Sinar matahari mulai merayap masuk, menembus celah jendela yang tertutup gorden. Ariel terusik dengan sinar yang menyentuh kelopak matanya lantas mengangkat satu tangan untuk menutupi.
“Jam berapa ini?” Ariel bergumam. Mencoba membuka matanya dengan sempurna, lantas menatap ke arah jam yang ada di dinding.
Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi, Ariel mencoba menggeser tubuh, menyingkirkan lengan yang melingkar manis di perutnya, lengan suami sirinya yang hendak dia peralat. Gadis itu bangun dengan perlahan dan mengangsurkan kaki ke lantai. Ia melirik Gagah yang masih tertidur pulas, kemudian memilih turun dari ranjang dan berjalan untuk menyiapkan sarapan.
Ariel sibuk di dapur, salah satu hal yang tak pernah Meta lakukan, yaitu membuat sarapan juga kopi untuk Gagah sebelum pria itu bangun. Hingga saat Ariel masih fokus pada masakan di atas kompor, dua lengan tiba-tiba melingkar di perut dan membuatnya terperanjat.
“Mas mengagetkanku,” ucap Ariel sambil melirik wajah Gagah yang berada di samping kepalanya.
“Kamu tiba-tiba menghilang, membuatku bingung harus mencari kemana,” bisik Gagah manja, dia sandarkan kepala dengan masih memeluk istri sirinya itu. Ariel tergelak, lantas mengulurkan tangan dan mengusap rambut pria itu sedikit kasar.
“Aku sudah membuat sarapan untuk kita, bagaimana kalau makan dulu baru mandi?” tanya Ariel. Dia memutar badan, hingga berhadapan dengan Gagah. Ia tersenyum manis pada pria itu sebagai bukti perhatiannya.
“Baiklah, aku juga sudah sangat lapar,” jawab Gagah, kemudian mengecup kening Ariel mesra, sebelum berjalan ke meja makan.
Ariel menghela napas pelan, lantas menyajikan makanan yang dibuat ke piring saji sebelum menghidangkan ke meja.
“Apa Mas tidak berniat pulang hari ini?” tanya Ariel sambil menatap piring di meja, tak lupa dia menyuguhkan kopi yang sudah dibuat untuk Gagah.
Pria itu tak langsung menjawab pertanyaannya, dan lebih memilih mengambil cangkir berisi kopi dan menyesap perlahan karena masih mengepulkan uap panas.
“Jangan bahas masalah pulang dulu,” jawab Gagah.
Ariel menarik kursi tepat debelah pria itu, lantas duduk di sana untuk menyelami wajah suami sirinya yang terlihat begitu malas.
“Kenapa? Tidak baik juga jika Mas tidak pulang sama sekali?” Ariel mencoba membujuk sekaligus menyelidik. Saat bibirnya bertanya, tangan gadis itu dengan cekatan mengambilkan sarapan untuk sang suami.
Gagah menghela napas kasar, menoleh Ariel kemudian mengusap lembut sisi wajah istri belianya itu.
“Aku sebenarnya malas, rutinitasku sungguh membosankan karena harus bertemu dengan banyak kolega untuk mendapatkan dukungan. Kehilangan privasi serta habisnya waktu untuk sekadar beristirahat, membuatku benar-benar kelelahanm."
Setelah menjawab pertanyaan Ariel, Gagah mengambil sendok dan mulai menyantap sarapan. Ariel memperhatikan pria itu, dia yang enam belas tahun lebih muda dari Gagah pun tidak bisa banyak menasihati, belum lagi dirinya tak banyak mengerti dengan kegiatan yang dilakukan pria itu, serta tak ingin Gagah sampai marah kalau-kalau dirinya salah bicara.
Ariel memilih diam, lantas ikut sarapan. Setelah selesai Gagah pun pergi mandi, sedangkan Ariel yang berniat menyiapkan pakaian malah dibuat kaget saat membuka lemari. Ia tak menjumpai satu pun pakaian Gagah di sana.
“Mas, tidak ada baju di sini, bagaimana?” tanya Ariel yang bingung, dia lupa mengambil laundry.
Gagah keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang, rambutnya masih setengah basah dan dia menatap ke arah Ariel yang berada di depan lemari. Gagah lantas mengambil dompetnya yang berada di atas nakas, kemudian mengeluarkan kartu dari sana.
“Apa kamu bisa membelikan beberapa pakaian dan setelan jas untukku nanti?” tanya Gagah sambil menyodorkan kartu kreditnya ke arah Ariel. Gadis itu sejenak memandang ke arah kartu di tangan Gagah, kemudian beralih menatap pria itu sebelum berjalan mendekat.
“Tentu saja,” jawab Ariel, lantas mengambil kartu itu dari tangan sang suami. " Lalu Mas pakai apa?"
"Telanjaang," goda Gagah dan membuat Ariel mengerutkan kening. "Kenapa? kaget? aku bisa pakai bajuku semalam lagi, tenang saja!"
"Mas jangan aneh-aneh, selain sama aku dan.... " Ariel menjeda kata, dia bingung melanjutkan kalimatnya. "Selain sama aku Mas nggak boleh ya pamer roti sobek Mas itu, Awas!" ancamnya posesif.
Gagah pun tergelak, hingga dia memeluk Ariel gemas dan berpesan agar hati-hati saat pergi belanja nanti.
"Hati-hati? Mas takut aku belanja lainnya dan menghabiskan uang?"
"Kamu jelas tahu maksudku, dasar gadis nakal!" ujar Gagah.
***
Akhirnya Ariel pergi ke Mall. Toko yang pertama kali dia tuju tentunya adalah toko pakaian pria. Dia memilih beberapa kemeja untuk Gagah, karena berpikir sekalian saja membelikan pakaian pria itu untuk cadangan di apartemen. Hingga saat akan mengambil sebuah kaos yang dianggap cocok dengan Gagah, tangannya tak sengaja bersingungan dengan tangan gadis lain.
Ariel menoleh dan tampak terkejut melihat siapa yang berdiri di sampingnya. Wajah gadis itu berubah malas, tentunya karena Ariel harus bertemu dengan teman kuliahnya.
Teman Ariel itu juga terkejut bertemu dengan Ariel, hingga tatapannya memindai dari ujung kaki hingga kepala. Merasa aneh karena Ariel ada di toko pakaian mahal, serta sudah memegang beberapa pakaian pria di tangan. Teman satu jurusan Ariel itu menatap hina, itu karena dia iri dengan kepopuleran Ariel di kampus, serta kecerdasan Ariel yang membuat istri siri Gagah itu banyak disukai mahasiswa lain saat di kampus.
“Wah … lihat siapa ini.” Gadis bernama Mika itu menatap hina pada Ariel.
Ariel memutar bola mata malas, seolah sangat enggan bertemu dan melihat gadis itu.
“Kamu banyak duit, ya? Sampai-sampai bisa belanja di toko mahal ini?” tanya Mika dengan nada sindiran.
“Bukan urusanmu!” ketus Ariel. Dia hendak berjalan melewati Mika, tapi sayangnya langkah dihadang cepat oleh gadis itu.
“Mau ke mana? Kok buru-buru?” tanya Mika lagi, tampaknya dia hendak mempermalukan Ariel. Mika hanya penasaran, kenapa gadis seperti Ariel bisa berada di tempat itu, belum lagi berbelanja kebutuhan pria dewasa.
“Banyak sekali belanjaan kamu. Wah … semua pakaian pria, atau jangan-jangan ….” Mika sengaja menjeda ucapannya, mengantung perkataan hingga membuat dahi Ariel berkerut halus.
“Apa maksudmu?” tanya Ariel mulai tak nyaman dengan semua pertanyaan dan sindiran temannya itu. “Mau pakaian pria atau bukan, kamu juga tidak berhak tahu. Jadi, jangan ikut campur!” ketus Ariel, lantas berjalan melewati Mika.
Namun, sebelum meninggalkan, Ariel dengan sengaja menyenggol lengan gadis itu sedikit keras. Mika pun membuang napas kasar melalui mulut karena perlakuan Ariel, dia tak menyangka jika Ariel berani bersikap angkuh dan sombong. Mika lantas menoleh, menatap punggung Ariel yang sedang berdiri di depan meja kasir. Gadis itu mendapatkan ide, kemudian mengambil ponsel dan memotret Ariel, bahkan saat gadis itu memberikan kartu kredit pada petugas kasir tak luput dari bidikannya.
“Ck … mau sombong! Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu!” Mika menyeringai, lantas dengan sengaja mengunggah foto Ariel ke group chat yang mereka miliki. Dia dengan sengaja memberi caption kalau Ariel kini menjadi wanita malam, terbukti dengan Ariel yang berbelanja banyak pakaian pria, serta menggunakan kartu kredit yang tak mungkin bisa Ariel miliki.
Sebuah fitnah yang keji, tapi begitulah cara gadis itu mempermalukan serta menjatuhkan Ariel yang selalu membuatnya iri.
"Lihat apa yang akan dipikirkan teman-teman tentangmu," gumam Mika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nila Lutfiyah
kasian si Ariel.. keras bgt hidupnya
2022-10-30
2
Idku Nursaman
perusuh
2022-10-23
2
dewi
oooo ....gak ada jaringan... mau komen tapi gagal terus... ☹️
2022-10-03
2