Erick Bramantyo mencium punggung tangan Ibrahim dengan wajah malu kemudian berpindah ke tangan Hanna istri dari pria yang sudah menjadikannya seperti sekarang.
"Tuhan maha baik, andaikan bukan insiden tabrakan tadi, aku yakin kamu belum juga mau menemuiku," ujar Ibrahim dengan wajah geram menahan marah.
"Maafkan aku pak, aku cuma sedang sangat sibuk sekarang," jawab Erick Bramantyo dengan wajah menunduk. Ia merasa bersalah kini. Ia merasa tertampar dengan ucapan sang bapak angkat yang telah membiayai pendidikannya sampai menjadi seorang pengacara handal seperti sekarang ini.
"Itu terus alasanmu dari dulu, bilang saja kamu tidak ingin datang ke rumah ini lagi! dan tidak mau mengikuti kemauanku," Ibrahim menarik nafas berat.
"Maafkan aku pak, tidak seperti itu masalahnya." ujar Erick berusaha mencari alasan yang tepat. Ia sampai bersujud di kaki pria tua itu agar Ibrahim sang bapak angkat tak lagi marah.
"Apa masalahmu Erick, aku cuma memintamu untuk melanjutkan usaha ini sampai putriku cukup dewasa untuk memimpinnya, tapi apa balasanmu? kamu kembali ke negara ini sembunyi-sembunyi dan tidak memberiku kabar sama sekali. Dasar kacang lupa sama kulitnya!" Ibrahim terus mengoceh dengan wajah marah.
"Pa, ingat penyakitmu, biarkan saja kalau Erick tak mau ke rumah ini, toh sekarang putriku sebentar lagi selesai kuliah, dan ia yang akan menggantikanmu, meneruskan usahamu." hibur Hanna tanpa mau memandang wajah Erick yang berada di kaki Ibrahim. Ia juga sedikit geram dengan pria muda ini.
Untungnya ia tampan batin Hanna memuji.
"Pergilah kalau begitu!" ujar Ibrahim masih dengan nada marah dalam suaranya. Erick merasa sangat sedih disuruh pergi dari rumah itu. Ia merasa seperti orang lain yang tak punya hubungan apapun dengan sang tuan rumah.
Ia tak mau diusir dengan cara seperti itu dari rumah penuh kenangan itu. Rumah keduanya, tempatnya kembali setelah lelah belajar di asrama.
"Baiklah Pak, aku akan mengikuti semua kemauanmu," ujar Erick sembari memejamkan matanya. Ia harus menulikan telinganya lagi dari suara-suara sumbang yang selama ini membuatnya tidak berniat ke rumah ini lagi. Dari keluarga Ibrahim yang selalu cemburu padanya.
"Masuk ke ruang kerjaku sekarang!" ujar Ibrahim dengan nada tegas tetapi bibir tersenyum lebar.
Erick Bramantyo patuh, ia mengikuti langkah sang bapak angkat dengan wajah menunduk.
"Duduklah Erick," ujar Ibrahim mempersilahkan. Pria tinggi tegap itu duduk dan memandang ke depan, menunggu apa yang akan dikatakan oleh pengusaha sukses itu.
"Kamu tahu kan, ada banyak usahaku yang selama ini tidak banyak orang tahu, semuanya sudah kudaftar atas namamu dulu, sebelum Beby putriku lahir." ujar Ibrahim langsung ke inti permasalahannya. Erick tersentak kaget dengan apa yang ia dengar.
"Kenapa bisa begitu pak Ibra, aku bukan putra kandungmu, aku takut putrimu akan salah paham dan berpikir yang tidak-tidak padaku." ujar Erick berusaha menolak secara halus.
"Cukup biaya pendidikan yang engkau berikan padaku sejak SMP sampai selesai di Universitas pak, aku tak mau lagi menerima apapun darimu." ujar Erick dengan suara sendu.
"Berani kamu menolakku lagi Erick!" bentak Ibrahim dengan wajah kembali marah.
"Bapak tidak takut aku mengambil semua ini darimu?" tanya Erick dengan tatapan langsung ke mata Ibrahim.
"Aku tahu dirimu Erick, hatimu pasti tak akan melakukannya, iyyakan?"
"Tapi kenapa Pak, apa kata saudara-saudaramu yang lain?" Erick tak habis pikir dengan jalan pikiran pria tua di depannya.
"Aku hanya punya satu putri yang ingin aku pastikan masa depannya. Aku ingin kamu juga menjaganya Erick sampai maut memisahkan kalian," Ibrahim menyentuh tangan pria muda itu dengan tatapan penuh harap.
"Apalagi ini pak Ibra, kamu terlalu banyak permintaan padaku." ujar Erick berusaha mengalihkan pandangannya dari mata Ibrahim. Ia meraup wajahnya kasar.
Bagaimana mungkin aku memenuhi semua permintaan pria tua in yang semuanya sangat tidak masuk akal.
"Ada banyak yang mengincar nyawa putriku hanya karena harta ini, Erick. Aku percaya padamu." putus Ibrahim tak mau dibantah.
"Sekarang kamu bisa keluar dari ruangan ini," lanjut Ibrahim tanpa mau dibantah lagi.
Erick berdiri dari duduknya dan menyempatkan diri memindai ruang kerja Ibrahim yang baru pertama kali ini dimasukinya setelah sekian tahun.
Deg
Pandangannya terhenti pada satu foto keluarga berukuran sedang dan sedikit terlindungi dari tirai jendela.
"Siapa dia Pak Ibra?" tunjuk Erick pada foto berbingkai emas itu.
Plak
Ibrahim langsung memukul lengan atas pria muda itu dengan tongkatnya.
"Awwwww" Erick berteriak kesakitan.
"Berarti tugasmu yang dulu tidak kamu laksanakan ya?! kamu bahkan tidak mengenal putriku!? keluar kamu sekarang!" hardik Ibrahim dan langsung membuat Erick segera melarikan diri dari ruangan itu.
Beby sayang, sepertinya kita akan selalu bertemu kedepannya.
Erick membatin sembari menyeringai senang. Ia langsung naik ke mobilnya dan berniat menyampaikan kabar bahagia ini pada sang ibu yang ada di Panti Asuhan.
Ibu, aku akan membawakan menantu untukmu!
*Tobe continued
Mana nih dukungannya untuk karya receh ini, Like dan komentarnya dong 😍.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
yuuuu123
hahahaha
2022-08-27
0
Isss
mentong inie Erick. nda na jalan kan tugasnya
2022-07-23
4
Palma077
bahagiaxmi itu Mamanya Erick kLo dibawakan calon mantu.😁
2022-07-16
3