Bab 3 : Pencitraan

“Ariel, nanti bantu menjelaskan ya kalau Pak calon walikota tanya-tanya.”

Permintaan Niken membuyarkan lamunan Ariel. Gadis itu yang masih berdiri membeku di dekat pilar. Niken berucap sambil berjalan untuk menyambut sang tamu agung. Wanita itu bukannya tidak tahu bahwa orang seperti Gagah datang ke pantinya pasti dengan maksud pencitraan.

Namun, tak mengapa. Setidaknya panti asuhan Cahaya Pertiwi akan terekspos media dan berkesempatan mendapatkan banyak donatur, begitu pikir Niken.

Gagah masih terkesima melihat Ariel, menurutnya tatapan mata gadis itu sangat sendu. Gagah masih terus mengekori langkah Ariel yang berjalan masuk, hingga Meta menyenggol lenggannya agar kembali fokus ke orang-orang yang berada di sana.

***

Setelah beramah-tamah sebentar di halaman panti, Niken pun mempersilahkan tamunya untuk berkeliling melihat-lihat panti. Dan tempat yang pertama kali Niken tunjukkan tentu saja adalah kamar yang diperuntukkan anak-anak panti usia balita, kamar sinar rembulan yang sudah dibersihkan oleh Ariel tadi.

Gadis itu pun masih terlihat di sana. Ariel menggendong seorang bayi berumur sekitar sebelas bulan sambil mengajak anak-anak yang lain bernyanyi lagu ceria.

“Dia, apa juga anak panti?” tanya Gagah saat melihat sosok Ariel. Meta yang berdiri di sampingnya pun ikut menatap ke arah Ariel. Ia tidak memiliki perasaan apa-apa dan hanya berpikir bahwa suaminya penasaran dan sedang pencitraan di depan orang-orang.

“Ah … Ariel, bukan. Dia membantu bersih-bersih saja di sini, dan seperti yang Anda lihat dia juga membantu mengajar dan mengajak bermain anak-anak,” jawab Niken.

Diam-diam, Ariel tahu bahwa rombongan calon walikota itu sudah masuk ke dalam kamar sinar rembulan, tapi dia memilih berpura-pura tidak sadar dan semakin asyik dengan para bocah-bocah itu. Ariel memang sudah biasa mengajak mereka bermain, tapi karena ada Gagah di sana dia berusaha mencari perhatian. Ariel memang berniat menjerat pria matang berusia tiga puluh lima tahun itu. Beberapa menit yang lalu Ariel yang baik hati itu memantapkan diri untuk menjadi seorang perebut laki orang.

“Ariel,” sapa Niken. Gadis yang dia panggil pun menoleh.

Ariel mendekat dengan senyuman manis, dia bahkan menyalami Meta seolah tidak menaruh dendam sama sekali. Ada rasa yang bertolak belakang di dalam hati Ariel - sedih sekaligus bahagia. Ariel menganggap takdir memihak pada rencana busuknya, karena ternyata Meta sama sekali tidak mengenalinya. Wanita itu hanya tahu korban meninggal dunia akibat kelalaiannya memiliki dua orang anak, tanpa tahu salah satunya adalah gadis yang kini tengah menyalami Gagah sambil terus menatap dalam mata suaminya. Bahkan Meta tak sadar saat Ariel mengusap punggung tangan Gagah sebelum melepaskannya.

“Dia ini gadis baik dan cerdas, tapi sayang karena ada satu dua hal Ariel belum bisa melanjutkan kuliah,” ucap Niken tanpa menjelaskan secara gamblang bahwa orangtua Ariel sudah tiada. Niken tahu kalau Ariel memang tidak suka jika penyebab dan cara meninggal orangtuanya dijadikan topik perbincangan.

“Apa kamu tidak mencoba mencari beasiswa?” Gagah buka suara, ada rasa iba di hati juga rasa aneh yang tidak bisa dia ungkapkan saat melihat Ariel.

“Sudah, tapi memang keberuntungan belum berpihak pada saya,” jawab Ariel, bahkan suara gadis itu terasa merdu di telinga Gagah yang setahun belakangan hanya mendengar suara bentakan dan tuntutan Meta yang menggebu.

Gagah mengangguk, dia lantas berkeliling melihat kondisi anak penghuni kamar itu, wartawan dan bahkan fotografer dari tim suksesnya beberapa kali mengambil foto Gagah. Dan semua itu tentu saja hanya sebagai bahan konten sosial media. Saat Gagah masih ingin mengajak bermain anak-anak penghuni kamar sinar rembulan, Meta langsung berbicara dengan cara berbisik ke telinga pria itu.

“Selesai, ayo kita pergi dari sini. Kamar ini bau.”

Meta menggosok hidung lalu tersenyum, padahal kamar itu tidak berbau apa-apa karena Ariel sudah mengganti semua sprei, mengepel lantai dengan karbol, bahkan menyemprotnya dengan pewangi.

Gagah pun menurunkan bocah yang dia pangku, dia seolah pasrah menjadi boneka setelah semua orang tahu bahwa dirinya ternyata bukanlah anak kandung Wiryawan. Mertuanya-Pradana menjadi menyepelekan, apalagi posisinya sebagai direktur utama perusahaan Wiryawan terancam direnggut oleh putri kandung pria itu. Meski masih berumur dua puluh tahun tapi tetap saja gadis itu adalah putri kandung, dan dia hanya anak angkat. Stigma ini membuat Pradana berkeras hati dan memaksanya menjadi walikota. Tak mengapa bukan putra kandung Wiryawan, dengan menjadi penguasa nantinya, semua orang pasti akan tunduk kepada Gagah.

“Silahkan diminum!" Niken mempersilahkan setelah Ariel meletakkan tiga cangkir teh ke meja tamu yang ada di kantor panti.

Ruangan itu tertutup, wartawan pun sudah tidak mengikuti mereka. Meta tanpa berlama-lama menyodorkan amplop ke Niken berisi uang. Wanita itu pun berkata, “Isinya lebih dari tiga puluh juta, jadi tolong buatlah taman atau apa di panti ini asal kelihatan bahwa kami menyumbang.”

Gagah sangat malu, dia melengos dan Niken melihat dengan jelas pria itu sangat tidak suka dengan omongan Meta. Gagah sampai membuang napas dan berdiri. Ia izin ke kamar mandi dan Ariel pun mengikuti.

“Pak maaf, bisa tunggu sebentar, tisu toilet habis, saya akan mengambilkannya dulu.” Tanpa menunggu Gagah menjawab Ariel pun berlari. Tingkah gadis itu membuat Gagah menipiskan bibir.

Tak lama Ariel pun kembali, dia memberikan tisu baru ke Gagah dan setelahnya pamit undur diri.

“Tunggu!”

Ariel menghentikan langkah kaki, dia memutar badan karena Gagah seperti mencegahnya pergi. “Apa kamu ingin kuliah, Ariel? Benar ‘kan nama kamu Ariel?” tanya Gagah

“Benar.”

“Bisakah kamu berikan nomormu? Aku akan memberikan nomormu ke temanku yang sepertinya bisa membantu,” ujar Gagah.

Otak cerdas Ariel yang saat itu sedang dibumbui kelicikan pun bereaksi. Ia tak langsung memberikan apa yang Gagah minta, gadis itu malah balik bertanya, “Apa Anda ingat nomor ponsel Anda?”

“Tentu,” jawab Gagah tanpa berpikir.

Ariel pun tersenyum, dia berjalan mendekat. Wajah yang cantik, aura yang polos, mata bening dan bulunya yang lentik membuat Gagah sebagai pria normal terpesona.

“Saya tidak ingat nomor ponsel saya sendiri, jadi bisakah Anda memberikan nomor ponsel Anda, saya akan menghubungi nanti,” ucap Ariel memelas.

Gagah bingung, jika tidak memberikannya sama saja dia berbohong dan seperti tidak bisa dipercaya, padahal dia seorang kandidat walikota. Akhirnya pria itu memberikan nomornya ke Ariel, Gagah bahkan tidak keberatan saat Ariel memintanya menuliskan nomor ponsel ke telapak tangan secara langsung menggunakan pulpennya. Gagah benar-benar tidak bisa berpikir hal lain.

“Terima kasih, Anda harapan saya Pak,” ujar Ariel. Matanya penuh optimisme dan entah kenapa Gagah seperti tersihir.

_

_

Lampu kamar temaram, aroma vanila dari diffuser membuat suasana begitu romantis dan intim.

Ariel menatap dalam mata Gagah yang sedang mengurung tubuhnya, dia belai pipi pria yang baru saja menikahinya beberapa menit yang lalu. Kenangan saat pertama kali bertemu Gagah terlukis kembali bagai sebuah rekaman yang berputar di otak.

Ariel membelai pipi Gagah, dia sendiri bingung bagaimana perasaan yang dia miliki untuk pria itu. Ia hanya bisa memejamkan mata saat Gagah mencium bibirnya.

Mereka memang sudah biasa melakukan ini, berciuman dan bahkan terkadang Gagah menghisap puncak dada Ariel dari balik kaos yang dikenakan gadis itu. Namun, untuk sesuatu yang kini sedang berkedut di bawah sana, Ariel benar-benar tidak mau memberikannya sampai Gagah menikahinya meski hanya secara agama seperti ini.

“Aku tidak akan memakai pengaman, jadi haruskah aku mengeluarkannya di luar?”

Terpopuler

Comments

Najwa_auliarahma

Najwa_auliarahma

luar dalam okeh, yang penting keluar 😂

2022-12-15

0

🍌 ᷢ ͩ🌤️

🍌 ᷢ ͩ🌤️

pinter bener sih km Riel..
klo km kasih nomermu, pasti km gak ada akses kn buat hubungi Gagah?! 😅

2022-10-13

1

Rasyha Nailu R

Rasyha Nailu R

keluar di dalam aja hangat rasa y🙊🙊🙊🙊🤭🤭

2022-09-27

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Om Gagah
2 Bab 2 : Hidup Berubah
3 Bab 3 : Pencitraan
4 Bab 4 : Ujaran Kenikmatan
5 Bab 5 : Dari Mana?
6 Bab 6 : Simpanan
7 Bab 7 : Pandangan Masa Depan
8 Bab 8 : Wanita Malam?
9 Bab 9 : Sudah Menikah
10 Bab 10 : Tatapan Aneh
11 Bab 11 : Rencana Cemerlang
12 Bab 12 : Pertengkaran
13 Bab 13 : Dibully
14 Bab 14 : Meta Curiga
15 Bab 15 : Bermesraan Kembali
16 Bab 16 : Foto Punggung
17 Bab 17 : Menghajar Pelakor
18 Bab 18 : Bagaimana Melawan?
19 Bab 19 : Ego Yang Besar
20 Bab 20 : Akan Kurebut
21 Bab 21 : Lebam
22 Bab 22 : Membeli Kesombongan
23 Bab 23 : Kangen
24 Bab 24 : Setengah-Setengah
25 Bab 25 : Gadis Jujur
26 Bab 26 : Berubah Menjadi Berani
27 Bab 27 : Racun
28 Bab 28 : Tikus Putih
29 Bab 29 : Hasil Uji Coba
30 Bab 30 : Semakin Menjerat
31 Bab 31 : Menutupinya Dari Papa
32 Bab 32 : Menginginkan
33 Bab 33 : Memberontak
34 Bab 34 : Niatan Bercerai
35 Bab 35 : Talak
36 Bab 36 : Simpanan
37 Bab 37 : Gosip
38 Bab 38 : Marah
39 Bab 39 : Obat
40 Bab 40 : Gombal
41 Bab 41 : Tiga Kali Sehari
42 Bab 42 : Mata-Mata
43 Bab 43 : Dipecat
44 Bab 44 : Tentukan Pilihanmu
45 Bab 45 : Menjaga Nama Baik
46 Bab 46 : Status
47 Bab 47 : Takut Menambah Beban
48 Bab 48 : Dibawa Ke Suatu Tempat
49 Bab 49 : Mengangkat Sebagai Anak
50 Bab 50 : Berani Mengakui
51 Bab 51 : Mertua Vs Mantu
52 Bab 52 : Keputusan Pisah
53 Bab 53 : Jujur ke Bu Niken
54 Bab 54 : Meta Hilang Kendali
55 Bab 55 : Luka
56 Bab 56 : Gosip Perselingkuhan
57 Bab 57 : Klarifikasi
58 Bab 58 : Gugatan Cerai
59 Bab 59 : (Bukan) Anak Kandung
60 Bab 60 : Jatuh Cinta
61 Bab 61 : Tujuan Sebenarnya
62 Bab 62 : Menanyakannya Ke Puti
63 Bab 63 : Hamil
64 Bab 64 : Jujur
65 Bab 65 : Tutupi Saja Hal Itu
66 Bab 66 : Mual
67 Bab 67 : Menceritakan ke Claudia
68 Bab 68 : Tak Percaya
69 Bab 69 : Siap Menerima
70 Bab 70 : Ditinggalkan
71 Bab 71 : Meratap Sendiri
72 Bab 72 : Menyalahkan Diri
73 Bab 73 : Ingin Pergi
74 Bab 74 : Pergi
75 Bab 75 : Yang Terbaik
76 Bab 76 : Meski Menyembunyikan
77 Bab 77 : Mencari Ariel
78 Bab 78 : Dikejar Preman
79 Bab 79 : Menemukan Ariel
80 Bab 80 : Mengurus Homestay
81 Bab 81 : Pria Baik Hati
82 Bab 82 : Mikurame
83 Bab 83 : Pertanyaan Rehan
84 Bab 84 : Roni Ingkar Janji
85 Bab 85 : Dihujat Ibu-ibu
86 Bab 86 : Tawaran
87 Bab 87 : Jangan Pergi Lagi!
88 Bab 88 : Menikah Pura-pura
89 Bab 89 : Alasan
90 Bab 90 : Percaya Padaku!
91 Bab 91 : Periksa Kandungan
92 Bab 92 : Sudah Gila
93 Bab 93 : Rehan - Arumi
94 Bab 94 : Maksud Mas?
95 Bab 95 : Dengarkan Aku!
96 Bab 96 : Siapa Dia?
97 Bab 97 : Dia Benar Istriku
98 Bab 98 : Patah Hati
99 Bab 99 : Kebohongan Lagi
100 Bab 100 : Gila
101 Bab 101 : Melampiaskan Pada Anak
102 Bab 102 : Tersungkur
103 Bab 103 : Nyawa Ariel Terancam
104 Bab 104 : Kehilangan
105 Bab 105 : Menuntut
106 Bab 106 : Mengakui Semuanya
107 Bab 107 : Apa Aku Benar?
108 Bab 108 : Sudah Membaik
109 Bab 109 : Sisa Waktu
110 Bab 110 : Terima Kasih (TAMAT)
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1 : Om Gagah
2
Bab 2 : Hidup Berubah
3
Bab 3 : Pencitraan
4
Bab 4 : Ujaran Kenikmatan
5
Bab 5 : Dari Mana?
6
Bab 6 : Simpanan
7
Bab 7 : Pandangan Masa Depan
8
Bab 8 : Wanita Malam?
9
Bab 9 : Sudah Menikah
10
Bab 10 : Tatapan Aneh
11
Bab 11 : Rencana Cemerlang
12
Bab 12 : Pertengkaran
13
Bab 13 : Dibully
14
Bab 14 : Meta Curiga
15
Bab 15 : Bermesraan Kembali
16
Bab 16 : Foto Punggung
17
Bab 17 : Menghajar Pelakor
18
Bab 18 : Bagaimana Melawan?
19
Bab 19 : Ego Yang Besar
20
Bab 20 : Akan Kurebut
21
Bab 21 : Lebam
22
Bab 22 : Membeli Kesombongan
23
Bab 23 : Kangen
24
Bab 24 : Setengah-Setengah
25
Bab 25 : Gadis Jujur
26
Bab 26 : Berubah Menjadi Berani
27
Bab 27 : Racun
28
Bab 28 : Tikus Putih
29
Bab 29 : Hasil Uji Coba
30
Bab 30 : Semakin Menjerat
31
Bab 31 : Menutupinya Dari Papa
32
Bab 32 : Menginginkan
33
Bab 33 : Memberontak
34
Bab 34 : Niatan Bercerai
35
Bab 35 : Talak
36
Bab 36 : Simpanan
37
Bab 37 : Gosip
38
Bab 38 : Marah
39
Bab 39 : Obat
40
Bab 40 : Gombal
41
Bab 41 : Tiga Kali Sehari
42
Bab 42 : Mata-Mata
43
Bab 43 : Dipecat
44
Bab 44 : Tentukan Pilihanmu
45
Bab 45 : Menjaga Nama Baik
46
Bab 46 : Status
47
Bab 47 : Takut Menambah Beban
48
Bab 48 : Dibawa Ke Suatu Tempat
49
Bab 49 : Mengangkat Sebagai Anak
50
Bab 50 : Berani Mengakui
51
Bab 51 : Mertua Vs Mantu
52
Bab 52 : Keputusan Pisah
53
Bab 53 : Jujur ke Bu Niken
54
Bab 54 : Meta Hilang Kendali
55
Bab 55 : Luka
56
Bab 56 : Gosip Perselingkuhan
57
Bab 57 : Klarifikasi
58
Bab 58 : Gugatan Cerai
59
Bab 59 : (Bukan) Anak Kandung
60
Bab 60 : Jatuh Cinta
61
Bab 61 : Tujuan Sebenarnya
62
Bab 62 : Menanyakannya Ke Puti
63
Bab 63 : Hamil
64
Bab 64 : Jujur
65
Bab 65 : Tutupi Saja Hal Itu
66
Bab 66 : Mual
67
Bab 67 : Menceritakan ke Claudia
68
Bab 68 : Tak Percaya
69
Bab 69 : Siap Menerima
70
Bab 70 : Ditinggalkan
71
Bab 71 : Meratap Sendiri
72
Bab 72 : Menyalahkan Diri
73
Bab 73 : Ingin Pergi
74
Bab 74 : Pergi
75
Bab 75 : Yang Terbaik
76
Bab 76 : Meski Menyembunyikan
77
Bab 77 : Mencari Ariel
78
Bab 78 : Dikejar Preman
79
Bab 79 : Menemukan Ariel
80
Bab 80 : Mengurus Homestay
81
Bab 81 : Pria Baik Hati
82
Bab 82 : Mikurame
83
Bab 83 : Pertanyaan Rehan
84
Bab 84 : Roni Ingkar Janji
85
Bab 85 : Dihujat Ibu-ibu
86
Bab 86 : Tawaran
87
Bab 87 : Jangan Pergi Lagi!
88
Bab 88 : Menikah Pura-pura
89
Bab 89 : Alasan
90
Bab 90 : Percaya Padaku!
91
Bab 91 : Periksa Kandungan
92
Bab 92 : Sudah Gila
93
Bab 93 : Rehan - Arumi
94
Bab 94 : Maksud Mas?
95
Bab 95 : Dengarkan Aku!
96
Bab 96 : Siapa Dia?
97
Bab 97 : Dia Benar Istriku
98
Bab 98 : Patah Hati
99
Bab 99 : Kebohongan Lagi
100
Bab 100 : Gila
101
Bab 101 : Melampiaskan Pada Anak
102
Bab 102 : Tersungkur
103
Bab 103 : Nyawa Ariel Terancam
104
Bab 104 : Kehilangan
105
Bab 105 : Menuntut
106
Bab 106 : Mengakui Semuanya
107
Bab 107 : Apa Aku Benar?
108
Bab 108 : Sudah Membaik
109
Bab 109 : Sisa Waktu
110
Bab 110 : Terima Kasih (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!