Nayra memegang kepalanya yang tiba tiba terasa pusing.
"Nay, kamu kenapa?" Arfi merasa cemas.
"Aku tidak tahu, kepalaku pusing." pandangan mata nayra mulai sedikit kabur.
"Arfi, tolong bantu aku masuk" Nayra memegang tangan Arfi karena ia takut terjatuh.
Arfi meletakan paper bag berisi baju yang ia beli didepan rumah Nayra.
Arfi membuka pintu rumah Nayra sambil menuntun Nayra kedalam rumah. ketika sampai didalam rumah, Nayra tiba tiba pingsan. Arfi menggendong Nayra kemudian ia membaringkan Nayra diatas sofa.
"Nay, kamu itu benar benar lemah. kalau tidak pingsan, kamu pasti tidur." Arfi duduk disamping Nayra.
"Mungkin karena baju kamu basah, jadi kamu sakit dan akhirnya pingsan." Arfi kemudian pergi meninggalkan Nayra.
Arfi mengambil paper bag yang sempat ia letakan didepan rumah Nayra.
"Aku harus menggantikan baju Nayra. kalau tidak, nanti dia bisa tambah sakit." Arfi meletakan paper bag yang ia ambil diatas meja.
"Nay, maaf aku harus membuka baju kamu." Arfi membuka satu persatu kancing baju Nayra.
Mata Arfi tidak berkedip ketika ia sudah melepaskan semua pakaian Nayra. ia tidak berhenti memandangi tubuh polos Nayra, tubuh Nayra yang tanpa busana sempat membuat Arfi tergoda ingin menyentuhnya.
"Tidak, tidak aku boleh melakukannya. apalagi saat Nayra tidak sadar." Arfi menarik tangannya yang saat itu sedang menyentuh wajah Nayra.
Arfi mengambil baju dari paper bag yang tadi ia bawa. saat mengambil baju Nayra, pakaian dalam Nayra terjatuh, Arfi mengambilnya sambil teesenyum.
"Pantas dia tadi ngotot mau belanjaannya dipisah, ternyata karena ini."
Arfi kemudian cepat cepat memakaikan Nayra, pakaian dalam serta baju. ia melakukan itu untuk membuang pikiran pikiran, dimana ia ingin menyentuh tubuh Nayra.
"Sekarang lebih baik aku ganti baju juga."
Setelah berganti pakaian Arfi mengunci pintu rumah Nayra kemudian ia menggendong Nayra kedalam kamarnya.
Nayra sempat tersadar dari pingsannya tapi karena sedang demam ia seperti tidak ingin membuka matanya, Nayra sangat mengantuk dan lelah.
Arfi, apa aku tidak salah lihat? dia menggendongku.
Untuk sesaat Nayra membuka matanya kemudian ia memejamkan matanya kembali. Nayra mengira itu hanya mimpi, Nayra tertidur ketika Arfi meletakan tubuhnya diatas tempat tidur.
"Badan Nayra panas. biarpun panasnya tidak terlalu tinggi, tapi aku harus tetap mengobati Nayra." Arfi memegang dahi Nayra
Arfi kemudian mencari kotak obat dilaci meja Nayra. karena dilaci meja kamar tidak ada, arfi lalu keluar dari kamar Nayra. Arfi mencari kotak obat Nayra diruang tengah, tapi diruang tengah Arfi tetap tidak menemukannya.
Arfi pergi kedapur dan ternyata Nayra meletakan kotak obatnya dilemari makan yang ada didapur, Arfi mencari obat penurun panas dikotak obat itu.
Arfi menemukan obat penurun badan, plester kompres dan juga obat obatan lainnya. Arfi memilih plestes kompres untuk mengobati demam Nayra.
"Aku kompres saja, kalau minum obat nanti Nayra jadi bangun." Arfi ternyata melihat saat Nayra tersadar dari pingsannya.
Arfi kembali masuk kekamar Nayra, ia menempelkan plester kompres didahi Nayra.
"Aku ngantuk, aku juga tidak mungkin meninggakan Nayra. ya sudahlah, aku tidur disini saja." Arfi menyelimuti Nayra lalu ia tidur disamping Nayra.
Arfi memegang dahi Nayra yang masih panas, Arfi memeluk tubuh Nayra agar Nayra merasa hangat.
Beberapa jam kemudian.
Nayra membuka matanya, ia terbangun dari tidurnya. Nayra sangat terkejut melihat ia sedang tidur didada seorang pria. pria itu juga memeluknya dengan erat, bahkan Nayra melingkarkan satu tangannya diperut pria itu.
Posisi apa ini?'
Nayra ingin berteriak tapi ia buru buru menutup mulutnya. Nayra tidak ingin membangunkan tetangganya. Nayra mengangkat sedikit kepalanya, agar melihat wajah pria yang tidur dengannya.
"Arfi." Nayra duduk, ia bangun dari tidurnya.
"Arfi, bangun Arfi! Arfi!" Nayra menguncang guncang tubuh Arfi.
"Renata sayang, aku masih ngantuk, kita tidur lagi" Arfi masih memejamkan matanya
"Arfi, bangun sekarang. lihat aku, aku bukan Renata." Nayra merasa sedih.
Mendengar suara Nayra Arfi membuka matanya.
Gawat, aku terbiasa tidur dengan Renata, jadi aku pikir, sekarang aku sedang tidur dengan Renata. Arfi kelihatan gugub.
"Nayra."
"Iya ini aku Nayra bukan Renata."
"Maaf Nay."
"Tidak perlu minta maaf, wajar jika seorang suami menyebut nama istrinya. Arfi, kenapa kamu tidur dikamarku? Kenapa?"
"Nay, kamu tidak ingat? tadi kamu pingsan."
"Iya, aku ingat. tadi kepala aku pusing dan kamu membantu aku masuk kedalam rumah, setelah itu aku tidak ingat apa yang terjadi"
"kamu juga tidak ingat waktu aku menggantikan baju kamu yang basah?" Arfi ingin melihat reaksi Nayra
Nayra langsung melihat bajunya.
"Aku ingat, tadi bajuku basah. Arfi apa benar kamu yang menggatikan bajuku?" Nayra seakan tidak percaya.
"Memangnya siapa lagi? disini cuma ada aku, tidak ada orang lain." Jawab Arfi santai, padahal Nayra sudah merasa kesal.
"Itu berarti, kamu lihat aku tidak pakai baju?" Nayra panik.
"Nay, bodoh pertanyaan macam apa itu? tentu saja aku melihatnya."
"Lalu apa yang kamu lakukan padaku? waktu aku pakai baju saja pikiramu sudah mesum, apalagi aku tidak pakai baju." Nayra sangat takut Arfi melakukan sesuatu padanya.
Nay, kamu bertanya atau sedang menuduhku, kamu pikir aku sejahat itu? Arfi kesal.
"Maaf Nay, aku tidak bisa menahan diriku." Arfi membohongi Nayra.
"Apa? tega kamu Arfi. tega kamu mengambil kesucianku, kesucian itu adalah sesuatu yang berharga untuk seorang perempuan. bahkan lebih berharga dari seluruh harta yang kamu punya. kalau kamu kehilangan harta kamu bisa mencarinya tapi kalau kesucian seorang perempuan hilang, kamu tidak akan bisa mengembalikannya." Nayra menangis sambil memukul mukul dada Arfi.
"Nayra, kamu tenang dulu. aku tahu, aku salah, aku akan bertanggung jawab." Arfi memegangi kedua tangan Nayra yang ingin memukulnya lagi.
"Tanggung jawab?"
" Iya nay, aku akan menikahimu."
Nay, aku ini orang yang gigih. aku akan berusaha mendapatkan apa yang aku inginkan dan yang sekarang aku inginkan adalah menikah denganmu. Batin Arfi.
"Arfi, apa kamu sudah gila? kalau kita menikah bagaimana dengan Renata dan Kevin?"
"Nay, kamu tidak perlu memikirkan Renata dan Kevin. saat kita sedang berdua, hanya ada aku dan kamu. tidak ada Renata dan Kevin, jadi jangan membicarakan mereka saat kita sedang berdua."
"Aku tidak mau menikah denganmu." Nayra menolak dengan tegas.
"Terserah, kalau begitu kamu cari saja laki laki lain yang mau menikah denganmu. aku yakin tidak ada yang laki laki yang mau menikah denganmu." Arfi sangat percaya diri.
"Arfi, kenapa kamu menghinaku? apa aku seburuk itu? Nayra kembali menangis.
"Sayang, bukan itu maksudku. laki laki yang belum menikah, pasti ingin punya istri yang masih perawan. kecuali kalau perempuan itu janda."
"Janda?" Nayra bertanya tanya.
"Nay, menikahlah denganku. Kalau kamu merasa tidak bahagia kita bisa bercerai, dengan begitu kamu akan menjadi janda"
"Menikah, bercerai, jadi janda. Arfi, sebenarnya apa yang kamu bicarakan? " Nayra belum bisa mencerna maksud perkataan Arfi.
Nayra memang gadis yang pintar, tapi kalau masalah cinta dan laki laki Nayra belum berpengalaman. selain dengan Arfi Nayra tidak pernah berpacaran dengan orang lain.
"Nay pintar, kamu harus menikah denganku karena aku sudah mengambil kesucianmu. aku tahu kamu tidak mau menikah denganku karena itu setelah menikah beberapa bulan kamu bisa menceraikan aku." ucap Arfi.
"Setelah kita bercerai kamu bisa dengan mudah laki laki lain. meskipun sudah tidak perawan kamu tidak perlu khawatir, laki laki yang mendekati kamu pasti sudah tahu kamu tidak perawan karena kamu itu janda." Arfi mencoba mencoba mempengaruhi pikiran Nayra.
"Dari tadi kamu bicara janda, janda. berisik banget, kamu tidak usah memikirkan aku, kalau ada laki laki yang mau menikah denganku aku akan jujur. aku akan bilang kalau aku bukan perawan, jadi aku tidak perlu repot repot menikah dengamu."
Nayra menurunkan kakinya dari tempat tidur ia kemudian berdiri.
"Arfi, dari pada kamu bicara yang tidak tidak. lebih baik kamu pulang." Nayra mengusir Arfi.
"Nay, ini masih jam satu malam. lagi pula aku masih ngantuk, aku tidak mau pulang."
"Ya sudah, kamu tidur saja." Nayra berjalan kearah pintu.
"Nay, kamu mau kemana?"
"Aku mau cari udara segar."
"Kamu tidak mau tidur lagi?" Tanya Arfi
"Tidak, hari ini aku sudah banyak tidur. kalaupun aku tidur, aku tidak akan tidur disini." Nayra membuka pintu kamar.
"Nay, tunggu dulu."
"Apa lagi?" Nayra menghentikan langkah kakinya.
"Tolong pikirkan lagi permintaanku, seandainya ada laki laki yang melamarmu. lalu kamu memberitahu kalau kita pernah tidur bersama. kamu yakin laki laki itu mau menerima kamu? tidak akan nay, laki laki itu pasti mengira kamu bukan perempuan baik baik. apalagi kalau tahu, kamu tidur dengan suami orang."
"Laki laki mana yang kamu maksud? sudahlah, kamu jangan bicara omong kosong dan jangan membicarakan sesuatu yang belum terjadi." Nayra meninggalkan Arfi sendirian.
Nay, apa lagi yang harus aku lakukan agar kamu mau menikah denganku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments