Bab 2 : Hidup Berubah

Enam bulan yang lalu

“Jangan bengong! Cepetan! Kalau sampai kue pesanan itu tidak tepat waktu ke yang pesan, kita bisa dicap jelek dan kehilangan pelanggan.”

Ariel yang matanya fokus ke televisi harus dibuat kaget dengan bentakan sang bibi, sejak jam tiga pagi gadis itu membantu bibinya membuat kue. Puti – melirik tajam sang keponakan, dia melempar serbet ke arah Ariel lalu mematikan televisi.

“Sudah! kerjakan jangan jelalatan nonton acara gosip.”

Ariel menunduk, dia baru saja melihat berita tentang salah satu kandidat wali kota mereka. Gagah Wiryawan namanya, pengusaha muda yang entah ada angin apa berbelok terjun ke kancah politik.

Namun, bukan sosok pria itu yang sebenarnya mencuri perhatian Ariel, melainkan wanita yang terus berada di samping Gagah. Wanita yang membuat hidup Ariel menjadi sengsara seperti sekarang ini. Meta Pradana. Ya, wanita itu lalai saat berkendara dan menyebabkan kecelakaan yang menewaskan orangtua Ariel enam bulan yang lalu.

Ariel masih tekun memasukkan potongan bolu gulung ke dalam wadah dan menatanya, dia seolah menulikan telinga saat Puti berteriak membangunkan Sania, anaknya. Namun, teriakan Puti juga ikut mengganggu Abil – adik Ariel yang masih berumur empat tahun.

“Kakak!"

Abil merengek. Ariel dengan kondisi tubuh yang lelah karena bangun pagi memilih memangku sang adik. Berat memang untuknya kehilangan orangtua di umur delapan belas tahun, tapi lebih berat bagi Abil, adik angkatnya yang sudah diasuh orangtuanya sejak bayi. Kini, Ariel menjadi sosok orangtua tunggal untuk Abil.

Menahan nyeri di dada sudah biasa Ariel lakukan, perlakuan bibinya selalu kasar dan seperti setengah hati merawat mereka. Padahal rumah peninggalan orangtuanya sudah Puti jual, tapi untuk meminta haknya saja, bibinya itu tak memberikan. Jangankan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi, menyekolahkan Abil ke PAUD saja Puti tidak berkenan.

Dengan masih memangku Abil, Ariel melakukan pekerjaannya lagi, setidaknya dia akan mendapat upah dua puluh ribu dari Puti yang bisa dia tabung.

Mencoba membuat Abil tak mendengarkan amukan sang bibi, Ariel mengajak adiknya itu berbicara, Puti memang sering marah-marah setelah suaminya terkena PHK. Apa lagi Sania- putri tunggalnya sangat pemalas. Sudah dua kali juga gadis itu gagal ikut ujian masuk perguruan tinggi.

“Kan sudah ada Ariel,” gerutu Sania saat Puti menariknya duduk untuk ikut membantu.

“Dia itu lelet, sudah biasa jadi anak emas, sekarang jadi yatim piatu kaget dia.”

Sungguh kejam ucapan Puti. Bahkan Abil yang masih polos pun terkena bentakan saat memperhatikan tingkahnya yang mengamuk pagi-pagi buta.

“Eh …. Jangan asal dimakan! itu masih bisa dijual ke tetangga,” cegah Puti saat Ariel ingin memberikan tepian kue bolu untuk Abil.

“Nanti kakak belikan ya,” bisik Ariel lalu mendaratkan ciuman ke pipi Abil yang masih berada di pangkuan, Bocah itu mengangguk seolah mengerti kondisi mereka.

Hati Ariel semakin merasa bersalah, Abil diangkat anak oleh ayah dan ibunya karena tak tega melihat kondisi bocah itu saat bayi, tapi sekarang bagi Ariel kondisi Abil malah lebih menderita, bahkan untuk membeli jajanpun dia terkadang tidak bisa menuruti.

“Heh … kamu beneran, jadi tukang bersih-bersih di panti Bu Niken?” tanya Sania.

“Jadi,” jawab Ariel singkat, dia tidak mau dibentak Puti lagi.

“Dibayar berapa? Udah deh nggak usah ngimpi bisa kuliah, mau ngumpulin duit sampai rambut kamu beruban juga kagak bakal bisa kuliah.” Sania tertawa, entah kenapa rasanya dia bahagia melihat sang sepupu menderita.

Ariel memilih diam, dia tidak mau mendengarkan kalimat negatif yang hanya membuatnya semakin berkecil hati dan tak bersemangat menjalani hidup.

_

_

Setelah membantu Puti dan mandi, Ariel pergi ke panti asuhan milik wanita yang dia panggil Bu Niken. Wanita itu adalah teman baik almarhum Ibunya.

Awalnya Bu Niken tidak mengizinkan Ariel bekerja di sana, tapi gadis itu memohon dengan alasan ingin mengumpulkan uang demi biaya sekolah Abil dan kuliah.

“Abil main dulu ya! main baik-baik sama yang lain. Kakak bersih-bersih dulu,” pesan Ariel ke sang adik. Bocah itu pun mengangguk lantas berlari dengan sandal doraemonnya yang sudah buluk dan hampir putus.

“Riel, kamu bersihkan kamar sinar rembulan dulu ya,” ucap bu Niken menyebutkan nama kamar khusus untuk anak panti yang berusia balita.

“Soalnya pak calon walikota mau kunjungan, itu lho Pak Gagah.” Niken tersenyum lebar, tentu saja dia semringah karena wanita itu bagian dari ibu-ibu yang sangat menggilai Pak calon wali kota.

Ariel tersenyum dan mengangguk, meski setelah Niken pergi wajahnya berubah murung. Ia tahu pasti Gagah akan datang bersama Meta. Wanita yang bahkan tidak mengucapkan belasungkawa dan datang ke pemakaman orangtuanya.

***

“Kamu itu bisa senyum dikit nggak sih Mas.”

Meta menyenggol lengan sang suami. Perdebatan mereka itu disaksikan oleh sang sopir pribadi. Namun, karena sudah lama mengabdi di keluarga Pradana, sang sopir pun memilih diam, dia tahu bagaimana sifat anak majikannya sejak remaja.

Gagah, sejatinya tidak ingin terjun ke dunia politik, tapi karena beberapa alasan dia terpaksa melakukan itu. Menjadikannya seorang penguasa adalah ambisi mertua dan keluarganya termasuk Meta.

“Ingat Mas, kalau mas terpilih. Mas akan lebih mudah membangun bisnis, orang-orang yang tidak membutuhkan Mas jadi membutuhkan,” ujar Meta. “Mas Gagah harus membangun image yang baik agar jalan menuju kursi wali kota semakin terbuka lebar,” imbuhnya.

“Lalu, apa karena agar mempermudah jalanku? sampai kamu dan papa menutupi peristiwa kecelakan yang menewaskan pasangan suami istri itu dari publik?” sergah Gagah. “Kamu bahkan tidak memberitahuku siapa korban itu dan menutup semua aksesku untuk mencari tahu.”

“Untuk apa Mas mencari tahu?” Meta kikuk juga, dia memalingkan muka, karena malas meladeni perdebatan yang akan mengungkit rasa bersalah dan ketakutannya ini.

“Apa kamu tidak berpikir andai mereka punya anak dan keluarga? Bagaimana nasib mereka?” tanya Gagah lagi.

“Aku sudah memberikan kompensasi, aku kan sudah bilang berkali-kali, lagi pula itu sudah enam bulan yang lalu. Mereka tahu namaku, aku mengirim uang kok.” Meta tak mau kalah, dia memang tidak pernah menunjukkan sedikit pun penyesalan.

Beberapa menit kemudian, akhirnya pasangan suami istri itu berhenti berdebat. Mereka sadar mobil yang mereka tumpangi hampir memasuki halaman panti asuhan ‘Cahaya Pertiwi’.

Meta langsung memasang wajah riang, dia tahu beberapa wartawan sudah menunggu suaminya di sana.

Gagah pun turun, dia membenarkan lengan kemeja dan tersenyum menyapa, di luar panti ternyata banyak warga yang datang hanya untuk mengambil gambarnya. Saat Gagah melambaikan tangan sambil menatap ke segala penjuru, tanpa sengaja tatapannya bersirobok dengan seorang gadis yang sedang berdiri di dekat sebuah pilar dengan memegang sapu.

Ariel mengerjab, untuk beberapa saat dunianya seperti berhenti. Riuh suara di sekitarnya seketika hilang berganti dengan sebuah bisikan -

“Ariel, rusak rumah tangga Meta Pradana."

Terpopuler

Comments

Najwa_auliarahma

Najwa_auliarahma

kamu ya na yang bisikin ke Ariel 😂😂😂

2022-12-15

0

Idku Nursaman

Idku Nursaman

aq dukung ariel... sebel ma orng sombong..

2022-10-22

2

ᵐˢⁱʰ𝐌𝐄n𝐘andang𝐋ab𝐄ʟ𝐍o𝐍a

ᵐˢⁱʰ𝐌𝐄n𝐘andang𝐋ab𝐄ʟ𝐍o𝐍a

ehh ayok ngaku..
siapa itu yg bisikin Ariel? 😂

2022-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Om Gagah
2 Bab 2 : Hidup Berubah
3 Bab 3 : Pencitraan
4 Bab 4 : Ujaran Kenikmatan
5 Bab 5 : Dari Mana?
6 Bab 6 : Simpanan
7 Bab 7 : Pandangan Masa Depan
8 Bab 8 : Wanita Malam?
9 Bab 9 : Sudah Menikah
10 Bab 10 : Tatapan Aneh
11 Bab 11 : Rencana Cemerlang
12 Bab 12 : Pertengkaran
13 Bab 13 : Dibully
14 Bab 14 : Meta Curiga
15 Bab 15 : Bermesraan Kembali
16 Bab 16 : Foto Punggung
17 Bab 17 : Menghajar Pelakor
18 Bab 18 : Bagaimana Melawan?
19 Bab 19 : Ego Yang Besar
20 Bab 20 : Akan Kurebut
21 Bab 21 : Lebam
22 Bab 22 : Membeli Kesombongan
23 Bab 23 : Kangen
24 Bab 24 : Setengah-Setengah
25 Bab 25 : Gadis Jujur
26 Bab 26 : Berubah Menjadi Berani
27 Bab 27 : Racun
28 Bab 28 : Tikus Putih
29 Bab 29 : Hasil Uji Coba
30 Bab 30 : Semakin Menjerat
31 Bab 31 : Menutupinya Dari Papa
32 Bab 32 : Menginginkan
33 Bab 33 : Memberontak
34 Bab 34 : Niatan Bercerai
35 Bab 35 : Talak
36 Bab 36 : Simpanan
37 Bab 37 : Gosip
38 Bab 38 : Marah
39 Bab 39 : Obat
40 Bab 40 : Gombal
41 Bab 41 : Tiga Kali Sehari
42 Bab 42 : Mata-Mata
43 Bab 43 : Dipecat
44 Bab 44 : Tentukan Pilihanmu
45 Bab 45 : Menjaga Nama Baik
46 Bab 46 : Status
47 Bab 47 : Takut Menambah Beban
48 Bab 48 : Dibawa Ke Suatu Tempat
49 Bab 49 : Mengangkat Sebagai Anak
50 Bab 50 : Berani Mengakui
51 Bab 51 : Mertua Vs Mantu
52 Bab 52 : Keputusan Pisah
53 Bab 53 : Jujur ke Bu Niken
54 Bab 54 : Meta Hilang Kendali
55 Bab 55 : Luka
56 Bab 56 : Gosip Perselingkuhan
57 Bab 57 : Klarifikasi
58 Bab 58 : Gugatan Cerai
59 Bab 59 : (Bukan) Anak Kandung
60 Bab 60 : Jatuh Cinta
61 Bab 61 : Tujuan Sebenarnya
62 Bab 62 : Menanyakannya Ke Puti
63 Bab 63 : Hamil
64 Bab 64 : Jujur
65 Bab 65 : Tutupi Saja Hal Itu
66 Bab 66 : Mual
67 Bab 67 : Menceritakan ke Claudia
68 Bab 68 : Tak Percaya
69 Bab 69 : Siap Menerima
70 Bab 70 : Ditinggalkan
71 Bab 71 : Meratap Sendiri
72 Bab 72 : Menyalahkan Diri
73 Bab 73 : Ingin Pergi
74 Bab 74 : Pergi
75 Bab 75 : Yang Terbaik
76 Bab 76 : Meski Menyembunyikan
77 Bab 77 : Mencari Ariel
78 Bab 78 : Dikejar Preman
79 Bab 79 : Menemukan Ariel
80 Bab 80 : Mengurus Homestay
81 Bab 81 : Pria Baik Hati
82 Bab 82 : Mikurame
83 Bab 83 : Pertanyaan Rehan
84 Bab 84 : Roni Ingkar Janji
85 Bab 85 : Dihujat Ibu-ibu
86 Bab 86 : Tawaran
87 Bab 87 : Jangan Pergi Lagi!
88 Bab 88 : Menikah Pura-pura
89 Bab 89 : Alasan
90 Bab 90 : Percaya Padaku!
91 Bab 91 : Periksa Kandungan
92 Bab 92 : Sudah Gila
93 Bab 93 : Rehan - Arumi
94 Bab 94 : Maksud Mas?
95 Bab 95 : Dengarkan Aku!
96 Bab 96 : Siapa Dia?
97 Bab 97 : Dia Benar Istriku
98 Bab 98 : Patah Hati
99 Bab 99 : Kebohongan Lagi
100 Bab 100 : Gila
101 Bab 101 : Melampiaskan Pada Anak
102 Bab 102 : Tersungkur
103 Bab 103 : Nyawa Ariel Terancam
104 Bab 104 : Kehilangan
105 Bab 105 : Menuntut
106 Bab 106 : Mengakui Semuanya
107 Bab 107 : Apa Aku Benar?
108 Bab 108 : Sudah Membaik
109 Bab 109 : Sisa Waktu
110 Bab 110 : Terima Kasih (TAMAT)
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1 : Om Gagah
2
Bab 2 : Hidup Berubah
3
Bab 3 : Pencitraan
4
Bab 4 : Ujaran Kenikmatan
5
Bab 5 : Dari Mana?
6
Bab 6 : Simpanan
7
Bab 7 : Pandangan Masa Depan
8
Bab 8 : Wanita Malam?
9
Bab 9 : Sudah Menikah
10
Bab 10 : Tatapan Aneh
11
Bab 11 : Rencana Cemerlang
12
Bab 12 : Pertengkaran
13
Bab 13 : Dibully
14
Bab 14 : Meta Curiga
15
Bab 15 : Bermesraan Kembali
16
Bab 16 : Foto Punggung
17
Bab 17 : Menghajar Pelakor
18
Bab 18 : Bagaimana Melawan?
19
Bab 19 : Ego Yang Besar
20
Bab 20 : Akan Kurebut
21
Bab 21 : Lebam
22
Bab 22 : Membeli Kesombongan
23
Bab 23 : Kangen
24
Bab 24 : Setengah-Setengah
25
Bab 25 : Gadis Jujur
26
Bab 26 : Berubah Menjadi Berani
27
Bab 27 : Racun
28
Bab 28 : Tikus Putih
29
Bab 29 : Hasil Uji Coba
30
Bab 30 : Semakin Menjerat
31
Bab 31 : Menutupinya Dari Papa
32
Bab 32 : Menginginkan
33
Bab 33 : Memberontak
34
Bab 34 : Niatan Bercerai
35
Bab 35 : Talak
36
Bab 36 : Simpanan
37
Bab 37 : Gosip
38
Bab 38 : Marah
39
Bab 39 : Obat
40
Bab 40 : Gombal
41
Bab 41 : Tiga Kali Sehari
42
Bab 42 : Mata-Mata
43
Bab 43 : Dipecat
44
Bab 44 : Tentukan Pilihanmu
45
Bab 45 : Menjaga Nama Baik
46
Bab 46 : Status
47
Bab 47 : Takut Menambah Beban
48
Bab 48 : Dibawa Ke Suatu Tempat
49
Bab 49 : Mengangkat Sebagai Anak
50
Bab 50 : Berani Mengakui
51
Bab 51 : Mertua Vs Mantu
52
Bab 52 : Keputusan Pisah
53
Bab 53 : Jujur ke Bu Niken
54
Bab 54 : Meta Hilang Kendali
55
Bab 55 : Luka
56
Bab 56 : Gosip Perselingkuhan
57
Bab 57 : Klarifikasi
58
Bab 58 : Gugatan Cerai
59
Bab 59 : (Bukan) Anak Kandung
60
Bab 60 : Jatuh Cinta
61
Bab 61 : Tujuan Sebenarnya
62
Bab 62 : Menanyakannya Ke Puti
63
Bab 63 : Hamil
64
Bab 64 : Jujur
65
Bab 65 : Tutupi Saja Hal Itu
66
Bab 66 : Mual
67
Bab 67 : Menceritakan ke Claudia
68
Bab 68 : Tak Percaya
69
Bab 69 : Siap Menerima
70
Bab 70 : Ditinggalkan
71
Bab 71 : Meratap Sendiri
72
Bab 72 : Menyalahkan Diri
73
Bab 73 : Ingin Pergi
74
Bab 74 : Pergi
75
Bab 75 : Yang Terbaik
76
Bab 76 : Meski Menyembunyikan
77
Bab 77 : Mencari Ariel
78
Bab 78 : Dikejar Preman
79
Bab 79 : Menemukan Ariel
80
Bab 80 : Mengurus Homestay
81
Bab 81 : Pria Baik Hati
82
Bab 82 : Mikurame
83
Bab 83 : Pertanyaan Rehan
84
Bab 84 : Roni Ingkar Janji
85
Bab 85 : Dihujat Ibu-ibu
86
Bab 86 : Tawaran
87
Bab 87 : Jangan Pergi Lagi!
88
Bab 88 : Menikah Pura-pura
89
Bab 89 : Alasan
90
Bab 90 : Percaya Padaku!
91
Bab 91 : Periksa Kandungan
92
Bab 92 : Sudah Gila
93
Bab 93 : Rehan - Arumi
94
Bab 94 : Maksud Mas?
95
Bab 95 : Dengarkan Aku!
96
Bab 96 : Siapa Dia?
97
Bab 97 : Dia Benar Istriku
98
Bab 98 : Patah Hati
99
Bab 99 : Kebohongan Lagi
100
Bab 100 : Gila
101
Bab 101 : Melampiaskan Pada Anak
102
Bab 102 : Tersungkur
103
Bab 103 : Nyawa Ariel Terancam
104
Bab 104 : Kehilangan
105
Bab 105 : Menuntut
106
Bab 106 : Mengakui Semuanya
107
Bab 107 : Apa Aku Benar?
108
Bab 108 : Sudah Membaik
109
Bab 109 : Sisa Waktu
110
Bab 110 : Terima Kasih (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!