Cemburu

lagi lagi Nayra mendorong Arfi, kali ini ia mendorong Arfi lebih keras hingga Arfi jatuh dari bangku.

"Aw.. " Arfi kesakitan.

"Nay, kenapa kamu mendorongku?" Arfi mengulurkan tangannya, ia ingin Nayra membantunya berdiri.

Nayra tidak menghiraukan Arfi, ia memilih berjalan dan keluar dari bis.

"Nay tunggu!" Arfi mengikuti Nayra.

"Nay, kamu mau kemana?" Tanya Arfi ketika Ia dan Nayra sudah turun dari bis.

"Aku mau pulang."

"Nay, sekarang hujan. kamu lihat kita berdua kehujanan, ayo kita masuk kedalam bis."

"Aku engga mau! lebih baik, aku kehujanan dari pada berduaan denganmu dibis.

"Nayra."

"Arfi, apa kamu sadar? setiap kali didekatku kamu selalu berbuat kurang ajar. bahkan kamu pernah, berbuat hampir diluar batas dan setelah itu kamu mesra mesraan sama istri kamu, kamu pikir aku tidak punya perasaan? " Nayra bicara sambil menangis.

"Sayang, maafin aku. aku tidak bermaksud, sekarang kita masuk kebis. nanti kamu sakit kalau kehujahan."

"Engga mau, aku engga mau! aku mau pulang." Nayra keras kepala, ia tetap ingin pulang.

"Iya, iya! kita pulang. tapi aku pesan dulu taksi online." ucap Arfi.

"Nay, ayo kita kedalam bis." Arfi kembali mengajak Nayra naik keatas bis.

"Kalau kamu mau naik kebis, naik saja sendiri."

"Nay, kamu jangan keras kepala." Arfi menggendong Nayra.

"Turunkan aku!" Nayra memukul mukul dada Arfi.

Arfi tidak perduli, ia tetap menggendong Nayra, ia naik keatas bis. Setelah berada didalam bis, Arfi mendudukan Nayra dibangku.

"Nay, aku akan pesan mobil untuk kita pulang, hpku ada disini karena itu aku aku mengajakmu kesini." Arfi mengambil jaketnya ada dibangku bis lalu ia mengambil ponsel dari saku jaketnya.

"Kita? yang mau pulang itu aku bukan kita." Nayra tidak ingin pulang bersama Arfi.

"Aku juga mau pulang."

"lalu, bagaimana dengan Kevin?" Nayra mencari cari alasan agar ia bisa pulang sendiri.

"Aku akan menitipkan dia pada kepala sekolah atau nyonya Clara."

"Arfi, Kamu disini saja. aku bisa pulang sendiri."

"Aku tidak bisa membiarkan kamu pulang sendiri."

"Tapi aku mau pulang sendiri!"

"Aku bilang tidak ya tidak!" Arfi mulai marah.

Arfi kemudian memesan taksi online, setelah taksi itu datang. Arfi segera mengajak Nayra pulang.

"Nay, pakai ini." Arfi memberikan jaketnya pada Nayra, karena ia melihat Nayra kedinginan.

"Tidak perlu!" Nayra menepis tangan Arfi.

"Nay, baju kamu itu basah nanti kamu bisa sakit." Arfi khawatir

"Kamu kira dengan memakai jaket kamu, bajuku akan kering." Nayra memalingkan wajahnya ia melihat kearah luar jendela.

"Pak nanti tolong berhenti ditoko baju terdekat." ucap Arfi pada supir taksi.

"Iya pak" ucap pak supir.

"Untuk apa toko baju?" Tanya Nayra.

"Beli baju, baju kita basah jadi harus ganti."

"Aku engga mau!" Nayra menolak.

"Terserah, kamu mau atau tidak. aku tetap akan membeli baju."

Beberapa saat kemudian Arfi dan Nayra sampai kesebuah toko baju. sesuai permintaan Arfi pak supir berhenti didepan toko baju.

"Turun!" Perintah Arfi pada Nayra.

"Aku kan sudah bilang engga mau."

"Keras kepala." Arfi merebut tas yang dipegang Nayra.

"Kalau kamu engga turun, aku engga akan mengembalikan tas kamu dan aku akan tinggalin kamu disini. aku yakin kamu engga akan bisa pergi karena dompet sama hp kamu pasti ada ditas ini." Arfi mengancam Nayra.

Dengan terpaksa Nayra menuruti perintah Arfi, Nayra keluar dari taksi.

"Pak tunggu sebentar ya, kita cuma mau beli baju." ucap Arfi pada supir taksi sebelum ia masuk kedalam toko baju.

"Nay, maaf ya. aku cuma mengajak kamu ketoko baju. karena kalau kita pergi mall atau butik pasti ramai dan aku malu dilihat orang dengan baju basah begini."

"Engga papa ditoko ini bajunya juga bagus bagus." Nayra mengambil sebuah dress.

Saat Arfi sedang memilih baju, Nayra buru buru mengambil pakaian dalam lalu ia segera berjalan ketempat kasir.

"Mba berapa totalnya?" Tanya Nayra.

"Mba sekalian punya saya dihitung, jadikan satu saja." Arfi tiba tiba sudah berdiri disamping Nayra.

"Jangan mba, belanjaan saya sama dia dipisah saja." Nayra malu karena ia membeli pakaian dalam.

"Jadi satu saja mba." ucap Arfi

"Pisah saja mba." balas Nayra.

"Jadi satu saja mba." Arfi kesal.

"Mba, dengerin omongan saya aja."

"Diam Nay! kamu buat orang bingung." Arfi membentak Nayra.

Dibentak didepan orang lain membuat Nayra marah sekaligus sedih, Nayra meninggalkan Arfi begitu saja. Arfi ingin mengejar Nayra tapi ia harus membayar dulu barang belanjaannya.

Semoga Nayra tidak kabur. o iya tasnya Nayra masih aku pegang, jadi dia tidak akan kabur. Arfi merasa yakin.

"Pak cepat jalan!" Pinta Nayra pada supir taksi, saat ia sudah berada didalam taksi.

"Tapi suami ibu masih belum datang." Supir taksi itu mengira Arfi adalah suami Nayra.

Suami? Arfi bukan suamiku, tapi sudahlah. buat apa aku menjelaskan? nanti jadi lama.Batin Nayra.

"Pak suami saya yang minta saya pulang duluan karena dia ada urusan penting." Nayra membohongi supir taksi itu, supir taksi itu percaya lalu ia melanjalankan mobilnya.

Arfi, aku memang tidak bisa memesan taksi karena hp aku kamu pegang, tapi aku bisa membayar taksi ini dirumah. Nayra tersenyum puas.

Selesai membayar baju baju yang ia beli, Arfi mencari Nayra dan taksi yang tadi ia naiki ternyata taksi itu sudah pergi bersama Nayra.

"Aku benar benar bodoh, Nayra bisa membayar taksi dirumahnya. dirumah pasti dia masih punya uang." Arfi sangat marah, ia kembali memesan taksi.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Mobil yang membawa Nayra akhirnya sampai dirumah Nayra.

"Pak tunggu sebentar ya, saya ambil uang dulu didalam."

"Nunggu lagi." Supir itu kelihatan kesal.

Tadi Arfi meminta pak supir untuk nunggu kami beli baju, sekarang aku minta dia menunggu mengambil uang. Nayra merasa tidak enak.

"Maaf ya pa." Nayra meminta maaf.

Nayra berjalan kedepan pagar rumahnya, ia melihat pagar rumahnya terkunci.

"Aduh... gimana ini? aku lupa, kunciku juga ada ditas. bagaimana aku bisa masuk rumah? " Nayra menghela napas.

"Ada apa Nay?" Raddit yang kebetulan lewat rumah Nayra langsung menghampiri Nayra.

"Raddit, untung ada kamu. Kamu bisa bantu aku?" Nayra senang melihat Raddit.

"Bantu apa? "

"Aku mau ambil uang, tapi kunci rumahku ketinggalan disekolah padahal aku harus bayar taksi." Nayra terlihat gelisah.

"Kamu ceroboh banget nay, yaudah kamu tenang aja biar aku yang bayar." Raddit mengambil beberapa lembar uang dari saku bajunya.

"Ini nay, cukup kan?" Raddit memberikan uangnya pada Nayra.

"Cukup, makasih ya Raddit. nanti aku ganti."

"Ya ampun Nay, santai aja. kaya sama orang lain aja."

Deg...

Tiba tiba jantung Raddit berdebar debar.

Nayra, bukan orang lain? apa aku udah menganggapnya sebagai keluarga? ngomong begini aja bikin jantung aku deg deg kan. Raddit memegang dadanya.

"Pak ini uangnya, sisanya ambil saja." Nayra membayar taksi yang tadi ia naiki.

"Makasih bu." Supir taksi itu senang kemudian ia melanjakan mobilnya.

"Kamu kenapa Radddit? sakit?" Nayra khawatir, saat ia melihat Raddit masih memegang dadanya.

"Engga, engga. aku engga apa apa. oiya nay, berarti kamu Engga bisa masuk rumah?"

"Iya, aku juga engga mungkin ambil kunci kesekolah. ini udah malam, sekolah udah dikunci." Nayra tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku dobrak aja pintu rumah kamu? "

"Jangan! nanti pintu aku rusak."

"Rusak kan bisa dibenerin, dari pada kamu engga bisa masuk. nanti kamu tidur dimana? mana baju kamu basah." Raddit tiba tiba jadi bawel.

Kenapa aku jadi perhatian sama Nayra? Raddit menyadari sikapnya yang aneh.

"Nay, kalau kamu engga mau pintunya aku dobrak, kamu nginep aja dirumah aku." Raddit memberi saran.

"Apa?" Nayra kaget.

"Biasa aja Nay, kamu pasti mikir macem macem." Raddit menepuk dahi Nayra.

"Engga, aku engga mikir macam macem."

"Nay, aku cuma kasian aja sama kamu. kalau disini kamu bisa kehujanan. dirumah aku ada mama, papa sama adik aku. jadi kamu engga usah takut aku macem macem."

"Siapa yang takut? Yaudah aku nginep dirumah kamu dari pada pintuku rusak." Nayra setuju.

"Nah gitu dong, nurut." Raddit mengacak acak rambut Nayra.

Saat Nayra dan Raddit sedang tersenyum bahagia, sebuah mobil berhenti tidak jauh dari tempat mereka berdiri. cahaya mobil itu menyilaukan mata Nayra dan Raddit.

Mobil itu berhenti dan seseorang yang Nayra kenal keluar dari mobil itu.

"Arfi." Nayra melihat Arfi berjalan mendekatinya.

"Om om itu lagi." Raddit merasa tidak senang.

"Hay, om ngapain kesini?" Raddit mengejek.

"Bukan urusan mu, bocah!" Arfi kesal.

"Raddit karena Arfi sudah datang, aku engga jadi nginep dirumah kamu."

"Kamu mau nginep dirumah bocah ini?" Arfi marah.

"Arfi, dia punya nama, namanya Raddit." Nayra mengingatkan Arfi.

"Aku tahu, tapi aku engga perduli siapa namanya. males juga aku sebutin namanya."

"Jadi orang emosian banget si om, o iya, aku lupa om kan udah tua. orang tua biasanya suka marah marah. beda sama aku, masih muda. apa apa dibawa santai, engga pake emosi." Raddit membalas kata kata Arfi.

Rasanya pingin aku tonjok mukanya Raddit, tapi kalau aku buat keributan Nayra pasti marah, lagi pula Raddit itu masih kecil. engga level aku berantem sama anak kecil. Arfi semakin kesal tapi ia berusaha menahan amarahnya.

"Anak kecil, mendingan kamu pulang. cuci kaki, terus tidur." Arfi gantian meledek Raddit.

"Siapa bilang aku anak kecil." Raddit tidak terima Arfi mengatakan ia anak kecil.

"Aku anak kecil atau om yang udah tua?" ucap Raddit.

"Kamu... " Arfi marah.

"Sudah, sudah! Kalian jangan ribut disini, bikin malu. Raddit sebaiknya kamu pulang ini sudah malam." Nayra meminta Raddit pulang.

"Tapi nay." Raddit belum ingin pulang.

"Raddit, please!" Nayra memohon.

"Oke, oke. aku pulang." dengan berat hati Raddit menuruti Nayra, ia lalu pergi meninggalkan Nayra dan Arfi.

"Dan kamu Arfi, kembalikan tasku." Nayra meminta tasnya.

Episodes
1 Pebedaan Nayra dan Arfi
2 Bertemu kembali
3 Kebohongan Nayra
4 Terbawa suasana
5 Curiga
6 Jodoh
7 Penolakan Nayra
8 Pelakor
9 Istri kedua
10 Pertemuan tanpa disengaja
11 Jodoh pasti bertemu
12 Bertengkar
13 Perasaan Raddit
14 Sakit hati
15 Menyesal
16 Suara hati Nayra
17 Cemburu
18 Tidur bersama
19 Sandiwara Nayra
20 Arfi kecelakaan
21 Hadiah untuk Arfi
22 Pernikahan Nayra
23 Istri simpanan
24 Kemarahan Nayra
25 Malam pertama
26 Repotnya punya dua istri
27 Keinginan Renata
28 Kangen
29 Bercerai
30 Permintaan Arfi
31 Arfi sakit
32 Rumah Arfi
33 Pergi dari rumah
34 Villa Raddit
35 Catatat harian Arfi
36 Nayra hamil
37 Isi hati Nayra
38 Adik untuk Kevin
39 Rumah sakit
40 Rumah sakit 2
41 Mencari Nayra
42 Nayra kabur
43 Kampung halaman Nayra
44 Nayra pergi lagi
45 Kevin tenggelam
46 Kembali kerumah
47 Rumah baru Nayra
48 Pengakuan Renata
49 Nayra kabur lagi
50 Keputusan Renata
51 Pekerjaan untuk Nayra
52 Hanya mimpi
53 Bertemu Arfi dikampus
54 Perkelahian Arfi dan Raddit
55 Sikap manis Arfi
56 Nayra melahirkan.
57 Ancaman Arfi
58 Nama untuk bayi bayi Nayra
59 Bintang dan Bulan
60 Jangan ambil anakku
61 Hari yang penuh kejutan
62 Perubahan sikap Arfi
63 Pergi dari rumah
64 Pergi keluar Negeri
65 Talak tiga
66 Menjadi baby sister untuk anakku
67 Tinggal bersama Arfi
68 Penyesalan Arfi
69 Dinner romantis
70 Manusia bodoh
71 Kecurigaan Arfi
72 Pernikahan Renata dan Satria
73 Malam pertama Renata
74 Pertengkaran
75 Berhenti kerja
76 Perasaan yang sama
77 Hati yang tersakiti
78 Pertengkaran Nayra dan Arfi
79 Hujan deras
80 Salah paham
81 Jadi bagini rasanya
82 Mengikuti Nayra
83 Kejutan untuk Renata
84 Pernikahan Raddit
85 Pernikahan Raddit 2
86 Hujan hujanan
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Pebedaan Nayra dan Arfi
2
Bertemu kembali
3
Kebohongan Nayra
4
Terbawa suasana
5
Curiga
6
Jodoh
7
Penolakan Nayra
8
Pelakor
9
Istri kedua
10
Pertemuan tanpa disengaja
11
Jodoh pasti bertemu
12
Bertengkar
13
Perasaan Raddit
14
Sakit hati
15
Menyesal
16
Suara hati Nayra
17
Cemburu
18
Tidur bersama
19
Sandiwara Nayra
20
Arfi kecelakaan
21
Hadiah untuk Arfi
22
Pernikahan Nayra
23
Istri simpanan
24
Kemarahan Nayra
25
Malam pertama
26
Repotnya punya dua istri
27
Keinginan Renata
28
Kangen
29
Bercerai
30
Permintaan Arfi
31
Arfi sakit
32
Rumah Arfi
33
Pergi dari rumah
34
Villa Raddit
35
Catatat harian Arfi
36
Nayra hamil
37
Isi hati Nayra
38
Adik untuk Kevin
39
Rumah sakit
40
Rumah sakit 2
41
Mencari Nayra
42
Nayra kabur
43
Kampung halaman Nayra
44
Nayra pergi lagi
45
Kevin tenggelam
46
Kembali kerumah
47
Rumah baru Nayra
48
Pengakuan Renata
49
Nayra kabur lagi
50
Keputusan Renata
51
Pekerjaan untuk Nayra
52
Hanya mimpi
53
Bertemu Arfi dikampus
54
Perkelahian Arfi dan Raddit
55
Sikap manis Arfi
56
Nayra melahirkan.
57
Ancaman Arfi
58
Nama untuk bayi bayi Nayra
59
Bintang dan Bulan
60
Jangan ambil anakku
61
Hari yang penuh kejutan
62
Perubahan sikap Arfi
63
Pergi dari rumah
64
Pergi keluar Negeri
65
Talak tiga
66
Menjadi baby sister untuk anakku
67
Tinggal bersama Arfi
68
Penyesalan Arfi
69
Dinner romantis
70
Manusia bodoh
71
Kecurigaan Arfi
72
Pernikahan Renata dan Satria
73
Malam pertama Renata
74
Pertengkaran
75
Berhenti kerja
76
Perasaan yang sama
77
Hati yang tersakiti
78
Pertengkaran Nayra dan Arfi
79
Hujan deras
80
Salah paham
81
Jadi bagini rasanya
82
Mengikuti Nayra
83
Kejutan untuk Renata
84
Pernikahan Raddit
85
Pernikahan Raddit 2
86
Hujan hujanan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!