Beberapa saat kemudian...
Lho kenapa Aku berada disini? Aku merasa heran karena rasanya baru sebentar aku memejamkan mata, namun sekarang tiba-tiba Aku sudah berada di bawah Air Terjun yang berada di dekat rumah Nek Ipah.
Sampai akhirnya Aku memutuskan untuk mencari keberadaan teman-temanku.
"Ani...Ida...kalian dimana?
Akan tetapi, tidak ada jawaban dari mereka berdua, dan kini aku mendengar suara seseorang yang berbicara padaku.
"Selamat datang di Kerajaan kita Permaisuriku, sudah lama aku menunggu kedatanganmu."
"Kamu siapa? apakah kamu pemuda yang tadi aku lihat?"
"Iya..aku adalah Rangga Wisesa, Penguasa di Kerajaan ini, mari ikut aku masuk ke dalam Istana kita."
Aku merasa seakan terhipnotis olehnya, kakiku terus melangkah mengikutinya yang sangat bertolak belakang dengan hatiku yang ingin sekali menolaknya.
Tidak lama setelah kami masuk ke dalam Air Terjun, Aku pun tercengang karena dikejutkan dengan pemandangan yang ada di depan mata kepalaku saat ini. Ternyata dibalik Air Terjun terdapat sebuah Istana yang sangat Megah seperti di dalam Negri Dongeng.
"Tinggallah disini bersamaku Permaisuriku dan kita akan hidup bahagia selamanya," ujar Rangga Wisesa.
Aku rasanya ingin menolak ajakannya, tapi bibirku sedikit pun tidak dapat berbicara. Aku merasa heran kenapa banyak sekali yang menyambut kedatanganku, dan mereka nampak tertunduk hormat menyambut kedatangan kami berdua.
Rangga pun berbicara seakan mengetahui apa yang ada dalam pikiranku saat ini.
"Mereka sudah lama menunggu kedatanganmu sayang, dan mereka semua adalah dayang serta pengawal kita, yang akan senantiasa tunduk dan patuh juga kepadamu. Arini..menikahlah denganku, maka apa pun yang kamu inginkan pasti akan aku penuhi," ujar Rangga Wisesa yang kini membuatku merasa dilema.
Dayang-dayang yang disebut oleh Rangga terlihat menaburkan bunga pada saat kami melewati mereka, rasanya aku ingin sekali pergi dari tempat ini, tapi kaki ini malah terus melangkah mengikuti Rangga Wisesa yang membawaku menuju Singgasananya.
Dan keadaan disini sekarang terlihat seperti sedang diadakan pesta, nampak dayang-dayang menjamu semua tamu yang hadir di pesta ini. Akan tetapi, aku hanya diam mematung melihat semua yang terjadi dihadapanku.
"Permaisuriku nikmatilah jamuan ini, ayo cicipilah semua hidangan yang ada di pesta ini, sebentar lagi kita akan resmi menikah sayang," Rangga Wisesa nampak tersenyum padaku, dan aku hanya membalasnya dengan anggukan kepala, lalu kemudian aku mencoba beberapa makanan dan minuman yang nampak sangat menggugah selera.
Semua yang hadir disini terlihat mengenakan baju seperti di jaman Kerajaan, dan aku pun baru menyadari jika pakaian yang aku kenakan sama dengan mereka, bahkan terlihat lebih indah karena bertahtakan intan permata.
Aku tidak tau ini nyata atau hanya mimpi, karena semakin tengah malam, semakin banyak pula tamu yang datang di acara jamuan ini, dan pesta pun semakin meriah.
Disaat Rangga Wisesa sedang sibuk menemui para tamu undangan, tiba-tiba netraku menangkap seseorang yang aku kenal, apakah itu Arga? gumamku dalam hati.
Arga nampak melambaikan tangannya padaku, dan secara perlahan kakiku mencoba melangkah untuk menemuinya, belum sempat bibirku berucap bermaksud untuk menanyakan kepadanya tentang tempat apa ini, Arga secara tiba-tiba menarik tanganku, dan dia hanya berkata "Cepat pegang erat tanganku Arini, kita sudah tidak punya banyak waktu lagi."
Akhirnya dengan ragu aku berusaha sekuat tenaga memegang erat tangan Arga.
Dan sesaat kemudian...
Wuuuuuuuuuushh....
Aku merasakan angin kencang menerpa tubuhku, lalu mataku pun terbuka dengan cepatnya.
"Astagfirulloh....Alhamdulillah ini semua hanya mimpi," aku pun berucap sambil mengelus dadaku.
Aku mencoba untuk duduk dan berusaha melihat ke sekelilingku, ternyata ini masih di rumah Nek Ipah, Ani dan Ida pun masih nampak terlelap dalam tidurnya.
Kini dari kejauhan sayup-sayup aku mendengar suara Adzan Subuh,
"Alhamdulillah...ternyata sudah masuk waktu Aholat Subuh.
Aku berusaha untuk membangunkan Ani dan Ida untuk menunaikan kewajibannya, namun mereka masih terlihat ngorok dan terlelap di alam mimpi.
"Ani..Ida..ayo bangun, ini sudah waktunya kalian sholat Subuh, ucapku pada mereka sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya."
Memang dasarnya mereka susah untuk bangun, aku pun akhirnya kembali berkata,
"Ani..Ida ayo cepetan bangun, nanti waktu sholat Subuh keburu habis, kalau kalian sampai gak bangun juga, awas saja aku bakalan siram kalian pake air dingin !!"
mereka akhirnya terbangun juga karena mendengar ucapanku.
"Jangan...jangan...Arini cantik, kita sekarang bangun kok, masa kamu tega sih subuh-subuh gini mau siram kami pake air dingin, nanti kita beku dong, disini kan air nya dingin kaya es batu," ucap mereka dengan bergegas menuju bilik toilet.
Setelah mereka berdua keluar, aku kembali teringat tentang mimpi yang aku alami semalam, apa semalam aku mimpi yah? tapi kenapa semuanya terasa begitu nyata, hatiku kini kembali bertanya-tanya.
Lamunanku pun terhenti dikarenakan mendengar suara ketukan pintu kamar.
"Neng Arini..sudah bangun belum? Nenek tadi goreng singkong, ayo dimakan dulu mungpung masih hangat," suara Nek Ipah terdengar dari luar kamar.
"Iya Nek bentar lagi Arini keluar, ini aku mau pake jaket dulu."
Dikarenakan cuaca disini sangat dingin akhirnya aku memutuskan untuk memakai jaket yang aku bawa, soalnya rumah Nek Ipah terletak di daerah pegunungan.
"Rin ayo makan goreng singkong dulu, aku juga sudah habis satu piring nih," ujar Ida.
"Cepet amat, sudah habis satu piring aja?" tanyaku pada Ida.
"Kaya gak tau Ida aja Rin, dia kan makan nya langsung ditelan gak dikunyah dulu," ledek Ani.
"Iiiiih....Ani jahat deh, masa Ida di samain dengan ular.
"Siapa juga yang nyamain kamu dengan ular Da?" sanggah Ani.
"Coba kamu pikir deh Ni, yang makannya suka langsung ditelan bulat-bulat itu kan ular," ujar Ida.
"Iya..iya...maaf, gitu aja ngambek, nanti ilang lho cantiknya," rayu Ani.
Ida pun nampak tersenyum kembali mendengar pujian dari Ani.
"Makasih Ani, baru nyadar ya kalau Ida cantik? udah dari lahir kali Ni," cengir Ida.
"Mulai deh keluar tuh narsisnya, baru dipuji gitu aja udah kaya terbang melayang ke langit ke tujuh, awas noh hidungnya ikutan terbang," ucap Ani lagi.
Ida malah replek memegang erat hidungnya, dan kami semua akhirnya tertawa melihat kekonyolannya.
Sampai tiba-tiba aku mencium bau anyir yang menyeruak ke dalam rongga hidungku, lalu aku mencoba berlari ke belakang rumah untuk memuntahkan isi perutku.
Hoek..hoek...
Ani dan Ida pun kini sudah nampak berada di belakangku untuk mencoba memijit tengkuk leherku.
"Rin kamu kenapa sih? jangan bikin kita khawatir deh," ucap mereka.
Namun kami dikejutkan dengan isi muntahanku yang ternyata mulutku mengeluarkan binatang-binatang yang menjijikan termasuk cacing.
Hoek..hoek...
Aku pun kembali memuntahkan isi perutku karena jijik melihat isi muntahanku barusan.
Sedangkan Ani dan Ida yang sama melihatnya malah ikutan muntah denganku, tapi muntahan mereka berbeda yang nampak normal mengeluarkan makanan yang baru saja mereka makan.
Karena khawatir Nek Ipah sampai menyusul kami keluar lalu mengajak kami untuk kembali masuk ke dalam rumah.
Nek Ipah nampak heran karena tidak sengaja melihat isi muntahanku sampai-sampai beliau langsung mengucap istighfar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
@Kristin
seram banget Thor 🤮
2022-09-09
1
@Kristin
selalu Ada cerita mistik di balik air terjun di kampung ku juga bgitu ada sepasang ratu dan raja yang tinggal di sana mereka memliki istana megah ada seseorang yang pernah tenggelam di sana dia di bawa ke istana itu untuk dijadikan nya rakyatnya. seorang warga telah bermimpi itu tiap tahun jika tidak tidak di adakan acara adat pasti selalu ada korban. entah itu hilng Atau tengelam.
2022-09-09
1
Syhr Syhr
Patrick yang ada di film Spongebob juga gitu...😁
2022-09-04
1