Tubuh Ariel menegang, dia merasa seperti dihempaskan ke atas awan dan nyawanya terlepas dari raga untuk beberapa detik, setelah itu Gagah ambruk. Mereka berpelukan erat setelah percintaan panas yang menguras tenaga.
“Mas Gagah,” lirih Ariel lagi.
Gagah berguling ke samping - masih mengatur napas dan perlahan menjauhkan kelopak mata yang masih terpejam setelah pelepasan. Gagah menoleh Ariel dan tersenyum, dia memindai tubuh tanpa busana sang istri, juga melihat jelas bercak merah yang menodai sprei dan pangkal paha Ariel.
“Terima kasih untuk mahkota berharga yang kamu berikan padaku.” Gagah mengusap lembut pipi Ariel, memberikan kecupan ke kening gadis itu sebelum menggeser badan dan merengkuh sang istri siri ke dalam pelukan.
Namun, Ariel meringis. Ia merasakan nyeri di area bawah sana akibat penyatuan yang dibuat Gagah beberapa saat yang lalu. Benda asing yang baru pertama kali menyatu ke tubuhnya tadi jelas membuat ngilu. Ariel mengegeser badan sembari mendesis, dia bahkan menggigit bibir bawah dan kembali mengeluh.
“Sakit?” tanya Gagah.
“Iya Mas, rasanya nyeri dan tidak nyaman,” jawab Ariel, dia mengeluh karena baru ingat besok ada kuliah pagi
Gagah malah tersenyum, dia mengingat bagaimana gadisnya itu dulu sangat bersemangat saat tahu diterima di kampus idaman. Ariel bahkan melompat kegirangan dan memeluknya erat kala itu. Ya, Ariel berhasil melanjutkan pendidikan ke jenjang strata satu. Pada awalnya gadis itu meminjam sejumlah uang sebagai biaya pendaftaran awal ke Bu Niken, tapi akhirnya Gagah membiayai semua. Hal ini jelas masuk ke dalam rencana busuk Ariel untuk merusak rumah tangga Gagah dan Meta, dia berpura-pura lupa nomor ponselnya saat Gagah memintanya - agar bisa dengan leluasa mendekati pria itu. Dan bak mendapat durian runtuh, Ariel baru tahu kalau Gagah memang sering berselisih paham dengan Meta.
Hati Ariel gundah, dia melakukan semua ini demi balas dendam karena meyakini bahwa Gagah juga membantu istrinya untuk menutupi kecelakaan yang menewaskan orangtuanya. Namun, semakin ke sini Ariel goyah. Sentuhan, perlakuan dan tutur kata Gagah membuat hatinya sedikit luluh. Ucapan cinta dan kecupan mesra pria itu sungguh menjadi candu baginya.
“Tidak, jangan jatuh cinta padanya! Ingat Ariel semua ini hanya fatamorgana. Kamu harus fokus menghancurkan Meta Pradana termasuk semua orang terdekatnya,” gumam Ariel di dalam hati. Air matanya meleleh membasahi pipi, berharap Gagah tak menyadari tapi pria itu nyatanya sangat peka.
Gagah menjauhkan badan kebingungan, suara lembutnya membuat tangisan Ariel semakin kencang.
“Hei, baby! Kenapa? apa sakit sekali?”
Ariel mengangguk, menutupi perasaan sesungguhny dengan alasan kesakitan selepas malam pertama adalah pilihan yang menurutnya paling tepat. Gadis itu balik memeluk tubuh Gagah yang sudah kembali mendekapnya erat.
“Besok tidak usah berangkat kuliah dulu, di rumah saja, Maaf ya sudah membuatmu jadi kurang nyaman,” bisik Gagah mesra. Pria itu hampir menarik selimut, tapi berubah pikiran. Gagah bangkit dari atas ranjang. Ia kenakan kembali celana dan mengambil kaos dari dalam lemari.
“Sudah di situ saja!” Gagah mencegah Ariel yang hendak bangkit, tapi baru saja gadis itu menarik selimut, Gagah datang membawa handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air hangat.
“Biarkan aku membersihkanmu!”
Gagah tersenyum, tak lupa dia ambil piyama dan pakaian dalam Ariel lalu duduk di dekat kaki gadis itu. Ia mengusap paha Ariel yang bernoda lalu menyeka bagian inti yang dia robek tadi. Ariel meringis, dan lagi-lagi Gagah meminta maaf.
“Aku bisa memakainya sendiri Mas.” Pipi Ariel bersemu merah saat Gagah hendak membantunya berpakaian. Gadis itu bahkan memeluk erat piyamanya lalu memasang muka imut cenderung menggemaskan.
“Kenapa?” goda Gagah.
Ariel mencebik kesal, dia kesusahan mengenakan kembali bajunya lalu akhirnya mau menerima bantuan dari sang suami.
“Aku malu Mas.”
“Kenapa malu? Aku sudah melihat semuanya.” Gagah tertawa, dia acak-acak rambut Ariel gemas sebelum mendaratkan kecupan di ubun kepala gadis itu.
“Mas mau tidur di sini atau pulang?”
Pertanyaan Ariel membuat Gagah kehilangan senyum, tapi bukankah seharusnya pria itu sadar bahwa dia memiliki Meta dan juga Azka – putranya? meski tidak akur, tapi jelas Gagah masih suami sah wanita yang mungkin sudah tidak ingin dia bersamai itu.
“Aku ingin tidur di sini, aku ingin memelukmu sampai pagi. Aku tidak ingin kamu sampai berpikiran seperti yang pernah kamu katakan ke aku dulu, berada di sisiku sebagai wanita yang ditiduri lalu ditinggal pergi.”
“Mas Gagah!”
“Sudah, hari ini seharusnya kita bahagia. Jangan berpikiran yang macam-macam!” Gagah memulas senyum manis, dia belai lagi pipi Ariel. Gadis itu pun mersepon perlakuan Gagah dengan mengusap punggung tangan suaminya itu lembut, lalu mencium bagian dalamnya.
“Aku sayang mas Gagah,” ucapnya dengan senyuman manis. Setengahnya tulus, setengahnya lagi tak bisa dijelaskan karena Ariel juga tidak yakin dengan perasaannya.
_
_
Pagi harinya Gagah sengaja tak membangunkan Ariel yang masih terlelap tidur, pria itu hanya berganti baju dan langsung keluar apartemen, di depan sana Roni sudah menunggu. Asisten pribadinya itu sudah memastikan semuanya aman dan Gagah bisa pergi tanpa perlu takut ada yang memata-matai.
“Setelah mengantarku, tolong belikan Ariel obat pereda nyeri!"
Roni mengangguk, dia yakin semalam atasan dan gadis yang merupakan keponakannya itu pasti sudah melakukan hubungan layaknya suami istri.
“Ron, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?” tanya Gagah sedikit ragu, kepalanya menoleh ke arah jendela, pandangan mata pria itu menerawang jauh seolah memikirkan sesuatu yang amat berat.
“Silahkan Pak!”
“Setelah ayah dan ibu Ariel meninggal, apa benar dia mendapat perlakuan kurang baik dari paman dan bibinya. Kakakmu paman Ariel ‘kan?” Gagah kini menghadap ke depan. Ia pandangi wajah Roni meski hanya dari samping.
“Benar, tapi saya hampir tujuh tahun tidak pulang karena menjadi TKI. Jadi saya kurang tahu tentang apa yang menimpa Ariel. Saya juga tidak habis pikir, kenapa kakak kandung saya bisa berbuat sekejam itu ke keponakannya sendiri,” jawab Roni.
“Aku benar-benar mencintai keponakanmu itu,” ujar Gagah. “Tapi sebagai om, apa kamu tidak merasa aku ini brengsek? Aku pria beristri dan menjadikan keponakanmu sebagai simpanan.”
“Bagi saya kebahagiaan Ariel yang paling utama, dia juga sudah berumur sembilan belas tahun, jadi saya yakin dia sadar dan tahu mana yang baik dan buruk,” jawab Roni, dia menatap wajah Gagah lewat kaca spion tengah mobil. Merasa jawabannya mungkin saja tidak berkenan di hati sang bos, Roni pun berujar kembali, “Mendapat cinta dan perhatian dari Anda sudah cukup baginya, meski lama tidak bertemu, sedikit banyak saya tahu sifat Ariel, jadi tidak perlu menganggap diri Anda seperti itu."
“Bagaimana sifatnya?”
Roni tak menjawab. Dia menoleh ke kursi penumpang untuk memberitahu Gagah bahwa mereka sudah sampai di rumah. Gagah yang tak sadarpun mengerjap, rasa malas menyergap, meski begitu dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke rumah.
Pembantu yang menyambut Gagah terlihat gusar, dia merasa akan terjadi pertengkaran lagi hari itu, dikarenakan Meta sudah menghadang sang suami di depan anak tangga. Wajah masam wanita itu hanya disambut dengan lirikan mata sekilas dari Gagah.
“Dari mana saja baru pulang?” bentak Meta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
NurKarni
habis jebol anak perawan🤣🤣🤣
2023-01-08
1
Najwa_auliarahma
habis gagahin anak perawan 😂😂😂
2022-12-15
1
Nila Lutfiyah
kok q senang ama pelakornua ya😄
2022-10-30
2