Jalan yang di lalui Venix sangat sulit, lebih sulit dari yang lain.
Di masa lalu, dia hanya ingin mencoba hal yang baru, jadi dia nekat menggunakan teknik ini.
Tidak ada orang lain yang tahu bahwa Venix melakukan ini di awal jalan kultivasi kecuali keluarganya.
Kakak laki-lakinya dan ayahnya membujuknya untuk tidak mengambil jalan ini, namun Venix keras kepala dan tidak menyerah.
Mungkin karena wilayah manusia cukup aman, jadi Ayah dan kakak laki-lakinya menyerah membujuk Venix, dan hanya melihat perkembangannya di masa depan nanti.
Sebelum Venix di teleportasi ke benua kegelapan, tingkat sinkronisasi antara dia dan kucing hitam mencapai angka 25%. Angka yang sangat kecil jika di bandingkan.
Namun, setelah tiba di benua kegelapan, Venix dan kucing hitam menjalani situasi hidup dan mati bersama, hingga membuat sinkronisasi keduanya meningkat dengan cepat!
Kembali saat ini, Venix menggertakkan giginya sambil menahan rasa sakit. Kesadarannya secara perlahan kabur. Bahkan Venix mempunyai pikiran bahwa tidur sebentar sama seperti memasuki surga.
Tidak!
Venix berteriak di dalam benaknya.
Apa perasaan seperti memasuki surga? Itu sama saja dengan mati! Venix dengan cepat sadar bahwa pikirannya menggodanya untuk menyerah, dan di sisi lain, menunjukkan fakta yang akan dia terima jika menyerah.
Venix tidak tahu bahwa menggunakan teknik kultivasinya, rasa sakitnya akan berlipat ganda.
Rasa sakit menembus level Ungu bergantung pada kekuatan dan kualitas jiwa seseorang.
Kualitas jiwa Venix sangat kokoh dan kuat, wajar jika dia sangat kesakitan saat menembus level Ungu. Namun, jiwa kucing hitam Nero juga tidak kalah dengan Venix! Di tambah keduanya, rasa sakit yang tidak pernah Venix bayangkan menyerang jiwanya.
Sebentar lagi... Sebentar lagi... Setidaknya ijinkan aku mati saat melindungi desa!
Venix berteriak di dalam benaknya, berusaha menguatkan tekadnya.
Dia tidak mau mati karena kegagalan menerobos. Jika bisa, Venix ingin mati untuk melindungi seseorang. Setidaknya kematiannya tidak sia-sia!
Retak ~ Retak ~ Brak!
Retakan secara perlahan membesar di dalam jiwanya, dan segera salah satu sudut pecah dan mulai menyemburkan energi jiwa ke dalam seluruh tubuh Venix.
Wusssshhhh
Di luar, bagian dada Venix mengeluarkan cahaya biru tipis, secara perlahan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Energi jiwa menembus keluar dan merawat tubuh Venix dan menyegarkan tubuhnya.
Namun, rasa sakit jiwa masih di rasakan oleh Venix. Kesadarannya hampir hilang, Venix merasa bahwa ini adalah batasnya. Dia berusaha menguatkan tekadnya, namun bagaimanapun dia menghipnotis dirinya sendiri, kesadarannya secara bertahap melemah dan akan hancur saat ini.
Di bahu kanannya, kucing hitam mengerutkan keningnya. Seolah sadar akan sesuatu, kucing hitam membuka matanya dan membuat segel dengan tangan kucing kecilnya.
"Bubarkan!"
Kucing kecil berteriak, dan segera tubuhnya hancur, berubah menjadi sebuah gumpalan jiwa yang padat dan langsung menembus ke dalam jantung Venix.
Di dalam jantung Venix, gumpalan jiwa Nero seperti menemukan sebuah pintu yang tidak terlihat.
"Hancurkan!"
Teriak Nero dan segera menyerang pintu tidak terlihat dengan gumpalan jiwanya.
Saat gumpalan jiwa Nero menyerang pintu tidak terlihat, rasa sakit Venix tiba-tiba menghilang, dan dia akhirnya bisa mengistirahatkan sejenak kesadarannya yang hampir musnah.
"Aku mengorbankan jiwaku untuk memberimu waktu untuk memulihkan kesadaranmu sedikit. Dalam waktu singkat ini, kamu harus memulihkan sebanyak mungkin kesadaranmu. Setelah ini, kamu harus mengandalkan dirimu sendiri." Kata Nero di dalam benak Venix.
"Terima... Kasih..." Jawab Venix dengan tertatih di dalam benaknya.
Venix tidak memikirkan hal lain, dan berusaha mengambil kesempatan yang di berikan Nero untuknya, tidak mempunyai waktu untuk memikirkan kenapa Nero melakukan itu, atau berapa harga yang telah dia bayar untuk melakukan hal itu.
Setelah mengistirahatkan kesadarannya selama beberapa saat, Venix kembali di serang oleh rada sakit.
Tidak seperti sebelumnya, Venix sekarang melawan serangan rasa sakit itu. Sebelumnya Venix secara pasif menerima rasa sakit itu.
Karena pengorbanan Nero, Venix secara perlahan berhasil melewati rasa sakit yang sangat sulit.
Di dalam jiwanya, potongan terakhir belenggu jiwa hancur dan segera sebuah energi biru berwarna pucat terlihat di bagian dalam tubuh Venix, yang menyerupai jiwanya.
Dengan ini, Venix berhasil mencapai Level ungu!
"Batuk! Batuk!" Venix terbatuk dan segera menyemburkan darah hitam dan kotor dari dalam mulutnya.
Setelah terbatuk selama beberapa menit, Venix akhirnya berhenti batuk dan menghirup nafas segar dari hidungnya.
"Siapa sangka bahwa ini akan sangat sulit." Venix menghela nafas dengan sedih, perasaan kematian masih sangat jelas di dalam benaknya : "Aku harus berhati-hati di masa depan. Sepertinya fondasi kultivasiku tidak cukup. Jika aku dengan sabar menunggu sedikit lebih lama, mungkin semuanya akan berjalan lebih lancar."
Venix menganalisis pengalaman sebelumnya.
Sayang sekali Venix salah. Jika dia menguatkan lagi fondasinya, keadaannya akan lebih parah daripada ini. Bahkan bukan tidak mungkin bahwa dia akan mati saat potongan pertama belenggu jiwa hancur.
Venix hampir berhasil melewati ini. Tanpa pengorbanan Nero, bisa dipastikan bahwa Venix akan gagal melewati ini.
Ketuk ketuk
Suara ketukan pintu datang dari pintu rumah Venix.
"Aku datang." Venix segera berdiri dan berjalan ke pintu.
Walaupun Venix baru saja melewati hidup dan mati beberapa saat yang lalu, itu hanya melemahkan kesadarannya. Tubuhnya saat ini sangat kuat dan segar.
Setelah dia berhasil menembus ke level ungu, energi jiwa merawat kesadarannya dan pulih lebih cepat.
Jadi Venix masih memiliki kesadaran yang cukup untuk mengontrol tubuhnya saat ini.
Membuka pintunya, Venix melihat bahwa Fena telah berdiri di luar pintu rumahnya.
"Ada apa?" Tanya Venix pada Fena.
Fena memandang Venix dari atas ke bawah. Bahkan Fena mengeluarkan energinya untuk mengecek kondisi tubuh Venix.
Setelah pemeriksaan ketat, Fena tidak merasa ada yang salah dengan Venix.
"Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Fena pada Venix, dengan wajah yang agak khawatir.
"Aku? Aku baik-baik saja. Benar, aku berhasil menerobos ke level ungu!" Kata Venix dengan senang.
"Kau berhasil? Itu bagus! Sebelumnya aku mendengar suaramu batuk selama beberapa menit. Aku khawatir sesuatu yang salah terjadi denganmu, jadi aku datang ke rumahmu. Namun karena aku tahu kamu sedang melakukan terobosan, aku khawatir mengganggumu dan menunggu batuk kamu selesai. Syukurlah jika semuanya baik-baik saja." Kata Fena sambil menghela nafas lega.
"Batuk? Itu efek setelah terobosan ke level ungu berhasil. Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi, namun menerobos ke level ungu sangat sulit. Bahkan Nero harus mengorbankan dirinya sendiri untuk memberiku waktu." Kata Venix dengan sedih, mengingat pengorbanan Nero. Walaupun Venix tahu Nero masih hidup, Venix tetap merasa sedih dan tersanjung atas pengorbanan Nero.
"Nero mengorbankan dirinya sendiri?" Tanya Fena dengan bingung : "Apakah ada hal seperti itu di antara para Summoner?"
Venix menggelengkan kepalanya dan berkata : "Aku tidak tahu. Saat itu situasiku sangat buruk dan hampir gagal. Namun Nero tiba-tiba menghancurkan tubuhnya dan berubah menjadi gumpalan jiwa untuk membantuku melewati terobosan ke level Ungu. Aku tidak pernah mendengar hal ini dari catatan para senior Summoner, mungkin itu karena bakat Nero?"
"Mungkin." Kata Fena dengan tidak pasti. Dia juga tidak pernah mendengar hal ini terjadi.
Jika Binatang Kontrak bisa mengorbankan diri mereka sendiri untuk membantu Masternya melewati malapetaka, itu akan sangat membantu bagi para Summoner.
Lagipula, semakin tinggi level, semakin sulit dan berbahaya menembus level yang lebih tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments