Matahari sudah bersinar sangat terang di luar sana. Bunyi burung-burung peliharaan Ibrahim sudah lama saling bersahut-sahutan mengiringi segala kesibukan semua orang di rumah yang sangat luas dan mewah itu.
Ibrahim dan Hanna yang baru pulang dari kegiatan Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor. Mereka mengendarai sepeda mulai dari jalan Jend. Sudirman-Jl. MH Thamrin (Patung Arjuna Wijaya sampai dengan Patung Pemuda Membangun).
Hanna langsung memasuki rumah dan menanyakan keadaan putri semata wayangnya pada salah seorang ART yang menjemputnya di depan pintu.
"Bik, Beby udah turun belum?" tanya Hanna sembari membuka sepatu ketsnya dan menyimpannya asal karena kecapekan. Ia sangat lelah hari ini karena mengikuti suaminya mengayuh sepeda memperingati HBKB.
"Non Beby belum turun dari tadi Nya," ujar si Bibik dengan menundukkan kepalanya sopan.
"Oh gitu ya, makasih ya bik." jawab Hanna kemudian melangkah ke tangga untuk melihat putrinya itu.
"Mau kemana Ma?" tanya Ibrahim saat melihat istrinya melangkah dengan cepat menaiki anak tangga dimana kamar putrinya berada.
"Mau lihat Beby Pa, gak biasanya jam segini belum turun-turun juga." jawab Hanna kemudian melanjutkan langkahnya ke atas menyusuri anak tangga yang berkelok-kelok.
Baru kali ini ia merasa naik tangga begitu membuatnya sangat lelah. Seketika Hanna merasa sudah tua atau lanjut usia.
Dulu Ibrahim pernah memberinya saran agar dibuatkan lift saja di rumah yang berlantai 3 itu tapi Hanna menolak karena katanya tangga lebih bagus dan bermanfaat.
Tetapi sekarang ia merasa lift itu sangat penting mengingat kakinya sudah tak sanggup sampai keatas dengan rasa lelah yang ia rasakan setelah bersepeda seperti tadi.
Setelah mengetuk pintu kamar sang putri dan tidak ada jawaban dari dalam, ia pun mendorong pintu yang tidak terkunci itu dan menemukan Beby masih tidur dibawah selembar selimut tebal.
"Beby..." panggil Hanna pada gadis berusia 21 tahun itu dengan pandangan khawatir. Wajah cantik sang putri tampak merah dengan tubuh menggigil. Rupanya putrinya itu sedang demam.
"Beby sayang? kamu dengar mama nak?" Hanna meletakkan telapak tangannya didahi sang putri.
"Ya ampun kamu panas sekali Beb." Hanna semakin panik. Ia lantas meraih handphonenya yang ada di dalam tas kecil di pinggangnya dan menghubungi sang suami di lantai bawah.
"Pa, Beby sakit cepat ke atas!" satu kalimat itu langsung membuat Ibrahim menaiki tangga dengan langkah cepat. Beby adalah putrinya satu-satunya yang dengan penuh perjuangan untuk mendapatkannya. Tidak boleh terjadi sesuatu pada gadis itu.
"Ada apa sayang?" tanya Ibrahim setelah ia baru sampai di dalam kamar sang putri.
"Beby demam Pa, lihat badannya panas sekali." jawab Hanna dengan wajah sedih. Ia terus mengelus lembut lengan sang putri yang sudah sangat lemas itu.
"Beby kamu dengar mama nak? jawab mama sayang..kita kerumah sakit ya?" Beby mengangguk ia juga merasa badannya sangat lemas dan juga merasakan sakit diseluruh tubuhnya.
"Ayo cepat Ma, siapkan perlengkapan Beby kita bawa ke rumah sakit." titah Ibrahim dan kemudian mengangkat tubuh putrinya keluar kamar dan segera membawanya ke mobil untuk mendapatkan perawatan medis.
Sepanjang jalan mereka berdua terus berdoa agar putri mereka baik-baik saja. Sesampainya di Rumah sakit Beby Alesha langsung mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat dari dokter yang sudah mengenal siapa Ibrahim itu. Orang penting di kota itu yang terkenal sangat berjiwa sosial.
"Bagaimana dokter?" tanya Hanna pada dokter yang sedang memeriksa sang putri.
"Bukan hal yang serius nyonya, sepertinya nona Beby kelelahan, aktivitasnya sangat banyak pastinya." ujar dokter perempuan itu dengan senyum menenangkan.
"Benar dokter? putri saya tidak kenapa-kenapa? selama ini ia tidak pernah seperti ini meskipun kegiatannya sangat banyak." ujar Hanna masih dengan rasa khawatir didalam hatinya. Ia paling takut membayangkan kalau putrinya itu mungkin saja mengidap penyakit berbahaya.
"Tidak nyonya, dari hasil cek up darahnya. Semuanya baik-baik saja. Ini murni karena kelelahan. Mungkin Setelah ini nona Beby harus istirahat yang cukup." ujar sang dokter masih dengan senyumnya yang menenangkan.
"Terimakasih banyak dokter." Hanna mengantarkan dokter itu keluar dari ruang perawatan Beby setelah sang dokter selesai memberikan pelayanan pada pasien yang masih sangat lemas itu.
"Kamu dengar sayang? kamu terlalu lelah. Mulai sekarang kamu tidak boleh lagi keluar rumah tanpa pengawalan." ujar Hanna sembari memandang wajah putrinya yang sudah mulai berkeringat efek meminum obat penurun panas dan demam. Beby tidak menjawab, ia hanya tersenyum tipis.
"Ternyata wonder woman bisa tumbang juga, Hem." ujar Ibrahim yang baru masuk ke kamar perawatan itu dan melihat putrinya sudah mulai bisa tersenyum meskipun masih sangat lemas.
"Beritahu putrimu Pa, ia tidak boleh lagi terlalu banyak beraktivitas diluar sana." gerutu Hanna dengan wajah kesal, karena sepertinya dua orang kesayangannya ini selalu bekerjasama melakukan hal-hal yang kadang sangat ekstrim di luar sana.
Ibrahim hanya tersenyum dan tidak mau menanggapi gerutuan sang istri. Ia hanya membuka layar handphone dan mengirim pesan ke sebuah nomor baru.
Aku tugaskan kamu menjaga putriku 24 jam mulai hari ini. Datang sekarang ke Rumah Sakit tetapi sembunyikan identitasmu!
*Tobe continued
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat update nya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬
benar. jalan lewat tangga memang bagus buat peregangan otot.
2022-08-13
3
Salpira Salpira
Pak Ibrahim mengirim pesan kepd siapa ya?
2022-07-16
1
Salpira Salpira
Beby hanya butuh istirahat.
2022-07-16
1