku tidak melakukan pekerjaan aneh-aneh, sebenarnya aku malah tidak bekerja sekarang, hanya fokus kuliah,” jawab Ariel kemudian karena merasa Niken benar-benar takkan percaya sampai dirinya menjelaskan sedetail mungkin.
Niken mengerutkan dahi, apa maksudnya tidak bekerja tapi masih bisa mendapatkan uang untuk dibelanjakan.
“Lalu, dari mana kamu mendapatkan uang untuk belanja semua ini?” tanya Niken lagi sambil menunjuk ke barang yang ada di atas meja, menekan Ariel agar mau jujur.
Ariel awalnya menundukkan kepala, lantas memberanikan diri mengangkat wajah, sebelum kemudian memandang Niken yang sudah tampak begitu cemas dan takut.
Dia menarik napas panjang, kemudian mengembuskan perlahan. “Sebenarnya aku sudah menemukan pria yang tepat, yang mau membiayai serta menopang hidupku agar lebih baik, Bu,” jawab Ariel mencoba jujur.
Niken melebarkan bola mata dengan kedua alis tertarik ke atas, mencoba menelaah maksud ucapan dari Ariel.
“Apa maksudnya itu? Pria yang bagaimana?” tanya Niken menyelidik. “Dia bukan pria beristri yang menjadikanmu simpanan, ‘kan?” tanya Niken lagi karena cemas dan takut jika hal itu benar.
Ariel menghela napas kasar, kemudian menjawab, “Aku sebenarnya sudah menikah dengannya, hanya saja masih aku rahasiakan mengingat jika masih kuliah juga. Omku juga sudah tahu kok Bu."
Ariel mencoba jujur, tapi tetap saja ada hal-hal yang dirasa perlu untuk tetap ditutupi dan disimpan rapat untuk dirinya.
Niken terkejut dengan mulut menganga, bagaimana bisa gadis itu menikah di usia yang terbilang masih belia, belum lagi tak ada yang mengetahui akan pernikahan itu, membuat Niken tak habis pikir dengan jalan pikiran Ariel. Mungkinkah desakan kehidupan membuat gadis itu akhirnya berbuat demikian, menikah untuk mendapatkan pria yang mau bertanggung jawab atas diri dan kehidupannya yang berantakan. Ya, mungkin begitulah pemikiran Niken saat ini.
Ariel menatap Niken. Melihat keterkejutan di wajah wanita itu. Ariel sendiri memakluminya, karena jelas siapapun akan terkejut saat mengetahui jika dirinya sudah menikah, apalagi jika tahu dia hanya menikah siri. Namun, apa mereka tahu jika semua yang dilakukannya itu hanya untuk satu tujuan yang bisa membuat hidupnya terasa lebih tenang.
Ariel menggenggam telapak tangan Niken, memberikan tatapan lembut dan sebuah harapan di matanya.
Niken terkejut dengan yang dilakukan Ariel. Ditatapnya kedua bola mata Ariel yang berubah teduh, mungkin saja teringat akan mendiang ayah dan ibunya, begitulah pikiran Niken sekarang. Reaksi terkejutnya mungkin telah membuat Ariel merasa bersalah, bukankah pernikahan itu tak menjadi masalah asal yang menikahi Ariel bukanlah pria beristri.
“Jika memang sudah menikah, aku bisa merasa sedikit tenang. Setidaknya ada status dan jangan sampai kamu jadi simpanan pria beristri,” ucap Niken memberikan pengharapannya pada Ariel.
Jantung Ariel seketika berdegup dengan cepat mendengar ucapan Niken, tapi sebisa mungkin untuk tetap tenang agar Niken tak curiga. Dia lantas mengangguk dengan seulas senyum untuk melegakan hati Niken.
“Tapi, bisakah masalah ini dirahasiakan dulu? Aku hanya belum siap jika ada yang bertanya, mengingat umurku yang belum terlalu dewasa,” pinta Ariel pada Niken. Wanita itu pun mengangguk, menyanggupi permintaan Ariel untuk merahasiakan statusnya saat ini.
"Tapi jika boleh tahu, siapa nama pria itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Najwa_auliarahma
mending gak usah penasaran Bu, dari pada pingsan ditempat nanti 😂
2022-12-15
1
Nila Lutfiyah
serba salah si ariel
2022-10-30
2
Nur Denis
kalo tau siapa suaminya niken auto megap² bu niken nya 😆
2022-09-05
2