Adhara tersenyum kikuk, “Apa maksudmu?”
“Aku pikir ada sesuatu yang berbeda dari kamu. Terutama persoalan bayangan bintang jatuh itu yang hilang saat aku bertemu kamu,” Spica menatap Adhara dengan tatapan menyelidik.
“Orang memang bisa mudah berubah.”
Ia tak bisa menceritakan sesuatu yang tak masuk akal pada Spica.
Apa yang harus dia katakan? Dia mati karena terkena listrik setelah membaca novel sampah berjudul ‘Keajaiban Cinta Capella’. Lalu, ia bangun dan harus menjadi pemeran pembantu dalam novel tersebut.
Adhara bisa membayangkan tentang pengasingan nantinya. Bukan Spica yang nantinya diasingkan, tetapi dia. Label gila akan menyertainya, jika ia bercerita yang sebenarnya.
Mata Spica masih memandangnya dengan tak yakin.
“Baiklah. Aku beberapa hari yang lalu bermimpi," Adhara memutuskan untuk menceritakan yang sebenarnya, namun dengan makna yang mengambang.
“Mimpi?”
Adhara berwajah rubah, “Sama sepertimu. Aku mengetahui sebuah kenyataan, Negeri Bintang akan menjadi bintang jatuh nantinya.”
Ia tak berbohong tentang ini. Hanya saja ia mengatakannya secara samar.
Bukankah aneh, jika dia mengatakan bahwa dirinya mengetahui semua itu dari sebuah novel sampah berjudul "Keajaiban Cinta Capella". Karya penulis yang bahkan ia tak ingat namanya.
“Aku sekarang mencoba menyelidiki orang-orang yang aku ketahui terlibat dalam mimpiku. Apa kau ingat sesuatu tentang bayangan bintang jatuh?”
“Seorang gadis," jawaban Spica tentu saja tak membuat Adhara terkejut.
Adhara hanya mengangguk-angguk tak jelas. Ia sudah dapat memahami bahwa kemampuan supernatural Spica bukan sekadar hoax.
Dalam novel ini, pusat masalah ialah tokoh utama.
“Yang kau cari ini seorang gadis?” tanya Spica penasaran.
“Bukan, tetapi Sargas.”
“Sargas Auriga?” Spica menatap Adhara dengan heran.
“Bukan hanya Sargas. Anak angkat dari salah satu pengawal di istana.”
Sargas tidak memiliki nama bangsawan. Sargas hanyalah seorang pria sederhana yang nantinya menjadi pengawal untuk menggantikan ayah angkatnya.
Spica menatap Adhara dengan kesal, “Aku tahu. Sargas yang itu, sekarang sudah menjadi Sargas Auriga. Dia diangkat menjadi salah satu dewan pengadilan tinggi bersama tuan Rigel kemarin.”
Dagu Adhara terjatuh.
“Kenapa dia bisa diangkat menjadi dewan pengadilan tinggi?”
“Kau ini amnesia atau apa. Tentu saja karena dia menjadi anak angkat keluarga Auriga.”
Melihat wajah Adhara yang bingung, Spica dengan sabar menjelaskan, “Tuan Auriga itu penasihat kekaisaran Negeri Bintang. Tuan Auriga mengangkatnya menjadi anak karena Sargas menyelamatkannya dari kecelakaan.”
Mengapa bisa Sargas mencuri momen heroik itu?
Apa karena halo karakter utama laki-laki, jadi keberuntungan akan selalu menyertainya.
Sekarang posisi Sargas semakin kuat dan jika Sargas menjadi bangsawan, berarti kediamannya dekat dengan kediaman Perdana Mentari. Waktu bertemu Sargas dengan Capella menjadi sering, dan cinta mereka akan semakin dalam.
Si*lan!
Nasib buruknya mungkin mengubah alur cerita ini. Bayangan kematian konyol menghantuinya.
Aku tak mau mati, teriak Adhara dalam hati.
Kepala Adhara mendadak pusing.
“Ayo pulang.”
Adhara melangkahkan kakinya dengan lesu.
Sekarang dia harus berbuat apa? Alur di novel ini sudah melenceng jauh dari novel aslinya.
Satu-satunya peluang adalah acara penobatan Pangeran Keempat menjadi kaisar beberapa hari lagi.
“Jadi bagaimana dengan Sargas?”
Jangan menyebut nama itu lagi bocah bau.
“Misi menyelidiki Sargas dibatalkan. Aku harus mencari cara lain, yaitu langsung pada gadis penyebab bintang jatuh.”
“Kau tahu siapa gadis itu?”
Adhara berjalan berdampingan dengan Spica, “Mungkin saja adikku, Capella.”
Pelan-pelan. Ia tak boleh membuat Spica mencurigainya tetapi ia memerlukan Spica untuk melihat kilatan masa depan. Jika masa depan berubah, Spica mungkin saja bisa melihat itu. Meskipun dalam bentuk bayangan-bayangan buram.
Spica mengangguk-angguk, tetapi wajahnya nampak tak yakin. Sebab, ia merasa gadis yang ia lihat dalam bayangan masa depannya itu bukanlah Capella.
***
Penobatan Pangeran Keempat sebagai kaisar selanjutnya di Negeri Bintang, membuat kesibukan di istana. Dampaknya, Adhara belum pernah bertemu dengan Perdana Menteri selama ia berada di dunia ini.
Sekarang Adhara bahkan tak tahu bagaimana ‘ayahnya’ di dunia ini. Apa sama saja dengan ayah kandungnya? Adhara berpikir miris.
Penobatan ini menjadi istimewa karena bersamaan dengan pemilihan pendamping Pangeran Keempat. Pada usianya yang ke 20 tahun, Pangeran Keempat akan naik tahta menjadi kaisar, juga memilih permaisurinya.
Para bangsawan memastikan putri-putri mereka untuk tampil memukau agar menarik perhatian kaisar. Setidaknya jika tak bisa menjadi permaisuri, beberapa di antara para putri bangsawan akan menjadi selir kaisar.
Benar-benar serakah, dengus Adhara dalam hati.
Tidak terkecuali dengan putri Perdana Menteri. Capella dan Adhara didandani sedemikian rupa oleh para pelayan. Namun yang sejak tadi memicu keributan adalah Adhara. Ia sering bersin saat pelayan mengoleskan bermacam-macam riasan di wajahnya.
Ia meminta pelayan untuk tak memberinya banyak riasan, tapi mereka bersikeras untuk mempercantik dirinya.
Ayolah, ia sudah biasa buluk di kehidupan sebelumnya.
“Adhara harus cantik,” ucap Capella yang sudah selesai didandani.
Adhara tersenyum kaku, “Aku tak suka riasan ini.”
“Jangan bergerak, Nona,” ucap salah seorang pelayan bernama Shaula.
Seingat Adhara Shaula itu pelayan pribadi Adhara. Shaula sudah menjadi pelayannya sejak Adhara masih kecil. Adhara menatap lekat pada Shaula. Gadis pelayan ini memang terlihat bersih dan tak memiliki maksud apa-apa di balik tindakannya.
Selama hidup di dunia antah berantah ini Adhara harus memastikan dengan jelas siapa kawan dan lawannya. Demi kelangsungan hidupnya.
“Wajahku rasanya berat,” keluh Adhara.
Shaula tersenyum tipis, “Nona harus tampil lebih cantik hari ini.”
“Capella lebih cantik. Kaisar pasti menyukai Capella nantinya,” Adhara memancing.
“Aku sudah jatuh cinta dengan orang lain,” bisik Capella pada Adhara.
Aku tahu. Makanya aku di sini berperan untuk membuatmu melupakan Sargas dan mengalami musim semi bersama kaisar.
“Kamu tak akan pernah tahu. Jatuh cinta itu seperti virus. Kalau daya tahan tubuhmu lemah kau akan diserang. Bisa saja cintamu sebelumnya hanya sebatas kentut sebelum BAB,” Adhara berfilosofi.
Capella dengan anggun tertawa sambil menutup mulutnya, “Benarkah?”
Setelah berjuang selama beberapa jam dari serangan make up. Adhara akhirnya siap disajikan.
Ia mengenakan gaun biru malam. Rupanya salah satu ciri Adhara ialah gaunnya yang kebanyakan berwarna biru malam.
Ia memperhatikan penampilan Adhara di depan cermin. Tentu saja Adhara cantik, tetapi kulitnya sangat pucat serta tubuhnya mungil membuatnya terlihat seperti orang penyakitan. Berbeda dengan Capella yang memiliki kulit putih cerah dan tubuh yang ideal, Adhara malah terlihat lebih muda dari Capella.
Capella merupakan satu-satunya anak yang mendapat warisan rambut pirang keemasan dari mendiang ibu mereka. Sedangkan Rigel dan Adhara memiliki rambut hitam pekat seperti ayah mereka.
Bagaimana pun, sejak awal penulis ingin membuat tokoh utama dalam novel ini sangat menarik. Bahkan dibandingkan dengan saudara-saudaranya sendiri.
Secantik apapun Adhara, Capella dibuat oleh penulis lebih cantik dan menarik daripada dirinya.
Ia, yang sekarang menjadi Adhara tak pernah sedikitpun merasa iri. Rupa cantik dan lembut seperti Adhara ini saja sudah sangat ia syukuri. Setidaknya ia tak sebuluk tubuh aslinya.
***
Di istana kekaisaran...
Adhara yang bersembunyi di belakang Rigel memperhatikan sekelilingnya yang ramai. Ia lebih baik bersemedi di kamarnya daripada bersama-sama para gadis bangsawan di sini.
Lihat bagaimana mereka berbicara dan bersikap. Apalagi melihat gerak mereka yang mendayu-dayu dan lambat. Jiwa bar-bar Adhara memberontak.
Acara penobatan ini sepertinya menjadi ajang ‘memasang wajah’. Adhara yakin di balik tindakan anggun mereka tersimpan jiwa bar-bar yang meronta-ronta.
“Adhara apa yang kau lakukan di belakangku,” Rigel menarik-narik adiknya ini untuk keluar dari persembunyiannya.
“Aku merasa sedikit pusing,” Adhara berbohong sambil mengamati sekitarnya.
Sargas telah menjadi salah satu dewan pengadilan tinggi. Berarti Sargas akan hadir di aula istana. Ia hanya perlu mencari pria yang memilki aura menarik di aula istana ini. Aura tokoh utama laki-laki yang selalu unggul daripada pria lainnya.
Tak lama, ia melihat seorang pria yang tingginya hampir sama dengan Rigel memasuki aula istana. Tatapannya terlihat sangat lembut, dan senyum manis selalu tersungging di wajahnya.
Tampang-tampang fvck boy ini pasti Sargas.
Adhara mengalihkan pandangannya pada Capella yang berdiri tak jauh darinya. Gadis itu sama seperti Sargas, menarik perhatian sekali.
Adhara seperti merasakan ada cahaya imajiner yang menyertai mereka. Menyilaukan dan sedikit menyebalkan.
Capella sepertinya sadar bahwa Sargas sudah datang. Wajah cantiknya terlihat berbinar-binar menatap Sargas.
Gawat, ia harus mencegah mereka menebarkan love love di udara.
“Kak, Tuan Auriga datang,” Adhara memutuskan untuk memanfaatkan Rigel.
Rigel mengerenyitkan keningnya bingung, “Lalu?”
“Kakak tidak menyapanya?” Adhara mencoba memancing di air dangkal.
“Sejak awal aku kurang menyukainya,” Rigel mengerucutkan bibirnya. Terlihat sekali jika Rigel jengkel.
Rigel tetaplah Rigel. Meskipun ada alur yang berubah, ketidaksukaan Rigel terhadap Sargas rupanya masih melekat.
“Sepertinya Sargas menyukai Capella,” hasut Adhara.
Adhara menyeret Rigel untuk menampilkan Sargas yang tengah berbincang dengan Capella, “Lihat si serigala itu memulai aksi.”
“Tatapannya pada Capella seperti mengandung arti," sepertinya pancing Adhara menangkap buruannya.
Rigel dengan jengkel menggandeng Adhara menuju kearah dua sejoli itu. Ia memastikan untuk membawa Adhara, karena Rigel tak mau Adhara dihampiri oleh nyamuk serupa Sargas. Harusnya Rigel memastikan kedua adiknya selalu berada di sisinya.
“Tuan Auriga,” sapa Rigel dengan sedikit menekan pada setiap kata-katanya.
Sargas mengalihkan pandangannya pada Rigel, dan sekilas melirik Adhara yang masih bersembunyi di belakang kakaknya.
“Tuan Canis,” balas Sargas menyapa. Ia tersenyum manis pada Adhara tapi Adhara hanya membuang wajahnya, menolak menatap Sargas.
Sargas menatap Adhara geli. Ia menyadari bahwa ia dibenci oleh kedua bersaudara ini.
Capella menatap heran saat Rigel menariknya untuk bersembunyi di belakangnya. Ia menatap Adhara dengan mata penuh tanya, namun Adhara hanya mengangkat bahunya untuk menjawab.
Aura antara Rigel dan Sargas agak panas. Adhara bisa melihat aliran listrik yang muncul saat mereka saling bertatapan.
Ha ha, Rigel benar-benar berguna.
“Saya boleh meminta waktu anda, Tuan Auriga?” Rigel menebarkan listrik beratus-ratus volt melalui tatapannya pada Sargas.
Sargas menggunakan tangan kanannya untuk mempersilahkan Rigel bicara.
“Saya harap Tuan Auriga tidak melalaikan tugas, dan malah merayu kecantikan yang ada di aula istana,” sindir Rigel.
“Saya tidak bisa mengalihkan pandangan saya saat melihat kecantikan yang ada di depan saya, Tuan Canis.”
Rigel yang siscon makin membara, “Saya rasa Tuan Auriga telah banyak melihat kecantikan,” Singkatnya, putar kepalamu dan jangan menatap adikku dengan pandangan liarmu.
“Kakak, aku hanya menyapa Sargas.”
Capella mengerucutkan bibirnya, kesal melihat tingkah posesif kakaknya.
“Capella itu tidak sopan. Panggil dia Tuan Auriga,” Singkatnya, kau tak boleh memanggil namanya dengan akrab.
“Saya tak masalah hanya dipanggil dengan nama depan saja,” Sargas menatap Capella dengan lembut.
“Ha ha, anda terlalu berbaik hati,” singkatnya, persetan dengan nama depanmu.
Adhara mau tak mau merasa lucu dengan situasi kali ini. Ia terkikik kecil, dan membuat Rigel mendelik kesal padanya.
Kikikan kecil itu menarik perhatian Sargas.
“Saya senang bisa menghibur Adhara.”
Adhara terkesiap, “Terima kasih, Tuan Auriga.”
Sargas merasa terhibur ketika memperhatikan Adhara yang tengah kesal. Mata bulat Adhara terlihat memutar sesekali, dan tangannya mengguncang-guncang bahu Rigel. Meminta Rigel membawanya menjauh dari Sargas.
Rupanya gadis kecil ini benar-benar merasa tak nyaman.
“Kau bisa memanggilku Sargas.”
Adhara memutar matanya, “Terima kasih untuk kebaikan hati anda, Tuan Auriga.”
Rigel semakin membara. Baru saja ia ingin mengeluarkan kata-kata mutiaranya, aula istana menjadi sunyi.
Penobatan untuk kaisar Negeri Bintang selanjutnya dimulai.
Pangeran keempat memasuki aula istana diikuti dengan rentetan pengawalnya. Tubuhnya yang tegap dan jangkung membuat dia terlihat mendominasi. Mata kaisar yang tajam segelas malam. Rambutnya memiliki warna yang sama dengan matanya. Semua tentangnya ialah kelam dan dingin.
Tubuh kaisar yang bongsor membuat aura kelam dan dinginnya semakin terasa. Aura kaisar terasa mengancam. Melihat tinggi kaisar, Adhara menduga tingginya sekitar 190 cm.
Adhara mendengus iri. Jangan-jangan jatah tingginya direnggut oleh kaisar bucin ini.
Pandangan mata pangeran keempat tajam dan dingin. Seluruh isi istana tak berani menatap langsung pada matanya.
Sulit dipercaya jika pangeran keempat baru berusia 20 tahun. Adhara menghela napas dan terheran-heran dengan fantasi penulisnya. Bagaimana dia bisa membuat orang keren ini menjadi tokoh antagonis?
Adhara menundukkan kepalanya ketika seluruh isi aula istana memberikan penghormatan kepada pangeran keempat. Satu-satunya suara yang ada di aula hanyalah suara langkahan kaki pangeran keempat yang menuju kursi kekaisaran.
Sambil tertunduk, Adhara melirik Capella yang berada di sebelah kirinya. Ia harus memastikan ekspresi Capella. Namun karena sama-sama menunduk, Adhara tak bisa melihat ekspresi Capella.
Kemudian, Adhara mendengar langkahan kaki mendekat kearahnya, mau tak mau ia menegakkan kepalanya. Matanya menatap langsung pada sepasang mata hitam pekat yang tajam.
Adhara terjebak dalam kedinginan.
Dari kejauhan, ia tak bisa mengenali rupa dari pangeran keempat. Namun dengan jarak sedekat ini, ia dapat melihat dengan jelas mata angkuh nan dingin milik pangeran keempat. Ia akhirnya menyadari inilah akhir hidupnya.
Bagaimana bisa pria eek yang mendatanginya di danau waktu itu adalah pangeran keempat?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 344 Episodes
Comments
~Anyelir~
kata2nya bner2 +62 banget lah jafi ga ngerasa asing2 banget bagus ceritanya
2022-06-16
0
Risna Murni
😄😄 pria eek
2022-04-17
1
im3ld4
wkwkwkwk asli kocak🤣🤣 pria eek
2022-03-23
1