Persiapan Pernikahan

“Bu Nara,” panggil Reka sambil mensejajari langkah Nara. Nara hanya menoleh sekilas tanpa menghentikan langkahnya.

“Jangan lupa, jam lima sore. Alamat butik pasti Bunda sudah share. Jangan terlambat, sesuai dengan permintaan khusus kamu. Mempercepat tanggal pernikahan,” ujar Reka pelan sambil mereka berjalan.

“Aku ingat,” ujar Nara datar.

Reka berdecak, “Kaku amat sih,” ucapnya sambil meninggalkan Nara.

Sore itu, Reka sudah berada di butik bersama Meera, Rika juga Kayla. Nara datang masih dengan penampilan khas Nara sebagai dosen, hanya saat ini dia melepas cepolan rambutnya dan membiarkan rambutnya tergerai.

“Hai, Nara,” sapa Meera saat Nara datang diantar oleh salah satu karyawan butik. Meera mengenalkan Nara dengan Kayla, keduanya berbincang ringan. Tatapan mata Nara tertuju pada Reka yang sedang menggoda Rika bahkan saat ini Reka merangkul Rika dan sesekali berbisik di telinga Rika yang membuat wanita itu memukuli lengan Reka.

“Reka, Rika, kemari, Nak.” Meera memanggil kedua anak kembarnya, “Mereka memang dekat, mungkin karena kembar. “

Reka memiliki saudara kembar, aku baru tau, batin Nara.

“Rika, kenalkan ini Nara, calon istri kakakmu,” ujar Meera.

“Loh, Bu Nara. Aku baru tau kalau dosen yang akan menikah dengan Reka itu, Bu Nara,” sahut Rika sambil berjabat tangan dengan Nara.

“Kamu ada kelas dengan Nara juga?” tanya Meera pada Rika.

“Enggak Bun.”

Reka memilih duduk pada sofa di samping Nara. “Bu Nara cantik banget, kok mau sih dijodohkan dengan Reka,” ucap Rika. Reka berdecak mendengar ejekan Rika sedangkan Nara hanya tersenyum.

Meera memanggil karyawan butik dan membawakan katalog berisi banyak contoh model kebaya pernikahan. Ada juga katalog gaun pernikahan mulai dari yang terlihat sederhana sampai dengan mewah.

“Yang ini bagus,” tunjuk Kayla.

“Yang ini lebih lucu,” ujar Rika menunjuk salah satu model.

Reka yang asyik dengan ponselnya menoleh sekilas pada lembaran yang ditunjuk oleh Rika, “Dipikir mau dipakai badut, pake bilang lucu segala.”

“Diem sih, ngerti juga enggak kamu masalah fashion. Kak Kay, kita pakai yang model ini aja untuk seragaman, nanti yang cowok pakai yang itu,” tunjuk Rika lagi.

“Bunda, mereka mau nikah lagi,” ucap Reka menunjuk kedua saudara perempuannya.

“Ih, kalian ini bercanda terus. Nara, kamu cocok yang mana?” tanya Meera.

Nara masih membolak balik lembaran katalog. Kemudian pandangannya terhenti pada salah satu model kebaya yang terlihat sangat elegan dan cantik. Sudah pasti akan sangat cocok dikenakan Nara. “Yang ini bagus kok,” ujar Meera.

Setelah perdebatan yang dilakukan oleh Rika dan Kayla, akhirnya kebaya yang akan dikenakan oleh mereka di pernikahan Reka dan Nara pun telah diputuskan juga. Meera dan putra putrinya akan meninggalkan butik. Meera dan Rika yang satu mobil diantar oleh supir, sedangkan Kayla dijemput oleh Elang.

Nara baru saja akan menutup pintu mobil tapi ditahan oleh Reka. “Keluar dulu, kita perlu bicara,” ajak Reka. Nara kembali keluar dari mobilnya, bersandar pada pintu mobil siap mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh Reka.

“Dengar! Aku tidak ingin membuat orangtua kecewa. Jadi, sebaiknya kamu jelaskan kenapa memutuskan menerima perjodohan ini dan mempercepat pernikahan. Agar aku bisa memutuskan akan dibawa kemana pernikahan kita nanti,” ucap Reka.

Nara tersenyum sinis, “Kamu memikirkan arah pernikahan kita? Yakin? Kuliah aja belum beres, mau sok bijak.”

“Bisa nggak sih, kamu tuh nggak anggap aku itu bodoh?”

“Bisa nggak kamu tidak usah tanya alasan aku? Kita sudah sepakat sebelumnya, kalau aku akan ceritakan setelah kita menikah.”

Reka membuang pandangannya, “Aku semakin curiga, kalau kamu memanfaatkan aku dan pernikahan ini untuk kehidupan kamu? Benar ‘kan?” Nara diam, memang benar jika dia menerima perjodohan dengan Reka karena mantan kekasihnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***







Episode sebelumnya

Please, Bantu Aku

Episode berikutnya

Persiapan Pernikahan (2)



Terpopuler

Comments