Bab 3. Desa Aneh

gadis itu menatap sebutir bawang yang diberikan oleh temannya itu

"Untuk apa ini Luh?" tanya nya

"menurut tradisi kami bawang itu sangat ampun untuk mencegah roh jahat mendekat" jelas Siluh

Sedangkan Radit yang merasa itu sangat aneh hanya terdiam dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh Siluh

"hahaha.... masak sebutir bawang bisa mencegah roh jahat" tawa Rian yang sama sekali tak percaya apapun yang dikatakan Siluh, dia memang satu satu nya teman yang tak percaya dengan hal hal berbau gaib.

"Lo mending diem berisik gue lagi fokus nyetir" ujar Made yang kesal mendengar tawa Rian membuat kuping nya sangat panas

"iya iya selow dong" sahut Rian meledek

Sudah cukup lama ia berada disekitaran hutan bahkan rumah warga pun tak kunjung terlihat , Made mulai ragu jika jalan yang ditempuh nya ini adalah jalan yang benar

"Luh ini sudah setengah jam kenapa belum ada pemukiman warga ya?" Tanya nya melihat lihat apakah ada satu rumah warga agar mereka bisa bertanya apakah ini jalan yang benar

"hmm setau gue sih bener , kayak nya sebentar lagi ada deh pemukiman warga" sahut nya

Dan benar saja tak berapa lama sudah mulai terlihat satu rumah warga , itu pun terlihat kosong seperti tidak terurus dan ditinggalkan oleh pemiliknya

"ini sudah memasuki desa tapi kenapa sepi banget ya, aura nya juga aneh bikin gue merinding" ujar Sari yang mengusap leher dan kedua lengannya

Sementara Siluh yang sibuk menghapal jalan ke arah rumah nenek nya tak sengaja melihat sosok kakek tua yang dia liat tadi, kakek itu sedang melambaikan tangannya pada mereka

"eh eh itu ada kakek tua yang tadi gue lihat" ujar Siluh menepuk bahu Made agar berhenti sejenak

"ha kakek mana Luh" tanya Radit

"Itu Lo masak kalian ga lihat" sahut nya menunjuk ke arah rumah yang tadi mereka lewati

"Luh kita ga lihat apa apa " jawab Made kebingungan ia bahkan sampai membuka kaca jendela dan melihat keluar , namun tak ada satu orang pun yang sedang berada dirumah itu

Mendengar perkataan temannya yang tak melihat Kakek tua itu membuat gadis itu terdiam, lagi dan lagi hal diluar logika datang menghampiri nya

apa iya hanya dia yang bisa melihatnya, dia mengetahui kemampuan dirinya yang dapat melihat sosok, namun kali ini berbeda kakek itu benar benar nyata dan tak mungkin itu seorang sosok.

"ihh Luh gue jadi merinding nih udah ahh jalan aja , yok De jalan" ujar Sari yang sudah ketakutan mendengar mereka berbicara mengenai kakek itu

"Astaga Sar Lo selalu aja takut kayak gue nih pemberani" sahut Rian

"Ya Lo ga boleh ngomong gitu kita lagi di desa orang " tegur Radit

Pria itu langsung menutup mulut nya dan ia kembali mengambil ponsel nya daripada ia selalu terkena semprot oleh kawan kawannya.

Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan, jalannya memang aspal tetapi masih ada lubang yang membuat pengendara yang lewat harus berhati hati, ditambah tak terlihat bengkel jika mobil mengalami mogok atau kerusakan

"De setelah ini Lo belok kanan ya, seinget gue disana ada rumah pak RT " ujar Siluh

"Iya Luh , ini jalannya sempit, terjal untung aja cukup buat mobil lewat" jawab nya

"iya nih desa Lo kayak desa mati sepi amat, tapi suasana sejuk sih " jawab Radit

Bahkan gadis itu pun merasa ada yang berbeda dari desa itu, dulu saat dirinya masih tinggal dirumah itu desa ini terlihat begitu ramai bahkan banyak sekali orang yang berkeliaran, jalanan nya pun tak sejelek ini

Setelah memasuki pemukiman yang sesungguhnya tubuh Siluh menjadi agak aneh, leher belakang nya mulai terasa pegal dan tangannya mulai terasa kaku seperti tadi, namun ia tak mengatakan keluhan nya itu kepada mereka takut jika mereka akan ketakutan atau kepikiran mendengarnya.

"De de berhenti" menepuk nepuk bahu pria itu

"Ada apa Luh?" tanya nya

"ini rumah Pak RT nya , gua mau turun mau tanya dulu" ujar nya membuka pintu mobil dan turun

"gue juga ikut Luh pegel banget" ucap Rian yang juga ikut turun dari mobil karena merasa pinggang nya sedikit sakit

Radit dan Sari pun ikut turun dari mobil, ia ingin merasakan suasana sejuk di desa itu

Siluh berjalan ke rumah itu

"permisi Pak, Bu" panggil nya, setelah memanggil tak ada seorang pun yang keluar dari rumah itu.

"Permisi" panggil nya sekali lagi

Tiba tiba seorang wanita paruh baya datang dari arah samping , itu membuat Siluh agak sedikit terkejut

"Iya cari siapa" jawab nya

"Eh ibu bikin kaget saja" ucap Siluh mengelus dada nya

"Maaf Bu Saya Siluh cucu dari pemilik rumah di gang sana" ujar nya sambil bersalaman

"Cucu nya eyang Sis?" tegas nya

"iya Bu benar ,"

Disaat siluh sedang bertanya mengenai rumah Nenek nya Rian, Radit dan Sari berjalan melihat di sekitar desa itu, mereka menikmati suasana yang sejuk dan aroma pepohonan yang khas dan begitu rindang

"kalo gua punya rumah disini ga mau gue pindah" ujar Rian

"uuu( pukul Radit ) dasar Lo " sahut nya

Sementara Sari hanya terdiam, mengelus kedua tangannya ia juga masih terus memegang bawang merah yang diberikan oleh Siluh

gadis parno itu melihat disekitar pemukiman warga , ia berjalan sangat berhati hati

memang suasana nya terasa sejuk, namun ada aura aneh yang membuat nya tidak nyaman setelah memasuki desa ini.

"Dorrr( kaget Rian mengerjai Sari yang sedari tadi hanya terdiam dan berjalan sangat berhati hati)"

"Ihh Rian Lo bisa ga sih diem jangan usil " tegas nya dengan kesal

"hahahah....lagian Lo parno banget disini kita liburan " ujar nya tertawa puas

Rian yang tadi nya tertawa tiba tiba terdiam dan melihat ke arah belakang Sari dengan tatapan aneh dan sangat tajam.

"Yan Lo kenapa?" tanya sari kebingungan

"Eh itu apaan " jawab nya penasaran dan menghampiri sesuatu yang diliat nya , ia mulai mendekati benda itu , benda yang sangat aneh berada dalam satu wadah yang terbuat dari bambu

Sari yang melihat Rian menghampiri sesuatu langsung itu menyusul nya , dari jauh itu terlihat seperti sebuah wadah berisi makanan,namun ketika didekati itu adalah Sesajen.

Rian yang belum pernah melihat hal itu secara langsung hendak menyentuh dan mengambil nya, tangannya mulai mendekati sesajen itu.

"Eh Yan jangan" cegah Sari dengan tiba tiba

Sontak tangan pria itu langsung menghindar dan dia agak terkejut dengan ucapan nya yang melarang nya menyentuh nya

"Memang kenapa sih, gue penasaran " ujar nya

"Lo tau ga itu apa?" tanya nya

"memang apa, gue pengen ngambil jeruk nya , pisang nya juga kayak nya enak" ujar nya mengelus perut nya yang rupanya sedang kelaparan

"itu Sesajen!!, Lo jangan sembarangan ini bukan tempat kita" tegur nya keras

"zaman kayak gini masih ada sesajen?, kuno banget " jawab Rian meremehkan dan mengolok tradisi warga sekitar desa itu

"udah Lo sini ikut gue" ucap Sari menarik tangan pria itu , Rian memang asal ceplos bahkan ia tak pernah berpikir dahulu sebelum berbicara

Bersambung.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Biah Kartika

Biah Kartika

rian rian bahaya banget sih kamu klo begitu di desa orang

2023-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!