Chloe menggeleng ketika ujung belati itu semakin dekat ke wajahnya, Dia berusaha melepaskan cengkeraman Raizel dari lengannya. "Gak! Aku gak mau. Kenapa aku harus menerima konsekuensinya, Sedangkan aku tidak melakukan kesalahan apapun," Chloe mundur perlahan, Dia memukul tangan Raizel namun usaha itu sia-sia.
"Kenapa? Sudah jelas kan kalau kau masuk ke sini tanpa izin," Neil tersenyum miring.
Raizel menghembuskan napas kecil, Dia melepaskan cengkeramannya membuat Chloe akhirnya bisa bebas. Gadis itu berbalik dan menuju arah pintu. Neil seketika menatap kesal Raizel.
"Kenapa malah dilepas?!"
"Sikapmu itu sudah di luar batas, Lagian Justin sebentar lagi sampai. Kau jangan melakukan hal aneh-aneh," Balas Raizel datar. Neil berdecak kecil, Memandangi Chloe yang membuka pintu utama dan berniat pergi dari sana.
Belum juga keluar pintu, Gadis itu malah menabrak sesuatu saking paniknya hingga membuatnya hampir terjungkal kebelakang, Disaat yang bersamaan sebuah tangan kekar menahan pinggangnya, Menahan tubuhnya yang hampir jatuh. Mata Chloe mengerjap beberapa saat, Otak nya sedang memproses situasi saat ini.
Si gadis seketika sadar dan langsung melompat mundur sambil berteriak kecil. "Aaaa! Siapa kalian?!"
Pria bersurai coklat dengan netra aqua yang menolong Chloe tadi tersenyum ramah. "Maaf, tapi bukankah kami yang harusnya bertanya begitu? Ini rumah kami, Dan kami tidak mengenalmu disini,"
"Ada apa Felix?"
Pria yang bernama Felix tadi menoleh ketika mendengar seseorang yang memanggil namanya tadi berjalan mendekat diikuti sosok lainnya. "Justin, Apa kau ada janji sebelumnya dengan dia? Bagaimana caranya dia tahu alamat rumah kita?"
Justin mengernyitkan alisnya heran, Dia memandang Chloe dari atas sampai bawah seolah sedang menilai penampilan gadis itu. "Entahlah, Aku tidak terlalu ingat pernah ada janji dengan gadis ini,"
Netra orange nya memandang Neil dan Raizel yang masih berdiri di tempat. "Siapa yang membawanya kesini?"
"Entah," Raizel menggidikkan pundaknya cuek. Sedangkan Neil hanya tersenyum.
"Aku menemukannya di depan rumah, Dia terlihat mencurigakan jadi kubuat saja dia pingsan dan kubawa ke ruang rahasia," Chloe mendelik memandangi Neil yang memasang ekspresi tak bersalah.
"Baiklah, Bagaimana bisa kau mengetahui alamat rumah kami nona?" Justin menatap dingin, Chloe sedikit mendongak lalu gadis itu memberikan sebuah surat yang diberikan oleh mamanya.
"Kata mamaku, Saat aku koma. Aku sudah dinikahkan dengan orang asing untuk biaya rumah sakit selama aku koma disana, Orang asing itu memberikan kesepakatan pada mamaku, Dia akan membayar semua biaya di rumah sakit dengan syarat aku menikah dengannya. Dia hanya memberikan alamat dan surat itu sebagai petunjuk, Dan alamat nya mengarah ke rumah ini," Jelas Chloe.
Justin hanya diam menerima surat itu sambil mendengarkan cerita Chloe, Dia membaca surat tersebut dengan serius. Hingga tak lama ekspresi Justin agak memucat. Dia sedikit meremas surat itu sampai tak berbentuk, Rasa kesal dan jengkel menyelimuti nya.
"Ini pasti ulah 'dia'. Aku memang menyuruhnya mencari anggota ke-8 itu sesuai dengan ingatan Victor di dimensi lain tapi bukan seperti ini caranya!" Pikir Justin kalut, Dia menghembuskan napas berat.
Ezra yang menyadari kegelisahan Justin merasa cemas. "Tuan Justin, Apa ada berita buruk?"
"Ya, Sangat buruk. Tapi lebih baik antarkan saja dulu gadis ini ke kamarnya. Kita akan bicara lagi nanti," Justin mengalihkan pandangannya pada Felix. "Felix, Tolong antarkan dia,"
"Baiklah," Felix tersenyum ramah, Menatap Chloe yang terlihat kebingungan. "Ayo, Ikuti aku nona,"
"Tunggu dulu! Tapi benarkan aku berada di alamat yang tepat?" Chloe memandang Justin sesaat.
"Ya, Ini memang benar tempatnya,"
"Kalau begitu, Dimana suamiku? Bukankah dia bilang tinggal disini?"
Sejenak Justin diam termasuk yang lain. Tak lama pria bernetra orange itu membuka suara. "Kita juga akan membicarakan hal itu nanti, Tapi lebih baik kau ikut Felix dulu untuk ke kamarmu,"
Chloe menunduk beberapa saat hingga dia mengangguk kecil. "Baiklah,"
Si gadis menoleh memandangi Neil yang langsung memasang senyum palsu ketika Chloe menatapnya. "Koperku dimana?"
"Disana," Neil menunjuk koper Chloe yang tergeletak di lantai tepat disamping sofa ruang tamu.
Chloe bergegas mengambil kopernya, Selagi Chloe mengambil koper. Justin kembali membuka suaranya yang khusus ditujukan untuk Felix. "Felix, Setelah mengantar anak itu susul kami ke ruangan biasa,"
"Baiklah," Felix mengangguk kecil. Dia berbalik dan berjalan lebih dulu usai Chloe mengambil koper.
Chloe bergegas menyusul langkah Felix melewati Justin dan yang lainnya. Sejenak Chloe menoleh menatap Ezra, Tak sengaja bertemu pandang dengan pria bernetra hijau emerland itu. Si gadis tersenyum tipis sedangkan Ezra hanya balas menatap dingin dan suram.
Tap! Tap! Tap!
Usai kepergian Chloe dan Felix, Raizel mendekati Justin guna melihat surat yang berada di tangan pria bernetra orange itu. "Apa isinya sampai kau bilang sangat buruk?"
"Sudah kubilangkan kalau kita harus kumpul dulu di ruangan biasa, Akan kujelaskan disana,"
Justin menyimpan surat itu dalam sakunya lalu melangkah pergi menuju ruangan yang dimaksud, Ezra mengikuti Justin dari belakang kemudian disusul Neil dan Raizel.
*****************
[Disisi Chloe]
Tap!
"Nah, Ini kamarmu. Semoga kau betah disini," Felix menghentikan langkahnya dan menunjuk sebuah pintu kamar. Ia tersenyum ramah seperti biasa.
Chloe menatap pintu kamarnya. Tertempel angka '8' yang agak besar di daun pintu. Sejenak dia sedikit memiringkan kepalanya dengan pandangan bingung. "apa maksud angka yang tertempel disana?"
"Oh itu nomor setiap anggota. angka 8 yang ada disana maksudnya kau anggota ke-8 yang ada di asrama ini,"
"Asrama? Bukankah tempat ini lebih terlihat seperti mansion,"
"Memang benar, Tapi kami lebih suka menyebutnya Asrama," Felix memandang pintu kamar Chloe masih tersenyum. "Ngomong-ngomong, Namamu siapa?"
"Chloe Watson. Panggil saja Chloe," Suasana hati Chloe kembali membaik, Dia tersenyum ceria sambil mengulurkan tangannya beniat berjabat tangan.
"Nama yang bagus. Aku Felix Edricson, Kamarku ada disamping kamarmu. Kalau butuh bantuan bilang saja padaku," Felix masih tersenyum membuat Chloe tertegun sejenak.
"Wah, Dia lebih sopan dan ramah dibanding cowok yang bernama Neil tadi. Rasanya dia seperti memiliki aura seorang kakak," Pikir Chloe kagum memandang sosok Felix di depannya.
"Ya, Terima kasih atas tawarannya," Si gadis tersenyum lebar.
Si pria mengangguk kecil sebelum membuka suara kembali. "Hmm...Apa kau bertemu dengan Neil, Maksudku pria bersurai ungu magenta tadi? Dia bilang dia yang bertemu denganmu pertama kali,"
"Neil?" Chloe diam sejenak kemudian sosok pria bersurai magenta itu hadir di dalam benaknya. "Ah iya, Aku bertemu dengannya pertama kali. Dia memukul kepalaku dan membuatku pingsan. Saat aku bangun aku sudah berada di sebuah ruangan, Dia juga memintaku bermain kejar-kejaran, Jika aku berhasil dia melepaskanku tapi jika aku gagal maka aku akan menerima konsekuensinya," Chloe menunduk kecil.
Felix terdiam mendengar cerita Chloe, Hembusan napas kemudian terdengar dari sang pria. "Neil itu adalah sepupuku, Dia memang agak sedikit gila. Aku minta maaf mewakili atas sikapnya yang kurang ajar padamu. Aku akan memarahinya nanti,"
"E-Eh tidak perlu," Chloe tersentak, Dia buru-buru menggelengkan kepalanya. "Jangan marahi dia, Tolong bilang saja padanya untuk tidak menggangguku,"
"Aku mengerti," Felix terkekeh pelan, Netra aqua nya tak sengaja memperhatikan lutut chloe yang berdarah akibat jatuh. "Lututmu terluka, Ini pasti karna Neil yang memaksamu bermain kejar-kejaran tadi. Aku akan mengobatinya,"
"T-tidak perlu, Aku baik-baik saja. Nanti akan kuobati sendiri kok," Chloe agak gelagapan ketika Felix berjongkok dan memperhatikan lututnya. Gadis itu agak menjauh dari Felix.
Felix mendongak, Dia kembali memasang senyum ramah. "Tidak masalah bagiku, Anggap saja ini sebagai pertanggung jawaban atas perbuatan Sepupu ku. Permisi,"
Chloe terdiam tak bisa berkata-kata lagi ketika Felix menempelkan perban strip ke lututnya dengan hati-hati, Sungguh pria dihadapannya sangat baik meski mereka baru bertemu, Dia peduli dengan Chloe notabane nya masih berstatus orang asing di asrama ini. Rasa nya Chloe seperti mendapatkan perhatian dari seorang kakak, Felix baik dan murah senyum berbeda dengan Neil yang juga murah senyum namun terkesan menyeramkan dan dipaksakan.
Selesai mengobati luka Chloe, Felix berdiri membuat Chloe agak mendongak mengingat tinggi tubuh mereka jauh berbeda.
"Terima kasih, Kau pria terbaik yang pernah kutemui pertama kali," Chloe tersenyum manis, Mendengar pujian Chloe membuat pipi Felix agak merona. Dia mengusap tengkuknya canggung.
"Benarkah? Padahal aku merasa kalau diriku tidak sebaik itu," Felix terkekeh pelan, Masih mengusap tengkuknya.
"Hahaha, Kau hanya merendah. Tidak masalah kalau tidak ingin mengakuinya," Chloe tertawa kecil, Dan Felix hanya tersenyum menanggapinya. "Kalau begitu, Aku masuk dulu,"
"Ya, Istirahatlah sepuasmu. Nanti aku akan datang lagi untuk mengajakmu makan siang,"
"Iya,"
Chloe pun mulai membuka pintu kamarnya dan perlahan menutupnya meninggalkan Felix yang masih berdiri di tempat. Setelah Chloe hilang dari pandangannya, Senyum Felix luntur dan tergantikan tatapan dingin. Tidak ada lagi senyum ramah di wajah tampannya.
"Padahal aku mengatakan sejujurnya. Kau terlalu menyepelekannya dan hanya memandang dari satu sisi Chloe Watson. Tidak ada yang benar-benar baik di asrama ini," Gumam Felix masih memandang pintu kamar Chloe dengan pandangan dingin sebelum dia melangkah pergi meninggalkan tempatnya berdiri.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
⎯⎯꯭ᷤ💕Sisk𝚊⃤𝐊𝐔ˢ⍣⃟ₛ꙳❂͜͡✯:≛꯭➛
yah yah yah,,belom puas akooh bacany... hehehe
pokokny smngat tross yee thor.. lope lope sekebon dah pokoknya,, 😉
2022-07-07
4