Pov Arini
Akhirnya kami bertiga sudah bersiap untuk berangkat. Namun, Ida masih sibuk dengan terus memasukan makanan ke dalam kantong dan juga ke dalam mulut pastinya, sehingga aku dan Ani sampai dibuat geleng-geleng kepala melihatnya.
Dikarenakan Ida susah sekali untuk kami ajak kerjasama, sampai akhirnya suara Adzan Dzuhur pun terdengar.
"Eh Ni, Da, kalian Sholat dzuhur dulu gih," ucapku pada mereka
"Kamu juga ayo sholat dulu Rin," jawab Ida sambil menarik tanganku.
"Ida, Ida, urusan makanan aja connect nya cepet, giliran hal lain dia lupa tuh Rin, efek faktor U kali ya makanya dia sudah pikun," sindir Ani.
"Lho emangnya kenapa Ni? kan saling mengingatkan dalam kebaikan itu tindakan bagus dong?" Ida masih terlihat bingung.
"Iya bagus kalau Arini gak lagi halangan, tadi dia kan udah bilang kalau lagi PMS, masa baru beberapa jam saja kamu sudah lupa sih Da?" sanggah Ani.
"Astagfirulloh, maaf-maaf Rin, kayaknya efek kekenyangan deh makanya aku jadi lupa," ujar Ida yang kini cengengesan mengingat kelakuannya.
"Udah-udah, kapan Sholatnya kalau kita ngobrol terus, cepetan sana wudhu dulu !" Aku pun berusaha mendorong mereka berdua untuk masuk ke dalam kamar mandi.
Beberapa saat kemudian mereka akhirnya keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh yang saling bersenggolan.
"Astagfirulloh, Ani, Ida, kalian tuh kaya bocah aja, tiap ketemu pasti aja ada yang diributin," Aku pun sampai kesal dibuatnya.
"Ni_Ni_sholatnya aku aja yang duluan ya, nanti wudhu ku keburu batal lagi deh kalau nungguin kamu dulu, tau sendiri kan kalau aku ga bisa nahan kentut, he..he.." Ujar Ida dengan cengengesan.
"Stop gak usah ribut lagi ! kalian mending Sholatnya barengan aja berjamaah, biar pahalanya juga lebih besar, lagian Aku juga sudah nyiapin sajadah sama mukena buat kalian berdua," ucapku.
"Thanks ya Rin, kamu emang perhatian banget deh sama kita," ujar Ida.
Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar, agar mereka segera melaksanakan Sholat.
Aku pun berniat untuk memeriksa satu persatu tas yang kami bawa, takutnya ada barang penting yang ketinggalan.
Kriet..kriet..kriet..
Aku mendengar suara seseorang seperti sedang mengecap makanan di dalam salah satu tas milik kami.
Saking penasarannya, akhirnya Aku memberanikan diri untuk membuka tas tersebut.
"Mungkin itu suara hamster milik Ida kali ya, tadi Ida kan bilang katanya mau bawa hamster peliharaannya," gumamku dengan mencoba melangkahkan kaki menuju ke arah tas kami.
"Tapi sepertinya suaranya bukan berasal dari tas Ida deh," hingga aku pun berusaha untuk membukanya satu persatu. Namun, disaat bersamaan Aku membuka tas bekal kami, Aku melihat sesuatu yang menyeramkan, sehingga Aku pun menjerit.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa....
kini Aku melihat sosok kepala yang berlumuran darah sedang memakan bekal makanan kami dengan lahapnya.
Aku berusaha untuk membaca do'a yang aku bisa. akan tetapi nihil, rasanya mulut ini tidak bisa mengucapkan satu patah kata pun.
Sampai akhirnya,
"Rin bangun Rin," Ida dan Ani berusaha menggoyang-goyangkan bahuku agar aku terbangun.
"Astagfirulloh," kemudian Aku pun terbangun.
"Kamu kenapa sih Rin? mimpi buruk ya? dari tadi kita bangunin juga susah banget," ujar Ani.
"Aku nggak mimpi buruk kok, perasaan Aku juga tadi gak ketiduran, tadi tuh Aku kaget karena melihat sesuatu yang menyeramkan di dalam tas bekal kita." jawabku pada mereka.
Ida pun kini berusaha membuka tas makanan tersebut, namun dia tidak menemukan sesuatu yang aneh di dalamnya.
"Ga ada apa-apa kok Rin, tuh lihat isinya cuma ada makanan yang tadi aku masukin aja kan?" ujar Ida.
Aku pun sampai heran dibuatnya.
"Kamu tadi mimpi buruk kali Rin, tadi kamu kan ketiduran, makanya kalau mau tidur tuh baca do'a dulu," ucap Ani.
Aku pun kini berpikir keras, Apa mungkin ya yang tadi aku alami cuma mimpi? tapi kenapa sepertinya semua itu terlihat nyata? hatiku kini bertanya-tanya.
"Ya sudah mending kita berangkat sekarang aja deh, biar nanti kita gak kemalaman sampai di rumah Nenek," ajak Ida dengan menarik tanganku karena aku masih terlihat bingung.
Setelah mengecek semua keadaan rumah, kami pun bergegas keluar, serta tidak lupa untuk mengunci pintu rumah dari luar.
"Eh guys selfi dulu yuk sebelum berangkat," ajak Ani kepadaku dan Ida.
"Huuuuuh dasar Ratu selfi, mau dimana aja pasti ngajakin selfi," sindir Ida.
"Ah kamu mah gak tau momen sih Da, nanti kan aku mau update tuh di sosmed, siapa tau yang like banyak, apalagi kalau pemuda tampan yang mirip opa-opa korea itu lihat fhoto aku yang cantik ini," dengan centilnya Ani membayangkan wajah pemuda tampan yang tempo hari sempat kita temui di Supermarket.
Pada saat itu juga, pemuda tersebut sudah menolongku ketika aku hampir saja tertabrak mobil disaat menyebrang.
"Ayo cepetan kalau mau fhoto," ujarku pada mereka, kami bertiga pun akhirnya selfi, seperti biasa Ida ingin berada di paling belakang, katanya biar kelihatan kurus. Akan tetapi, disaat kami melakukan selfi, aku seperti merasakan hal yang aneh, pundak ku terasa berat seperti ada yang memelukku, dan seketika bulu kuduk ku langsung merinding.
"Yuk ah kita berangkat, jangan lupa kita baca do'a dulu," ajakku pada Ani dan Ida.
"Bismillah..." kami pun akhirnya melangkahkan kaki bersama untuk keluar dari halaman rumah. Namun, hatiku merasa tidak tenang, aku merasakan firasat buruk yang akan terjadi kepada kami nanti
Disaat kami melangkahkan kaki untuk keluar dari gerbang rumahku, aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang Nenek.
"Astagfirulloh Nek, maaf ya saya gak sengaja, Nenek gak kenapa-napa kan?" tanyaku pada Nenek tersebut.
Entah darimana munculnya Nenek tersebut, karena sebelumnya kami tidak melihatnya.
Namun, tiba-tiba Nenek itu mengeluarkan suara dan memegang erat tanganku. "Cuuu_jangan pergi, Cuuu_jangan pergi !! Nenek tersebut hanya mengucapkan kata itu padaku.
"Maaf ya Nek saya harus pergi dulu," ucapku pada Nenek tersebut.
Mobil taksi yang kami pesan untuk berangkat menuju terminal Bus pun sudah sampai dan berada di hadapan kami. Ani dan Ida kini berusaha menarik tanganku untuk masuk ke dalamnya.
"Kalian gak sopan deh, malah narik-narik tanganku, padahal Nenek tadi masih memegangnya," omel ku pada Ida dan Ani.
Sopir taksi yang kami tumpangi kini terlihat heran mendengar perkataanku. Lalu akhirnya beliau memberanikan diri untuk berkata.
"Maaf ya Neng bukannya Bapak mau ikut campur, tapi sepertinya Bapak daritadi tidak melihat orang lain selain Neng bertiga saat tiba di depan rumah Neng tadi."
"Ah masa sih Pak?" tanyaku dengan heran.
karena penasaran kami bertiga pun akhirnya menengok ke belakang mobil, tepatnya ke depan gerbang rumahku.
Degg
"Lho kok gak ada sih?" ucap kami bertiga serempak.
Gak mungkin kan kalau Nenek tersebut pergi secepat itu? padahal jalannya saja sudah bongkok, bathinku terus bertanya-tanya.
"Rin, apa mungkin ya yang tadi kita lihat itu demit?" ucap Ida.
"Husss, jangan asal ngomong deh Da, kamu tuh nakut-nakutin aja sih," ucap Ani.
"Bukannya gitu Ni, aku juga sebenernya takut, tp coba deh kalian pikir, apa iya ada Nenek-Nenek udah bongkok gitu jalannya cepet banget kaya menghilang." cerocos Ida.
Ternyata Ida sepemikiran denganku, aku pun hanya termenung mendengar perdebatan mereka, sampai akhirnya tidak terasa kami sudah sampai di terminal bus tujuan kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
langsung kasih full dukungan 😍
2022-08-30
2
𝓓𝓮𝓪
dari tadi seru seru baca ternyata cuma mimpi😌
2022-08-20
2
Syhr Syhr
Iya demit itu.. Serem aku.
2022-08-18
1