Setelah membulatkan motivasinya, ia bangkit dari duduk melaratnya dengan bantuan Rigel. Rigel dengan lembut membersihkan gaun biru malam miliknya.
Sama seperti yang diceritakan dalam novelnya, Rigel ialah kakak idaman. Sayang sekali di dunia ini mereka adalah saudara.
Omong kosong! Ia tak boleh serakah. Motivasinya tetap harus membuat Capella jatuh cinta dengan Kaisar, demi kelangsungan hidupnya. Masalah kelanjutan hidupnya nantinya itu bisa dipikirkan lain kali.
“Kau sakit?” Rigel menepuk pipinya, dan tanpa sadar ia menepisnya.
Rigel terlihat terkejut. Ia tak boleh membuat kekacauan, ia sekarang Adhara, mereka bersaudara. Jadi ia tak perlu takut jika bukan mukhrim.
“Maaf, Kak. Aku takut Kakak kotor,” ucapnya asal.
Wajah Rigel terlihat seperti melihat hantu,
“Tumben. Kau dan Capella tak pernah memanggilku kakak.”
Haduuhh.. Dasar adik-adik yang tak sopan.
Bagaimana bisa Adhara begitu berani memanggil Rigel yang usianya tujuh tahun di atasnya dengan nama saja?
Ini pasti kesalahan penulisnya yang sebenarnya punya sifat tidak sopan. Jadi chara tak sopan ini bisa lahir.
“A…ku pikir panggilan kakak itu lebih sopan.”
Rigel tersenyum dan tersipu. Sepertinya Regel suka dipanggil dengan kakak.
Lihat, ia menutupi kekacauan alur yang dimiliki novel sampah ini. Berterima kasihlah padanya, penulis!
“Bukannya Adhara yang bilang kalau panggilan kakak itu terlalu kaku,” celetuk Capella.
Si*lan! Tak cukup hanya sebagai tokoh pembantu, Adhara juga menjelma menjadi tokoh yang tak berguna.
Seharusnya Adhara membangun hubungan yang harmonis dalam keluarganya agar mereka tak terpecah. Itulah akibatnya dalam novel, Rigel akan ikut menyerang Capella yang telah dianggap penghianat kerajaan. Karena ia cukup baik, ia akan membantu penulis untuk memperbaiki kekacauan alur ini.
Plakk..
Ia memukul kepala Capella.
Ha ha lihat, aku memukul protagonis utama yang dikejar-kejar oleh banyak pria di novel sampah ini.
Ia tiba-tiba merasa mencapai kepuasan tersendiri di balik tindakannya.
“Dasar tak sopan! Panggil dia kakak.”
Rigel dan Capella terlihat kaget dengan perubahan Adhara yang tiba-tiba menjadi kasar. Citra Adhara sebagai wanita yang kikuk dan polos rupanya tak bisa dicapai olehnya.
Tentu saja. Kepolosan tak akan pernah berhasil di era kehidupan yang semacam ini.
“Kak Rigel,” Capella mau tak mau menuruti.
Rigel yang dengan uniknya merasa bahagia menarik kedua adiknya untuk kembali ke kediaman mereka, kediaman Perdana Menteri. Sambil berjalan menuju kediaman Perdana Menteri, ia mengingat kembali tentang alur cerita.
Melihat penampilan mereka, sekarang Rigel terlihat berusia sekitar 24 tahun-an. Pada usia itu Rigel telah masuk dalam pengadilan tinggi kerajaan. Berarti ia berusia 17 tahun, dan Capella 16 tahun.
Mengingat pembicaraan mereka tentang penobatan Kaisar Negeri Bintang yang baru berarti awal pertemuan Kaisar Negeri Bintang dengan Capella.
Pada saat penobatan Pangeran Keempat sebagai Kaisar Negeri Bintang berikutnya, ia akan bertemu Capella dan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Capella sudah jatuh cinta dengan teman masa kecilnya, sehingga ia tak tertarik pada Kaisar Negeri Bintang.
“Kak, kapan hari penobatan Pangeran Keempat?”
Rigel menoleh sekilas padanya, “Dua minggu lagi.”
“Oh.”
Tepat. Selama dua minggu ia harus membuat Capella setidaknya melirik Kaisar.
***
Sebelum memastikan Capella melirik Kaisar, ia harus menyelidiki tentang cinta sejati Capella. Teman masa kecil Capella, Sargas tinggal di pusat kota.
Sargas terkenal tampan, cerdas, dan penuh strategi. Sargas ialah anak yatim piatu yang dipungut oleh salah seorang prajurit kerajaan.
Seperti novel-novel romantis lainnya, Sargas sebagai tokoh laki-laki utama dilengkapi dengan kesempurnaan. Sifatnya jujur dan bertanggung jawab.
Setelah ayah angkatnya meninggal, Sargas mulai masuk ke istana untuk menjadi prajurit. Berkat kecerdasannya, ia bahkan menjadi Jenderal besar nantinya. Sayangnya, karena cintanya pada Capella, ia memberontak terhadap Kaisar Negeri Bintang.
Demi menyelidiki Sargas, ia harus menyelinap dari kediaman Perdana Menteri menuju pusat kota. Sebab, jika Rigel atau ayahnya sampai tahu bahwa ia akan ke pusat kota, mereka akan menyuruh beberapa kasim untuk menemaninya. Itu akan menghambat penyelidikannya.
Ketika ia berjalan sekitar 30 menit ia sadar yang ia lakukan sia-sia. Hari ini baru hari ketiga ia berada di dunia ini. Ia tak tahu arah mana menuju pusat kota. Hasilnya kini ia terjebak di bangunan besar yang nampak kuno. Ia sangat yakin kalau ia malah tersesat ke istana kerajaan.
Seandainya ia punya smartphone sekarang maka masalah ini terselesaikan. Tetapi ini zaman kuno. Jangankan smartphone, telepon pertama saja mungkin belum ada, karena penemunya belum lahir.
Sekarang dia harus pergi ke arah mana?
Setelah berjalan kesana kemari tak jelas, ia mencapai sebuah tempat yang nampak dipenuhi dengan warna hijau. Rumput-rumput hijau yang teratur, serta danau yang nampak kehijauan karena tertutup dedaunan hijau yang berguguran.
Mungkin istirahat sebentar tak masalah.
Ia membaringkan tubuhnya di rumput hijau yang terasa lembut, dan menghela napas. Ia tak punya satu petunjuk pun untuk melangkah di dunia ini.
Apa dia hanya harus menunggu hari penobatan saja?
Tetapi bagaimana kalau hasilnya tetap sama? Capella hanya memandang pengawal yang berjaga ketika acara penobatan dibanding kaisar.
Oh ya, bagaimana rupa kaisar? Dikatakan dia tampan. Tetapi lebih tampan lagi Sargas, maklum pemeran utama pria. Kaisar sangat hebat, tetapi lebih hebat lagi Sargas. Kaisar cerdas, tetapi lebih…
Ahhh… Penulis sialan!
Seorang tokoh utama pria yang begitu sempurna, sehingga second man selalu lebih kurang darinya. Lagipula meskipun ini novel, memangnya tak apa jika terlalu berimajinasi?
Mana ada orang yang sesempurna itu!
“Apa kelebihannya kaisar?”
Ia berteriak dengan kesal. Ia harus tahu kelemahannya Sargas, dan juga mengetahui kelebihannya kaisar agar dia bisa meninggikan kaisar di depan Capella.
“Mengapa kau perlu tahu?”
Suara dingin dan dalam itu terdengar tiba-tiba. Ia, yang sekarang Adhara terkejut dan dengan cepat memperbaiki posisinya yang bar-bar. Saat ia berbalik, pandangannya terkurung pada sepasang mata hitam yang tegas.
Gawat… Mulutnya perlu lakban.
“Mengapa kau perlu tahu?”
Orang itu mengulang kata-katanya lagi. Rupanya jawaban Adhara merupakan tujuan utamanya.
Baru hari ketiga ia sudah menimbulkan masalah.
“Untuk referensi,” jawabnya asal.
Pria itu mengangkat sebelah alisnya. Nampaknya pria itu tak percaya dengan jawaban Adhara. Pria ini pasti orang penting. Paling tidak pejabat tinggi kerajaan, atau malah salah satu Pangeran.
“A..ku mendengar Pangeran Keempat akan dinobatkan menjadi Kaisar Negeri Bintang selanjutnya. A..ku ha.. nya penasaran mengapa dia bisa menjadi kaisar.”
Apa jawabannya bisa dipercayai?
“Kau meragukannya?”
Adhara tanpa sadar menggeleng demi keamanan hidup, “Hanya ingin tahu.”
“Untuk apa?”
“Referensi.”
Lagi-lagi pria itu terlihat berpikir dan menatap cermat pada Adhara.
“Keluarga Kerajaan tak suka jika ada seseorang yang mencari tahu tentang mereka.”
Ia berharap kepalanya akan tetap terlihat cantik, meski dipisah dari badannya. Adhara mulai berpikir kacau.
“A..ku.. saya meminta maaf. Saya hanya penasaran,” Adhara bersujud untuk keamanan hidupnya.
Adhara menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan tajam dari pria itu. Lebih baik berhati-hati daripada nantinya menambah kekacauan pada alur cerita.
Jantung Adhara berdegup kencang tapi bukan jatuh cinta. Ia seperti menunggu hari eksekusi, tetapi ia hanya melihat punggung pria itu menjauh.
Sepertinya Adhara benar-benar bukan tokoh yang penting, tetapi syukurlah dia selamat. Adhara sudah membayangkan kepalanya akan jadi hiasan kamar pria itu nanti.
Ia menghela napas lega.
Adhara harus memulai penyelidikannya besok. Hari telah menjelang sore, dan Capella akan datang ke kamarnya nanti untuk ricuh ini itu.
Ia harus pulang agar tingkahnya tak mencurigakan. Ia harus selalu hati-hati. Budaya di dunia ini berbeda dengan kehidupannya yang dulu.
Pada kehidupan ini, hukuman mati bisa ia dapatkan kapan saja jika melanggar kebijakan kekaisaran.
Pertama, ia harus mengatasi ke-bar-barannya. Ia harus bertingkah seperti seorang gadis anggun nan polos.
"Kau bukan berasal dari dunia ini kan?"
Baru saja ia tenang, tapi suara itu menghancurkan harapan-harapannya.
Penyamarannya terbongkar hanya dalam tiga hari.
Mungkin tak ada orang yang lebih sial dibanding dia di dunia ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 344 Episodes
Comments
Malana Griselda
waahh, pertama kali baca novel ini waktu kelas 6 SD, dan sekarang aku kelas 9, udah mau lulus, udah lama banget setelah aku baca novel ini, rasanya kaaangggeeennn banggeeettt, tetep semangat ya, Kak.
2025-02-08
0
your_world
thor ceritanya bagus, kayaknya cerita ini pernah di up di lapak sebelah ya? soalnya kalau nggak salah aku pernah baca cerita ini disana, tapi nggak sampai end
2022-06-07
3
Dwi Sari
bagus ni kyanya..
2022-05-21
0