Ia mungkin sudah tidak memiliki sedikit pun keberuntungan dalam hidupnya, baik di kehidupan dulu maupun sekarang.
Baru saja ia lolos dari kecurigaan pria tadi, sekarang ia malah terciduk langsung dengan tokoh lain. Ia meraba lehernya untuk memberikan kasih sayang sebelum terpisah nantinya.
Takut-takut ia memandang tokoh yang mencinduknya ini, dan terkejut. Siapa gadis kecil dengan pakaian serba hitam ini?
Oh tidak, sekarang kan dia seusia gadis ini.
Dengan kata lain, dia sekarang juga bocah.
“Kamu siapa?”
"Kamu yang siapa?" dengus Adhara dalam hatinya.
“Adhara Canis,” ia harus menjelma menjadi Adhara di dunia ini. Oleh karena itu, sebisa mungkin ia harus bertindak seperti gadis bangsawan.
“Aku tak tanya namamu tuh.”
Bocah sial!
“Aku merasa aura tak biasa.”
Jangan-jangan bocah ini reinkarnasi dari pemeran acara-acara mistis di televisi. Haruskah ia menceritakan tentang pengalaman supernaturalnya pada bocah ini?
“Jiwamu dan tubuhmu tak seragam.”
“Ha ha. Bacod.”
“Huh?”
Gadis kecil yang berpakaian serba hitam ini terlihat bingung ketika mendengar kosa kata yang pernah ia dengar.
“Aku sudah membaca seluruh buku yang tersedia di Negeri Bintang, tetapi aku tak pernah menemukan kata yang kau ucapkan itu,” pandangan gadis itu terlihat penasaran.
Tentu saja. Kau bisa ke Indonesia untuk tahu artinya, Indonesia punya bahasa-bahasa unik yang bisa membuatmu membuat kamus-kamus baru. Bahkan di Indonesia kamu bisa menggunakan angka-angka sebagai pengganti huruf.
“Hanya orang-orang terpilih yang tahu artinya,” jawabnya asal.
Wajah gadis kecil itu terlihat tak percaya, tetapi ia terlihat tak punya alasan untuk tak mempercayai perkataannya. Ia hanya menatap Adhara dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“Kamu siapa?”
Ia berusaha mengingat siapa tokoh ini sebenarnya. Sayangnya otaknya hanya bermuatan kecil, dia mungkin perlu novel sampah itu sebagai jimat. Jadi setiap kali dia lupa, dia akan membaca novel itu lagi.
“Dua tahun lalu kamu tak seperti ini. Seperti kau telah menjadi orang yang berbeda.”
“Semua orang bisa berubah dalam kurun waktu dua tahun," ia, sekarang dia adalah Adhara, mencoba mencari alasan.
“Aku sebenarnya tak suka melihatmu.”
Kebetulan aku juga.
“Oke. Manusia bisa lupa, aku sepertinya ‘agak’ lupa tentangmu,” Adhara dengan sengaja menekan pada kata ‘agak’.
Bisa hancur semuanya jika nyatanya gadis kecil bergaya cenayang itu tahu, jika dia bukanlah Adhara yang sebenarnya.
“Spica.”
Wajah Adhara serasa diguyur air es. Membeku. Mengapa gadis yang dianggap gila ini ada di sini?
Harusnya dia sudah diasingkan oleh kaisar sebelumnya, Sirius karena menyinggung keluarga kerajaan.
Dalam novel, Spica yang saat itu masih berusia sepuluh tahun, mengatakan pada kaisar bahwa Negeri Bintang akan hancur. Pewaris tahta setelah Sirius lah yang menghancurkannya.
Ramalan ini tak akan berarti apa-apa jika Spica tak punya nama besar.
Spica merupakan putri tunggal dari seorang tabib kepercayaan Negeri Bintang. Apalagi rumor mengatakan jika Spica memiliki spiritual yang kuat, dan mampu menghilangkan nasib buruk orang lain. Karena itu, keluarga kekaisaran didera rasa saling curiga.
Siapa nantinya yang akan menghancurkan negeri sebesar Negeri Bintang?
Untuk mengatasinya, kaisar sebelumnya mengasingkan Spica. Sebenarnya hukuman untuk menyinggung keluarga kerajaan ialah hukuman mati, tetapi saat itu Spica baru berusia 10 tahun. Akhirnya hukumannya menjadi diasingkan, dengan alasan menghormati jasa ayah Spica sebagai tabib terkenal.
Tetapi mengapa Spica masih berada di istana?
Apakah alur cerita telah berubah?
Ramalan Spica itu benar terjadi dalam novelnya. Jika kerajaan mendengarkan ramalan itu, dan mencoba mencari cara untuk mengatasinya Negeri Bintang tak akan menjadi bintang jatuh.
Bagaimana Alur cerita menjadi berubah begitu saja?
Ia belum melakukan apa-apa untuk mengatasi kekacauan alur dalam novel ini. Bahkan di alur cerita sebenarnya, Spica dan Adhara tak pernah bertemu di sepanjang cerita.
Adhara diam-diam mengasihani nasib Spica yang sama buruknya dengan Adhara. Jika Spica hidup di masanya mungkin Spica tak akan dianggap gila. Mungkin Spica akan jadi youtuber mistis terkenal karena kemampuan spiritualnya. Atau Spica bisa viral sebagai bocah cenayang yang mampu meramalkan bencana.
Namun hidup di era seperti ini, bakat indigo Spica jadi bumerang. Spica juga bisa menghilangkan nasib buruk orang lain.
Tidak, sebenarnya secara tersirat pembaca bisa tahu bahwa Spica bukan menghilangkan nasib buruk orang lain, tetapi menyerapnya. Spica jadi bernasib buruk karena menyerap kesialan orang lain.
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Spica dengan ketus.
Adhara menghela napasnya menanggapi bocah baru pubertas ini dengan sabar.
“Tersesat.”
‘"Memangnya urusan kamu?" dengus Adhara dalam hati.
“Kediaman Perdana Menteri tak jauh dari istana," mata Spica menatap Adhara dengan curiga.
“Aku tahu.”
Ia baru tiga hari hidup dalam dunia novel busuk ini. Ia juga harus ke pusat kota untuk menyelidiki Sargas, tetapi semuanya kacau karena ketidaktahuannya tentang dunia ini.
Haruskah dia memanfaatkan bocah cenayang Spica ini?
Apalagi nasib mereka berdua sama-sama bernasib buruk di novel sampah ini. Bahkan buruknya keadaan Spica di akhir tak jelas, apakah masih hidup atau mati di pengasingan.
“Aku ingin ke pusat kota.”
Spica menatapnya dengan bingung, “Lalu?”
“Bagaimana kalau kita membeli gaun bersama untuk penobatan Pangeran Keempat nanti? Aku rasa saling bersama teman perempuan akan lebih mudah untuk memilih.”
“Aku tak mau.”
Harusnya bocah ini menghormatinya. Meski sekarang dia menjelma menjadi Adhara, di kehidupannya yang dulu dia berusia 25 tahun.
Hormati aku bocah!
“Kenapa?”
“Aku ada pekerjaan saat penobatan itu.”
“Siapa yang memperkerjakan anak-anak sepertimu?”
“Aku sibuk bernapas, bodoh! Lagipula aku sekarang asisten tabib kerajaan, aku harus selalu berjaga di istana pengobatan.”
Adhara melongo. Seberapa jauh cerita ini berubah? Apa Spica yang sekarang tak pernah mengucapkan ramalannya dengan berani di pengadian tinggi? Buktinya Spica masih berada di istana dan tidak diasingkan.
Matahari semakin condong ke Barat. Cahaya kemerahannya membuat Adhara menyipitkan matanya, ia menatap Spica yang bercampur dengan cahaya kemerahan.
“Luangkan waktumu sebentar untuk bermain-main. Kak Rigel bilang kalau usia seperti kita harusnya bermain dan mencari teman. Kita bertemu di sini besok, tengah hari. Aku tunggu.”
Adhara berlari dengan susah payah dengan gaunnya yang rumit. Dia sebenarnya tak terbiasa dengan rok panjang sebab dia tidak terlalu feminim. Ia berlari sambil melambaikan tangan pada Spica yang masih berdiri tegak di pinggir danau, menatap Adhara yang aneh.
“Sejak kapan gadis yang lemah lembut menjadi kasar begitu?” Bisik Spica jengkel.
***
“Kakak.”
Rigel yang masih berbunga-bunga karena dipanggil kakak menjawab dengan senyum lebar, “Kenapa Adhara?”
“Ayah kapan pulang?”
Rigel yang saat itu tengah membaca buku hukum dan peraturan Negeri Bintang menutup buku tebal yang dipegangnya. Adhara menatap tumpukan buku milik Rigel dengan penasaran, rata-rata tentang strategi politik dan hukum.
Adhara yang sempat bercita-cita menjadi pengacara tentu saja merasa tertarik.
Namun cita-cita itu tentu saja tak pernah tercapai karena ia bahkan harus mati saat ia baru saja tinggal sendiri.
Ia padahal berniat mendaftar kuliah di Universitas ternama di kota, dan mencari kerja paruh waktu. Tetapi ia mati tanpa meraih apapun.
“Istana sedang sibuk dengan aturan dan kebijakan kekaisaran yang baru. Ayah tentu saja tak bisa pulang untuk sementara waktu.”
Capella telah tertidur di kamarnya, dan Adhara yang jelas hidup di dunia modern tak akan bisa tertidur cepat seperti Capella. Bahkan jika Adhara menerka, mungkin sekarang baru jam delapan malam.
“Kau belum tidur?”
"Kau menggunakan mata untuk mendengar ya? Kau bisa melihat sendiri aku masih berdiri dengan mata terbuka lebar,"dengus Adhara dalam hati.
“Aku mau membaca itu,” Adhara menunjuk buku sejarah kaisar-kaisar Negeri Bintang.
“Itu bukan buku yang pantas untuk kau pelajari.”
Adhara mengerti. Di dunia ini para gadis hanya perlu belajar menari dan bermusik, dan untuk bidang filsafat dan militer hanya dikerjakan oleh para pria. Ia ingin mengeluh, tetapi ini merupakan bagian dari sejarah. Kebebasan berkarir di dunianya juga memiliki cikal bakal yang sama.
Adhara bukannya ingin menjadi tokoh Pahlawan Nasional seperti R.A Kartini, tetapi jika ia berhasil hidup dengan baik di dunia ini, ia tak mau hanya sekadar menjadi istri orang.
Untuk itu, ia harus sedikit mengubah pandangan dalam novel ini terhadap perempuan, sehingga ia bisa mencapai keinginannya nantinya.
“Tidak salah kan kalau hanya membaca.”
Rigel terlihat ragu pada awalnya. Namun ketika melihat wajah antusias Adhara terhadap buku-bukunya, ia menghela napas pasrah. Semakin dilarang maka seseorang akan semakin penasaran.
“Hanya membaca,” tegas Rigel.
Adhara dengan senyumnya yang menjanjikan menganggukan kepalanya menyetujui. Setelah itu, ia terlarut dengan bacaannya.
Rigel memperhatikan adiknya dengan seksama. Adiknya terlihat sangat berbeda dari sebelumnya. Adhara, adik keduanya memiliki perangai yang lemah lembut dan kikuk. Namun sekarang ia menyaksikan sendiri bahwa sifat adiknya jauh dari lemah lembut.
Rigel terbatuk sesaat. Adiknya lincah dan gesit seperti laki-laki. Rigel sebenarnya tak mau menyebut ini, tapi adiknya yang pemalu menjadi orang yang tak tahu malu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 344 Episodes
Comments
Malana Griselda
dulu, aku ga ngerti bagian ini😭😭😭
2025-02-08
0
Malana Griselda
adhara, jaga keanggunan mu nak😭😭😭
2025-02-08
0
Malana Griselda
Rigel, gaboleh gitu 😭😭😭
2025-02-08
0