“Aku akan membantumu untuk mendapat hak atas rumah yang dijual Ardi dan Puti, jadi tenang saja!”
Ariel mengangguk mengiyakan ucapan Roni. Pria yang merupakan adik kedua papanya itu memang baru saja kembali ke Indonesia setelah menjadi tenaga kerja di luar negeri. Awalnya Ariel kaget saat Roni tiba-tiba saja bekerja menjadi sopir di keluarga Pradana. Namun, setelah tahu bahwa misi mereka sama, keduanya pun saling berkolaborasi untuk bisa menghancurkan klan Pradana.
Roni dulu adalah karyawan di perusahaan milik ayah Meta, tapi karena satu insiden yang sejatinya bukan kesalahannya, dia dipecat tanpa rasa hormat dan bahkan tidak diberi pesangon. Setelah itu Roni memilih mengadu nasib ke luar negeri, tapi sayang saat kembali dia malah mendapati kakak sulungnya sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis yang lagi-lagi disebabkan oleh keluarga Pradana. Sebenarnya, Roni sudah menasehati Ariel, dia tidak ingin keponakannya itu sampai berbuat hal yang tabu dan melanggar norma, tapi kegigihan hati dan keras kepalanya Ariel membuat dia tidak berkutik. Dia berpikir tidak merasakan apa yang Ariel rasakan. Roni yakin sang keponakan pasti pernah menangis sendirian meratapi kesedihan di samping pusara kedua orang tuanya, dia juga yakin Ariel dan Abil pasti pernah merasakan kelaparan karena tidak diberi makan oleh Puti yang kejam. Jadi, untuk apa dia berpura-pura sok bijaksana dan menasehati keponakannya, jika balas dendam memberi kepuasan untuk Ariel, dia berniat membiarkan.
“Aku tidak ingin selamanya bersembunyi, aku akan tunjukan siapa diriku di depan Meta Pradana sebagai wanita yang sudah merebut hati suaminya. Aku juga akan membuat dia merasakan sakitnya kehilangan meski dengan cara yang berbeda,” ujar Ariel. Wajah manisnya berubah menjadi jahat, dia bahkan mengepalkan tangan di atas paha, dendam menyelimuti hati. Ia yang dulu baik dan penuh kasih sayang, kini berubah menjadi jahat dan bahkan memiliki niatan menyakiti orang lain.
“Untuk saat ini aku masih bisa menangani Meta, dia benar-benar percaya padaku. Wanita itu juga sangat licik, dia selalu menanyakan padaku apa yang suaminya kerjakan,” kata Roni. “Kalau kamu butuh bantuan bilang saja, aku bisa membantumu menciptakan perang dunia di antara dia dan Gagah.”
Ariel mengangguk. Meski ada sedikit rasa takut di hatinya, tapi dia mencoba tak gentar. Demi kebahagiaan yang sudah terenggut darinya, demi masa depan yang sempat abu-abu, dan demi Abil yang kehilangan kasih sayang orangtua, Ariel sudah memutuskan akan menjadi seorang palakor meski usianya masih tergolong belia.
“Aku ingin menemui Abil di panti, nanti malam aku akan minta izin mas Gagah agar Abil boleh tinggal di sini,” ucap Ariel.
Semenjak menjalin hubungan dengan Gagah, dia memang menitipkan Abil ke panti milik bu Niken. Ariel beralasan dia tinggal di kos yang sangat kumuh. Belum lagi lingkungan yang tidak baik untuk anak seumuran Abil, beruntung Bu Niken tak curiga dan mengizinkan, terlebih Abil juga senang berada di sana.
_
_
“Kakak!”
Ariel disambut senyuman lebar dari bocah yang menjadi alasannya untuk tetap bertahan hidup. Abil langsung menubrukkan badan dan memeluk pinggang Ariel. Bocah itu terlihat lebih terurus, bahkan Abil sudah memakai sandal baru yang sangat lucu menggantikan sandal doraemon buluknya. Ya, sekarang Ariel bisa memberikan apa pun untuk sang adik, ini karena dia punya banyak uang, menjadi selingkuhan Gagah membuatnya hidup berkecukupan.
“Abil sudah makan belum? Atau mau kakak pesankan ayam goreng spesial?” tanya Ariel dengan wajah semringah. Ia belai lembut rambut sang adik yang terus tertawa karena bahagia bisa bertemu dengannya.
“Tidak, aku mau makan dengan teman-teman, Bu Niken membuat nugget tadi.”
Ariel mengangguk, masih dengan Abil yang bergelayut manja di pinggang mereka berjalan menuju dapur panti. Di sana beberapa pengurus sedang memasak. Ariel pun menyapa dengan ramah. Kedatangannya membuat Bu Niken senang.
“Wah … kebetulan Riel, sini bantu!” ujar wanita paruh baya itu girang. “Abil kamu main dulu sana Nak, takut ada kompor sama minyak panas di sini,” imbuh Bu Niken penuh perhatian.
Abil pun mengangguk dan berlari, bocah itu kembali membaur dengan teman-temannya yang sedang asyik bermain. Setelah memastikan apa yang sang adik kerjakan, Ariel pun menggulung lengan baju, gadis itu mengambil alih pekerjaan bu Niken menggoreng nugget.
“Gimana kuliahmu Riel? Senang jadi mahasiswa?”
“Senang Bu, apa lagi di kampus ada dosen yang ganteng,” gurau Ariel.
“Hem … carilah pacar! sudah saatnya gadis seumuranmu itu mencari pandangan-pandangan untuk masa depan, tapi cari yang bener-bener baik, mencintaimu dengan tulus dan mau menerimamu apa adanya bukan ada apanya.”
Ucapan bu Niken menimbulkan tawa dari setiap orang yang ada di dapur. Ariel hanya bisa mengangguk, dia tidak mungkin bercerita bahwa dirinya berhubungan dengan Gagah – calon walikota mereka yang sudah memiliki keluarga.
***
Malam harinya, Ariel sudah berpenampilan rapi. Ia memasak sop iga yang sangat Gagah gemari. Beberapa menit yang lalu pria itu mengirim pesan bahwa dia akan tiba sebentar lagi. Ariel menatap hidangan di meja dengan senyuman lebar, tapi seketika senyuman itu sirna saat dia sadar semua ini hanya ilusi.
“Riel, jangan berharap padanya! Ingat! jangan jatuh cinta, kamu tidak boleh mencintai dia. Semua ini hanya cara ...” Ariel bermonolog. “Cara untuk menghancurkan Meta Pradana,” imbuhnya.
Ariel masih berdiri mematung memandangi meja makan, dia sampai tak sadar Gagah sudah masuk ke apartemen dan melempar jas ke sofa. Pria itu mencari dirinya dan langsung memeluk erat dari belakang setelah menemukan.
“Astaga Mas Gagah, aku kaget!” ucap Ariel dengan nada manja. Dia bahkan memukul lengan Gagah yang bergelayut di pinggangnya.
“Melamun! Apa yang kamu pikirkan, Ha?” tanya Gagah, dia menciumi bagian belakang rambut Ariel mesra. “Aku suka bau shampomu, apa ini shampo impor yang kamu bilang itu?”
Ariel menoleh karena Gagah melepaskan kungkungan, dia pun membawa ujung rambutnya ke depan hidung untuk dicium. “Wangi ‘kan Mas?” tanyanya.
“Hem … wangi, tapi awas kalau kamu gunakan untuk menarik perhatian teman laki-lakimu di kampus,” ancam Gagah.
“Memang kenapa? Mas Gagah takut aku kecantol cowok lain?”
Ariel menggoda, tingkahnya seperti tidak dibuat-buat, hingga dia sendiri pun bingung mana bagian dirinya yang bersandiwara dan nyata. Sambil masih saling menggoda, Ariel menuangkan segelas air untuk Gagah, dia juga mengisi piring milik suaminya itu dengan nasi.
“Takut, jelas takut. Kamu masih sembilan belas tahun, umur kita terpaut jauh. Saat aku sudah tua nanti kamu masih sangat muda. Bagaimana kalau kamu berpaling?”
Ariel menggeleng, dia peluk Gagah yang sudah duduk di kursi makan dari belakang. Dagunya menyandar ke pundak pria itu lantas berbisik mesra.
“Aku milik mas Gagah, nggak akan ada pria lain selain Mas di hatiku. Mas, habis makan nanti mau nggak aku pijit atas bawah?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
MJ
Auto mikir kemana2😁😁
2023-01-24
0
Nila Lutfiyah
pijit bawah ya riel
2022-10-30
2
Puja Kesuma
pijitan atas bawa pie. biar bosa dipraktekin ke paksu
2022-10-04
2